e-WawasanProfil

Tokoh Reformasi Pendidikan

Syeikh Muhammad Abduh

BIODATA
Syeikh Muhammad Abduh merupakan seorang pakar hukum, ulama, dan reformis pendidikan yang memperjuangkan perbaikan dalam sistem pendidikan.
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Ayahnya bernama abduh bin Hasan Khairullah, merupakan seorang petani dan memiliki silsilah keturunan bangsa Turki. Ibunya, Junaidah Utsman,dikatakan memiliki silsilah hubungan dengan Umar bin al-Khattab. Nama Abduh diambil dari hadis nabi Muhammad Saw, yaitu abduhu wa rasuluh. terlahir pada tahun 1849 Masehi bertepatan dengan 1265 Hijriah di Kampung Mahallat Nasr, Mukim Sujubrakhit, Daerah Bukhairah, Mesir.
Syeikh Muhammad Abduh pernah diasingkan karena dituduh terlibat dengan pemberontak Urabi. tahun 1882 Masehi masa itu. Saat menjalani hukuman tersebut, ia pergi ke Prancis dan menerbitkan majalah al Urwah al- Wuthqa bersama gurunya, Sayyid Jamaluddin Al-afghani.
Beliau pernah menjabat beberapa posisi penting dalam pemerintahan. Pelbagai jabatan yang pernah disandangnya di Mesir adalah Guru di Masjid Al- Husaini, Dosen di Darul ‘Ulum, Kepala Editor koran al-Waqa’i’a al Misriyah, Ketua Hakim Pengadilan Banding, anggota Dewan  Manajemen Universitas Al-Azhar dan Mufti Pemerintah. Sementara di Beirut beliau pernah menjadi seorang tenaga pengajar di Sekolah As-Sultaniah.
Syeikh Muhammad Abduh meninggal dunia pada tahun 1905 bersamaan dengan tahun 1314 Hijriah di Iskandariah, Mesir.
PENDIDIKAN
Seyikh Muhammad Abduh menerima bimbingan seputar baca tulis dari bapaknya waktu kecil. Selepas itu, ia mempelajari dan menghafal al-Qur’a saat berusia 10 tahun. Selesai menghafal al-Qur’an, ia menyempurnakan tajwid, dan mempelajari bahasa Arab di Masjid al-Ahmadi. ia juga mempelajari tasawuf dan tatabahasa Arab dari Syeikh Darwish Khudr.
Selama belajar di Universitas Al-azhar, ia telah mempelajari banyak ilmu, termasuk matematika dan
filsafat dari Syeikh Hasan at-Tawil.
Pada tahun 1877 ia memperoleh gelar dari Universitas Al-azhar dan pada tahun 1896, Syeikh Muhammad Abduh berkesempatan bertemu dengan Sayyid Jamaluddin Al-Afghani yang mengunjungi mesir dan sempat mendalami bidang akademis dan pemikiran Islam.
KEPRIBADIAN
Seyikh Muhammad Abduh memiliki sifat kepribadian yang tinggi. Ia berani menyatakan ide-ide islahnya meskipun harus berhadapan dengan rintangan yang besar. Ia juga berani menyuarakan kebencian bangsa Mesir terhadap militer inggris. Terutama kepada tokoh-tokoh Kerajaan Inggris saat mengunjungi London pada tahun 1881. Ia juga mendesak agar inggris segera keluar dari Mesir karena Islam melarang memberi ketaatan kepada selain Muslim.
Meskipun Beliau adalah seorang yang tegas, namun dibalik ketegasannya itu, ada sifat penyayang kepada anak-anak muridnya. Ia mendirikan al-Jami’iah al-Khairiah al-Islamiyah untuk membantu murid-muridnya yang mengalami masalah keuangan. Ini ia lakukan salah satunya karena kurangnya prasarana pendidikan serta bantuan dari Pemerintah Mesir kepada kaum miskin.
Selai itu, belia merupakan seorang ulama yang berketerampilan, ia diberi kepercayaan untuk menjabat beberapa jabatan penting negara seperti Ketua Hakim Pengadilan Banding Mesir, Anggota Dewan Manajemen Universitas Al-azhar Mesir dan Mufti Kerajaan Mesir.
Selain itu juga, Syeikh Muhammad Abduh merupakan seorang yang berdaya kreatif dalam menghasilkan tulisan-tulisan yang bernas, sehingga dapat mempengaruhi pemikiran umat Islam saat ini.
ALIRAN, PEMIKIRAN DAN PERJUANGAN
Syeikh Muhammad Abduh banyak mengambil inspirasi dari Gerakan Islah yang dipelopori oleh Sayyid Jamaluddin Al-Afghani. Efeknya, ia lebih terbuka dibandingkan sebelumnya.
Beliau banyak memberi saran ke arah pembangunan rohani dan jasmani umat Islam. Rekomendasi beliau meliputi aspek-aspek berikut:
Akidah: Menyerukan umat islam agar kembali ke ajaran sebenarnya dalam bentuk yang asli dan murni serta menyesuaikannya dengan kebutuhan. Syaratnya, ia tidak bisa bertentangan dengan kehendak Al-Qur’an dan Sunnah. Ia menolak keras konsep Taqlid al-A’ma atau Taqlid buta. Sesuatu yang menurutnya tergambar dalam system pendidikan saat itu yang menjurus ke arah pasif. Ia mengajak umat Islam mempelajari ilmu-ilmu Fardu ‘Ain dan Fardu Kifayah untuk membangun umat yang memiliki daya pikir yang tinggi dan selanjutnya mampu keluar dari belenggu penjajahan.
Integrasi ilmu: Syeikh Muhammad Abduh menemukan system pendidikan pada masa itu hanya berfokus pada bidang-bidang agama dalam bentuk uraian kitab-kitab klasik tanpa mencoba disesuaikan dengan kebutuhan saat itu. Berdasarkan pengalamannya belajar di Tanta dan Universitas Al-azhar, ia menemukan kondisi pembelajaran di Tanta terlalu mundur, sehingga dianggap anak muda yang suka belajar disitu selalu dikukung, Kondisi di Universitas Al-azhar juga sama.
“Aku sangka studi seperti ini  hanya terjadi di Tanta saja, tetapi juga terjadi di al-Azhar. Aku temukan 95 persen siswa tidak dapat bertahan lebih lama dengan pola pengajaran seperti ini. para guru mengajarkan apa yang dipahami dari ilmu itu, terlepas dari kemampuan pemahaman seorang siswa. Mereka menyangka siswa telah paham, sedangkan sebenarnya mereka tidaklah mengerti.” Terangnya
Ia menyarankan agar bidang-bidang ilmu Fardu Kifayah dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dan universitas. Rekomendasi itu diterima oleh Pemerintah Mesir. Dosis studi di Universitas Al-azhar diubah sesuai dengan saran beliau dan dijadikan sebagai model bagi pusat-pusat perguruan tinggi lain diseluruh dunia Islam.
Efisiensi administrasi: Ketika Syeikh Muhammad Abduh bertugas sebagai Hakim di Pengadilan Banding Mesir, beliau menemukan ketimpangan dalam sistem administrasi peradilan. Ia berpendapat ini tidak sistematis dan harus ada perbaikan. Perbaikan yang dilakukan dimuat dalam karyanya yang berjudul at-Tahrir fi Islah al-Mahakim as-Syar’iyyah.

Sumber: Elkhaat
Oleh: Muhammad Alwin. Mahasiswa Al-azhar Angkatan 2009.

  click on picture 
to view his profile.

Artikel Terkait