Wawasan, Kairo — Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) secara resmi terbentuk pada malam Senin tanggal 17 April 1977, melalui sebuah rapat yang diselenggarakan di rumah Alm Bapak H. Ahmad Lakampi di Garden City Kairo. Adalah H. Muhammad Faried Wajedy ( Pimpinan Pondok Pesantren DDI Mangkoso Kab Barru Sulawesi Selatan dan Anggota MUI Sulawesi Selatan) terpilih sebagai ketua pertama.
Pada mulanya KKS diberi nama Ikatan Keluarga Bugis Indonesia Malaysia (IKABIM). Nama yang memakai Malaysia ini bisa dipahami karena jumlah orang Sulawesi yang belajar di Mesir masih sangat terbatas pada saat itu. Menurut data arsip yang ada, sampai bulan Mei 1978, Anggota KKS baru berjumlah 87 orang termasuk warga Sulawesi yang berasal dari Malaysia (sebanyak 31 orang).
Maka tidak aneh bila dalam komposisi kepengurusan pertama, jabatan sekertaris di duduki oleh Abd Hamid Dg. Mappunna dan Bendahara dijabat oleh Nafisah, Keduanya merupakan putera-puteri Sulawesi yang sudah berkewarganegaraan Malaysia.
Kemudian, pada rapat II, Juni 1977 (tanggalnya tidak diketahui) kepengurusan pun diambil dari warga Sulawesi berwarganegara Indonesia dengan komposisi yang masih sangat sederhana yaitu:
- H.M. Faried Wadjedy (Ketua)
- H. Najamuddin H.S (Sekretaris), dan
- H.M. Yunus Shamad (Bendahara).
Melihat beberapa catatan tangan kronologis pembentukan wadah ini tidak diketahui secara pasti mengapa kemudian putra putri Sulawesi yang berwarga Negara Malaysia ini tidak melibatkan diri dalam komposisi kepengurusan bahkan komposisi pengurus perdana yang hanya berlangsung sekitar dua bulan itupun di ubah atas permintaan dan usul “ Keluarga Malaysia”.
Sebagai catatan penting, meskipun keluarga Malaysia yang berdarah Sulawesi ini tidak terlibat langsung dalam kepengurusan namun mereka tetap menjadi anggota aktif. Mungkin karena itu pula, sehingga pada tanggal 7 juli 1977 (sekitar 3 bulan setelah pembentukan) nama Ikatan Keluarga Bugis Indonesia Malaysia (IKABIM) di ubah menjadi Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) yang terusbertahan hingga saat ini.