Di zaman yang berkembang pesat seperti saat ini, sudah pasti status seorang pelajar akan banyak dipertanyakan. Apalagi dengan melihat kemajuan intelektual dan teknologi, Sebagai orang yang menyandang gelar pelajar pasti punya kelebihan dan kecakapan dibidang masing-masing. Namun sayang, kesemuanya itu saat ini terasa sangat berbeda jauh dengan gelar pelajar yang mereka sandang. Contoh kecil mungkin bisa kita lihat pada bidang keilmuan, Dimana para pelajar yang tergabung di komunitas berpendidikan (civitas academic) tak lagi berperan sebagai seorang pelajar sebagaimana mestinya.
Meskipun tidak banyak, tapi sebagian besar dari pelajar yang dicita-citakan bisa merubah diri, lingkungan dan masyarakat ke arah yang lebih baik malah menjadi bumerang bagi orang-orang sekitar.
Generasi muda yang sudah tercengkeram fenomena pergaulan bebas (free life style) Gaya hidup yang sudah sangat jauh dari nilai-nilai budaya indonesia. Karena mungkin ada kalangan tertentu yang ingin merusak moral bangsa, maka lambat laun generasi muda kita akhirnya terjebak juga. Sehingga dekadinsi moral yang melanda khususnya, para pelajar dewasa ini, sudah mencapai stadium tingkat IV, dimana pergeseran budaya kepelajar-an dan berbagai polemik lain seputar pelajar menyebabkan dunia pendidikan di indonesia, seakan kehilangan fungsi strategis sebagai fasilitator terciptanya bangsa yang beradab.
Hal ini dibuktikan dengan hasil survei UNESCO yang menunjukkan bahwa indonesia adalah negara ke 10 dari 14 negara di Asia Pasifik yang memiliki kualitas pendidikan terendah (blog.elearning.unesca.ac.id).
Maka tidak heran kalau dimana-mana tindak kriminalitas, tauran antar pelajar, miras dan narkoba sudah menyelimuti dunia pendidikan kita saat ini. Dengan demikian kita bisa melihat jelas dalam dunia pendidikan, dimana banyak para guru yang tidak lagi serius dalam proses belajar mengajar dan para pelajar sendiri yang sudah terbawa arus zaman.
Tentunya penilaian kita akan berbeda-beda. Namun diyakini mayoritas pasti akan setuju kalau dekadensi moral sudah merambat masuk ke dunia pelajar. baik itu dari kalangan SD, SMP, SMA dan anak kuliah.
Berangkat dari hal ini, banyak dari kita yang menyalahkan para pelajar yang telah terjebak. namun tidak seharusnya semua kesalahan itu ditimpakkan kepada mereka. Sebab dekadensi moral yang melanda bangsa saat ini sudah menyeluruh. mulai dari para pemimpin bangsa (pejabat).
Setidaknya kita bisa melihat bagaimana kisah anggota DPR tahun 2006 silam, berinisial YZ yang terlibat video mesum dengan ME salah seorang penyanyi. kemudian pada tahun 2008 muncul kasus MM yang dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap sekretaris pribadinya DF. Tak berselang beberapa tahun kita kembali dihebohkan dengan kasus seorang pejabat berinisial A, yang tertangkap basah mengakses video porno sewaktu sidang paripurna berlangsung. Dan lebih anehnya lagi ada beberapa kasus yang sudah sangat jelas merusak moral bangsa malah mendapatkan legitimasi dari pihak badan kehormatan (BK) DPR, seperti kasus mabuk-mabukan. hal ini senada dengan pernyataan anggota BK Nudirman Munir
“mabuk-mabukan tidak melanggar peraturan dan tidak dapat dikenai sanksi selama ia tidak mengganggu kepentingan umun”
Sungguh sebuah keganjilan yang dinilai suatu kewajaran dan mendapat legitimasi sebagai sebuah keabsahan.
Tentang dekadensi moral bangsa indonesia yang telah dipaparkan diatas, kini telah menimpa juga sebagian pelajar indonesia yang ada di mesir. meskipun tidak sampai pada taraf pemakaian narkoba dan miras, namun pengaruh internet yang demikian luas penggunaanya dan virus westernisasi yang melanda, menjadikan mereka krisis identitas, dan menyebabkan permasalahan ini sudah mencapai taraf memprihatinkan.
Padahal para pelajar indonesia mesir yang notabenenya kuliah di Universitas Al-azhar, salah satu universitas ternama di dunia, seakan-akan menampakkan penampilan yang sungguh sangat tidak pantas sebagai seorang pelajar yang mengambil jurusan agama, Semisal perempuan dengan pakaian ketat, celana jeans ala lelaki, pacaran dan sebagainya. Semuanya terasa seperti biasa, bahkan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun dengan apa yang telah dilakukan.
Jadi sangat benar apa yang dikatakan Rasulullah., jika nantinya akan datang suatu masa dimana wanita seperti lelaki dan lelaki seperti wanita.
Problematika inilah yang sampai sekarang masih menjadi tanda tanya dikalangan pelajar Indonesia yang ada di Mesir. dan saya sendiri bingung dengan hal seperti ini, sebab apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan yang mereka sadari, karena pelajar yang kita ketahui bersama adalah mereka yang terpelajar dan berpendidikan, yang bisa membedakan antara mana hal yang salah dan mana yang seharusnya mereka lakukan.
Lain dari pada itu, dalam keseharian jika kita ingin menjadi seorang pelajar sesungguhnya walau hanya sesaat, kita bisa menemukan tipe orang yang berbeda ditempat yang sama ini, yaitu mereka yang rajin ke kuliah rajin talaqqi dan sibuk di organisasi, menyeimbangkan antara pendidikan formalnya dengan karirnya di organisasi. mereka inilah yang perlu diacungkan jempol, tapi bukan berarti mereka tidak bisa dihitung dengan jempol dan jari jemari yang lain, padahal jumlah pelajar Indonesia yang ada di Mesir sekitar 2000 sampai dengan 3000 orang.
Dalam menyikapi semua hal ini, sudah pasti kita harus mencari solusi yang nantinya bisa mengubah apa yang tengah melanda para pelajar, baik itu pelajar yang ada di indonesia maupun pelajar indonesia yang ada di Mesir. Terutama dalam masalah hubungan antara laki-laki dan perempuan (pacaran). karena sangat ironis jika kita melihat realita yang terjadi dikalangan pelajar muslim dengan bahasa al-Qur’an tentang umat Islam sebagai Umat terbaik yang diciptakan-Nya
Jawaban dari kesemuanya itu hanya ada satu, kita harus bangkit dari keterpurukan ini.
Ingat, kita umat terbaik yang diciptakan Allah Swt., dimana perasaan kita saat cinta Rasulullah Saw., manusia yang berhati emas, lautan budi dan berperasaan dalam bisa tak berbalas. bagaimana mungkin kita mengabaikan cintanya yang begitu tulus?!! sementara kita rela mencintai dan mengikuti budaya barat yang justru membuat ketidak jelasan hidup kita semakin bertambah.
Sungguh, tidak ada yang bisa mengatasi dekadensi moral dikalangan pelajar kecuali kita kembali ke jalan yang seharusnya dilalui oleh seorang penuntut ilmu sejati.
Oleh: Abdurrahman Muhammad
Sumber: Elkhaat