sastra

Insya Allah, Aku Segera Menyelesaikan Kuliahku Dan Akan Menemui Orang Tuamu.



Rasa letih yang masih ku rasakan membuatku malas
bangun dari spring bed, setelah kemarin harus cepat menyelesaikan tugas dari
atasan yang harus kulaporkan setelah makan siang. Aku menatap gelisah setelah
embun di daun mangga depan rumah,setelah semalam bumi di guyurkan air
hujan,hawa dingin menyergap persendian .Saat kubuka jendela,tak ayal lagi
timbul keinginan untuk kembali ke belaian hangatnya selimut tebal santamora
yang kubawa dari Kairo dan ingin kembali mengukir cerita.Sejenak aku merenung
menekuni arti hidupku…!!! Terbersit dalam hatiku ingin bekerja sambil kuliah
tapi kenyataannya?Sejak kepergian ayahku dari dunia ini,terpaksa aku harus
cabut auroq dari Universitas al-Azhar.Padahal kalau lancar,kurang satu tahun
lagi aku akan menggondol titel”Lc”.Tapi aku terpaksa harus meninggalkan negeri
seribu menara ini.Dan aku hanya bisa menggondol gelar”Lc” alias lulusan Cairo
or lulusan chating-istilah beken yang sering di pakai oleh mahasiswa yang pulang
ke Tanah Air sebelum menyelesaikan studinya.
Tanpa sadar kutolehkan wajahku ke picture manis di
atas meja kerjaku.Kenangku melambung kembali mencoba membuka file-file masa
lalu kutata rapi dalam memori otakku.Teringat janji – janji manis seorang Ikhwan
yang kini masih menyelesaikan studinya di al-Azhar.
“Kamu tahu Uzlifah,mengapa aku sangat menyayangi
kamu….?”Tanya Rafiq dua tahun yang lalu,saat kami berpisah di pinggir sungai
Nil.
“Pasti karena aku manis….!
Tebakku penuh canda
“Delapan puluh persen benar!”
“Lho kok gitu sich…?”Aku menghentikan
langkah,memandang lekat, namun rafiq hanya menunduk menatap ujung
sepatunya.Aneh,sejak Rafiq jadi aktifis di organisasi kajian, perubahan dzahir
dan batinnya semakin mencolok. Setiap Rafiq meluncurkan nasehat pasti dibumbui
Hadist yang aku sudah tahu…..!!! Tapi yang nggak pernah aku jalanin.
“Di hadapan Allah kedudukan manusia sama,nggak ada
perbedaan,nggak pandang jelek, ataupun cantik. Begitu juga rasa kasih sayang
yang telah dianugerahkan pada hamba-Nya nggak bisa di pungkiri.Tapi kita harus
bisa menjaganya agar tidak melampaui batas. Aku ingin dan mencoba menyayangimu
karena Allah, bukan karena kamu cantik, manis, pintar atau yang lainnya.”Papar
Rafiq penuh kedewasaan.Aku tercengang dan detak jantungku berpacu.
“Ifah…!!!Besok kamu akan balik ke Indonesia. Aku
hanya berpesan jangan sampai kamu nggak ngamalin ilmu yang pernah kamu petik
disini. Insya Allah, aku segera menyelesaikan kuliahku dan akan menemui orang
tuamu.”
“Aku tersenyum mengingat kejadian di sungai Nil
itu. Rafiq memang orang yang egois,tapi dia juga sangat perhatian (care) dengan
hal-hal kecil dan dia punya selera humor yang tinggi sehingga membuatku
tertarik dan mampu bertahan dalam penantianku.Tapi sekarang….???
Jam telah menunjukkan pukul 06.40 WIB.Aku langsung
berganti pakaian dan harus memanfaatkan waktu secara efisien. Karena banyak
antrian job yang telah menanti. Apalagi aku harus memikirkan keempat adikku
yang butuh biaya dan mamaku yang sering sakit-sakitan.
Usai mengenakan gamis dan kerudung yang sepadan
serta sepatu berhak fiatform, aku beranjak menuju ke ruang makan. Bandeng
pedas,tahu goreng ditambah sup seafood membuatku tak mampu menatap lama-lama
hidangan di meja makan. Bibi memang tahu seleraku.
Hanya dalam waktu singkat, aku menyantap makananku
dan tak ketinggalan kuteguk segelas air putih pendorong makananku
keperut,Alhamdulillah legaaaaaa….!!! Aku langsung berangkat dan bersiap pergi
ke kantor.
