HeadlineHikmahWawasan

Menjadikan Belajar Sebagai Budaya


Disadari atau tidak, dunia ini (kehidupan) terus berjalan semakin
cepat, persoalan yang muncul pun semakin rumit. Hal ini menuntut manusia untuk
bekerja dan menjadikan dirinya semakin baik, memerlukan berbagai keterampilan
yang baru. Jika tidak, maka ia akan di salip oleh orang lain.
Oleh karenanya tentu sangatlah keliru jika beranggapan tidak perlu belajar lagi
selepas mendapatkan ijazah sekolah atau telah memiliki pekerjaan dan
penghidupan yang mapan.

Ingat, belajar tidak hanya terbatas pada materi kuliah atau
pelajaran teori maupun penerapan suatu bidang keilmuan, tetapi lebih dari itu.
Belajar berarti membuka diri pada alam jagat raya yang luas ini. Belajar
mengajarkan pelajaran terpenting dalam hidup, yaitu kerendahan hati untuk
bertanya, belajar memberikan makna akan tidak mungkinnya mengetahui semua
jawaban. Dan tentu belajar bukan hanya sebagai alat untuk meraih kemajuan,
namun untuk berada disuatu tempat dimana dituntut untuk tahu bagaimana menjaga
posisi.
Oleh sebab itu amat menyenangkan sekali jika setiap saat bertambah
ilmu dan rupanya berjumpa dengan orang lain harus seperti membawa gelas kosong,
karena kalau membawa gelas penuh maka akan susah diisi. Artinya kapanpun,dimanapun dan denga siapapun harus selalu siap untuk menimba ilmu, karena setiap orang
diberikan wawasan, pengalaman, dan kemampuan yang beragam. Sungguh luar biasa
bertemu dengan banyak orang, dengan beragam karakter, dan dengan beragam
kemampuan itu bila dicermati dengan niat menambah ilmu, wawasan, dan pengalaman.
Ada ungkapan Arab yang mungkin sering kita dengar dapat kita jadikan
pegangan untuk itu,yang artinya begini : Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik
daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang
harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang
harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat
.”
Maka dari itu, marilah kita budayakan setiap kali bertemu orang diniatkan
untuk belajar, untuk mencari ilmu dan mendapatkan pengalaman. Posisi kita
jangan merasa lebih tetapi siap untuk mendapatkan ilmu. Ini penting sekali
karena pertemuan itu sangat berharga sehingga alangkah ruginya jika kita
meluangkan waktu namun tidak mendapatkan sesuatu yang berharga. Dan pada saat
yang sama jangan menyia-nyiakan kesempatan, setiap pertemuan untuk
menyumbangkan atau mentransferkan ilmu yang Allah swt. titipkan kepada kita.
Tidak dengan niat merasa lebih pandai dari orang lain dan tidak juga untuk menggurui, tetapi dengan niat yang ikhlas untuk menyampaikan amanah ilmu.
Dua hal ini (belajar dan mengajar) akan membuat waktu yang kita
jalani, pertemuan yang kita lakukan memiliki nilai tambah yang besar bagi
peningkatan kualitas diri kita, dan diharapkan juga kita bisa bersedakah dengan
ilmu, pengalaman, dan wawasan kita yang membuat orang lain bermanfaat. Kita
mendapat manfaat dan yang lain juga mendapatkan manfaat, itulah pertemuan yang
bermanfaat.
Dan tak lupa hal yang patut direnungkan perkataan Ibnu Mas’ud ra.:
Seseorang tidak mungkin dilahirkan dalam keadaan berilmu, karena
sesungguhnya ilmu itu didapatkan dengan belajar.
Oleh : Muhammad Yunus

Artikel Terkait