studi Islam dan Arab menanjak. Dalam satu dekade terakhir, semakin banyak
universitas di Australia menawarkan program studi tersebut. Ini mengimbangi
membeludaknya minat para mahasiswa untuk mengkaji dua bidang itu.
Pengamat pendidikan bahkan menyebutkan peningkatan jumlah mahasiswa yang
mempelajari Islam dan Arab mencapai lebih dari 200 persen sejak 2008. Ada
semangat yang meninggi dari anak-anak muda Muslim mempelajari agamanya.
Mereka juga ingin tahu nasib warisan Islam yang berada di wilayah-wilayah Timur
Tengah. Alasan terakhir ini terkait dengan revolusi serta konflik yang
berlangsung di Timur Tengah. Mahasiswa non-Muslim pun tertarik. Bahkan, ada
pula mahasiswa yang merupakan veteran perang.
“Beberapa dari mereka mantan tentara yang pernah di Afghanistan atau Timur
Tengah. Mereka kini ingin mengkaji Islam dengan benar,” kata Mehmet Ozalp,
dosen studi Islam dan agama di Charles Sturt University, seperti
dilansir Sydney Morning Herald, Rabu (5/2).
Bagi Ozalp, perkembangan ini produktif. Studi Islam dan Arab yang saat ini
marak di Australia melahirkan perspektif berbeda. Mahasiswa perlu mengetahui
perspektif itu. Sangat penting pula bagi non-Muslim memahami pandangan dan
sikap Muslim.
Tiga tahun lalu, Charles Sturt University membuka program sarjana di
bidang studi Islam. Tahun depan, mereka berencana menawarkan program master
untuk kajian Arab klasik. Saat ini, terdapat 340 mahasiswa studi Islam.
Mayoritas berlatar belakang Muslim.
Menurut Ozalp, banyaknya generasi Muslim yang tertarik studi Islam menuntun
mereka lebih memahami latar belakang dan budayanya. Ia menuturkan, mereka
sangat serius. Namun, mereka enggan keluar Australia untuk mendalami studi
Islam.
Banyak alasan yang mengemuka. Di antaranya, jelas Ozalp, mereka belum menguasai
bahasa Arab. Alasan lainnya, ada potensi risiko yang bakal mereka hadapi ketika
belajar di luar negeri. Karena itu, studi Islam di Australia kian bersinar.
Ozalp merupakan salah satu yang pertama di komunitas Muslim mengajarkan kajian
Islam dalam bahasa Inggris. Ia yakin yang diajarkan mampu meredam persepsi
buruk tentang Islam dan dunia Islam. “Ini mencegah munculnya ekstremisme dan
radikalisme di Australia.”
Di sisi lain, Muslim telah mampu menciptakan peradaban gemilang, baik di ranah
sains, teknologi, perdagangan, maupun tatanan hukum. Tak banyak orang yang
mengetahui pencapaian-pencapaian ini. Studi Islam menjadi sarana
mengungkapkannya.
Beberapa universitas lain juga membuka program studi Islam dan Arab. Tapi, tak
semuanya menawarkannya untuk jenjang sarjana. Ada yang hanya kursus. Biasanya,
mencakup budaya, sejarah, agama, sosial, dan politik dunia Islam serta Arab.
Lulusan studi Islam pun tak kalah menjanjikannya dibandingkan program studi
lain. Alumni bisa menjadi dosen, layanan sosial, atau bidang hukum. Inilah
alasan lain mengapa minat pada studi Islam terus membaik.
Di University of Western Sydney, misalnya, mahasiswa yang mendaftar pada studi
ini hanya 60 orang. Itu terjadi pada 2008. Tapi, pada 2013, jumlahnya sudah
naik berkali lipat, mencapai 200 mahasiswa. Dosen senior di universitas itu,
Jan Ali, mengatakan ini mengagumkan.