“Mau pergi ke kantor Ifah !!!”
Sapa mama yang tiba-tiba disampingku.”Em…!Ehm…!Ya
ma…entar jam 14.30 WIB ada rapat dengan relasi dari Jepang,”jawabku.
“Ifah….! Mama ingin ngomong.”Tanya mama.Aku
mengangguk dan paham akan arah pembicaraannya pasti cowok yang sok alim
itu,sebel…!!!
“Ifah…!Umurmu sudah banyak,apa nggak malu dengerin
kasak kusuk tetangga yang bilang perawan tua atau nggak laku kawin…??Apa yang
kamu ragukan, semua kriteria yang kamu minta sudah ada pada diri Arman….?Tanya
mama lebih lanjut.
“Apa mama harus telepon Arman agar kesini supaya
kalian berdua bisa saling kenal…?”Sayapun diam tak bergeming. Mama semakin
kesal karena akupun tak bisa mengatakan apa yang ada di otakku.
Aku bingung seperti hari-hari kemarin saat mama
menanyakan hal-hal yang sama. Di satu sisi hatiku menentang perjodohan ini
karena aku ada calon sendiri walau harus sabar menanti kepulangannya. Namun di
sisi lain, aku tidak ingin mengecewakan mama, lalu apa yang harus aku lakukan
kali ini…? Kemarin aku janji akan memberi keputusan secepatnya.Aku masih
terdiam sambil menggigit bibir bawahku keras-keras.
“Ma…!”seketika kerongkonganku tercekat.
“Sebenarnya….!Sebenarnya…..! Sebenarnya…..1
“Ayo cepat katakan nak…! Apa lagi yang kamu
inginkan?”  Potong mama
“Sebenarnya Uzlifah sudah punya calon
sendiri,”kataku dengan terbatah-batah.”Oh…!ya… siapa nak….?Gi mana orangnya,apa
dia dari keluarga baik-baik, apa dia pernah kesini….???kok nggak pernah kenalin
sama mama. Beribu satu pertanyaan terus mengalir dari mulut mamaku.
“Rafiq….! Mama…dia teman kuliah Ifah di Kairo, dari
keluarga baik-baik dan sekarang masih menyelesaikan studinya di al-Azhar,karena
dua kali rosib di tingkat terakhir. Tapi dia janji bakalan najah dan akan
pulang tahun ini,”jelasku dengan penuh ketakutan.
“Kamu yakin,dia bakal lulus tahun ini…?”Tanya mama
mendadak yang membuat hatiku berdegup kencang. Aku menggeleng lemah”.
“Ifah…!!!Kamu mikir yang rasional saja….!Bukankah
kamu pernah ngomong nggak mudah nyelesaiin kuliah di al-Azhar, apalagi katamu
ujian di tingkat terakhir paling susah.”
“Apalagi gunanya mengorbankan dirimu, sedang yang
kamu nanti-nanti nggak sungguh-sungguh studinya. Masak nggak naik sampai dua
kali di tingkat yang sama??” kata mama yang menusuk hatiku terasa sakit dan
perih. Mama yang kuharapkan bisa ngerti perasaanku, tapi sekarang…..??Tak
terasa dalam sekejap air mata mengalir di pipiku, namun dengan cepat kuusap
dengan tissue paseo. Mengapa Ifah…?Mengapa aku menangis…?Apa aku menyesal
dengan penantianku…?Pertanyaan itu terus menjelma di dalam otakku.
“Tidaaaaaaaak..!”Segera kuhalau pertanyaan itu.
“Ma….Ifah berangkat dulu dech siang entar ada
rapat dan harus siap-siap. Assalamu’alaikum…!!!Kataku sambil menyambar tas
kecilku.
“Tapi Iifah ….mama butuh jawaban sekarang!”Teriak
mama namun tak aku pedulikan.
Aku bingung, dan apa yang harus aku lakukan. Aku stater
Corolla yang nongkrong di garasi rumahku dan kulajukan dengan kecepatan
tinggi.Sengaja kuambil jalan memutar agar aku bisa menghirup udara segar dari
hutan cemara. Kucoba nikmati indahnya kekuasaan Yang Maha Esa.Namun tiba-tiba
pohon cemara yang cukup besar ambruk tepat di hadapanku tanpa sempat aku
mengerem mobilku.
“Astagfirullah hal azdim….!!!”
Rasa panik menyelimutiku.”Ya Allah ada apa
ini?”Tanyaku. Kucoba telusuri tubuhku.Ternyata tak satupun luka yang kutemukan,
tapi hanya terdapat goresan yang tak berarti dan mobilku sedikit penyok di
bagian depannya.Pikiranku langsung tertuju pada mama.
“Maafkan aku Ma…!!Ifah sudah menyakiti hati mama
isakku pilu.
“Mama….!Ifah nggak akan nyakitin hati mama
lagi.”Kuhentikan tangis dan kucoba stater mobilku lagi.Aku lajukan Corollaku
dengan kecepatan sedang sambil melamun dan berfikir secara rasional.
Alhamdulillah aku masih diberi kesempatan hidup
memperbaharui imanku yang mulai terkikis oleh egoku.aku lupa akan kebenaran-Mu,
Engkau bisa berbuat apa saja dengan segala kehendak-Mu.
“Ampuni hamba-Mu ya Allah,”
Ratapku penuh harap.
Sungguh…!!!Baru kali ini aku merasa
kecil di hadapanmu.
“Maafkan Ifah Ma…!
Ridho Allah tergantung pada ridhomu. Ifah sudah
menyakitin hati mama dan berkata tidak sopan.”sesalku.
“Ifah janji nggak akan nyakitin mama lagi”
janjiku dalam hati.
Kucoba beranikan hatiku. Aku sadar akan
kesombongan hatiku yang keras dengan pendirianku dan selalu menganggap hanya
Rafiq yang bisa membahagiakanku serta nggak ada yang bisa menyamainya di dunia
ini.Tapi bila datang yang lebih baik dan bila memang dia jodohku mengapa aku
tak mencobanya..??
Aku tersenyum sendiri,membayangkan mamaku yang
bisa bahagia lagi dan memberikan senyum bahagia di bibir mungilnya.Aku akan
menuruti keinginannya.
Satu bulan kemudian saya dan Arman pun
walimah,halaman rumah sangat ramai. Para undangan dan keluarga besar dari
keluarga saya dan keluarga Arman pun ikut meramaikan acara tersebut.
Di tengah-tengah keramaian itu ,ternyata Allah
mentaqdirkan lain,sepulang akad pernikahan kami,mobil sedan yang kami tumpangi
di hantam sebuah truk yang tidak bertanggung jawab. Kejadian ini menjemput ajal
Arman.Saya sangat terpukul. Mata hatiku pun terselubung bermacam rasa. Akupun
ikut terhempas merasakan dukanya.Ya Allah ternyata Taqdir memang bukan urusan
hamba-Mu….
Telah jauh kutempuh perjalanan ini. Desau rindu
masih tetap terasa dan selalu tersimpan. Hari demi hari,minggu demi
minggu,bulan demi bulanpun tak terasa,Rafiq telah menyelesaikan kuliahnya
kemudian pulang ke Indonesia karena telah menyelesaikan Studinya dan mendatapat
gelar”Lc”dengan Predikat Mumtaz.Ketika sampai di tanah air,Rafiq pun telah
berusaha mencari alamat rumah saya kemudian datang ke rumah untuk melamarku.
Mama sangat bahagia dengan kedatangan Rafiq tersebut. Akhirnya penantian
menjemput impian menjadi sebuah kenyataan,walau waktu sudah banyak
bercerita…..Secerah sinar mentari di langit yang maha sempurna, rihai tawamu
dan tawaku bersama anak-anak kita akan selalu menghias rumah ini,menjadikan
rumah kita sebagai mahligai yang indah. Kusemai duka, kuterjang asa yang
menyala karena kenangan,hanyutlah dan menghilanglah bersama embun
Pagi……………..
Terima kasih ya Allah,terima kasih suami
Sholehku…kau telah banyak mengajariku arti sebuah kata menjadi lebih bermakna.
Rabb….Engkau telah mengabulkan do’aku, Engkau telah memberikanku seorang raja
yang saya idam-idamkan selama ini.Dia sangat setia dan berani menunjukkan pada
saya kalau selama ini dia benar-benar mencintai dan menyayangi saya. Akan
kubisikkan senandung rindu ini untukmu.Aku akan selalu berada di sampingmu
bersama cinta yang tulus ikhlas karena-Nya.
Aku akan selalu menjadi permata hati dan
permaisuri bagimu sampai di Syurga Firdaus-Nya kelak.Rabb…,jadikanlah keluarga
kami keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Amin Ya Rabbal ‘Aalamiin…
Moga dapat mengambil hikmah yang tersirat dalam
cerpen ini.

Sumber: Wawasan
Oleh; Dhewi Sartika Usman

Artikel Terkait