e-Wawasan News – Ada mitos mengatakan bahwa siapa yang pernah meminum air Sungai Nil, pasti suatu saat akan kembali lagi di Negeri Seribu Menara Mesir. Rupanya, mitos ini berlaku bagi dua sosok yang hadir di tengah-tengah warga KKS Mesir pada penghujung musim panas ini. Keduanya adalah Abdurrahman Ambo Asse dan Zainal Abidin Cangkelo, sarjanawan Al Azhar sekaligus alumnus KKS Mesir.
Warga KKS menyambut kedatangan mereka dengan hangat melalui agenda yang bertemakan ‘Silaturahmi dan Ramah tamah’ di Baruga Sulawesi. Silaturahmi dan ramah-tamah ini diisi dengan perkenalan dan cerita-cerita santai berawal dari kanda Abdurrahman Ambo Asse yang tiba kali pertama di Mesir pada tahun 1993.
“Impian saya kesampaian untuk kuliah di Al-Azhar, dan setiba di sini saya terdaftar sebagai mahasiswa Al-Azhar Tanta. Saat itu pula nyali intelektual saya tertantang untuk menuntaskan program studi di Fakultas Syariah Wal Qanun.” ujar Dosen STAIN Pare-Pare itu.
Beliau pun sukses menyelesaikan jenjang pendidikan strata satunya pada tahun 1998, dan melanjutkan himmatul ulya’ untuk kuliah di jenjang lebih tinggi. Namun, beberapa dan lain hal harus mengakhiri perjalanannya di bumi Kinanah dan pada Tahun 2001 meninggalkan Mesir kembali ke kampung halaman.
Di indonesia beliau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi sambil menginfakkan ilmunya di pondok pesantren Nahdlatul ‘Ulum.
Berkat keikhlasan dalam mengajarkan ilmu-ilmu agama di pesantren, tahun 2005 beliau terangkat menjadi dosen STAIN Pare-Pare. Dan bertahun-tahun mengajar di jurusan ekonomi syari’ah, akhirnya pada penghujung musim panas ini beliau bersama rekannya memiliki project penelitian yang mengharuskan kembali lagi ke negri seribu menara dan berkesempatan bertatap muka dengan warga KKS di Mesir.
Ketika bertatap muka dengan Warga di Baruga, Beliau sempat membandingkan antara KKS dizamannya dan KKS sekarang.
“Dulu di zaman saya yang menguasai bisnis itu rata-rata orang KKS, namun sekarang agak sedikit berbeda. Tapi ada positivnya ketika nilai-nilai keilmuan kita tonjolkan. Sekarang rata-rata universitas di Indonesia lebih mengarah pada metodologi sistematis empiris, berbeda dengan system di Al-Azhar yang menggunakan metode tekstual.”
Dosen Pare-Pare itu sempat memberikan saran, agar materi kajian KKS yang sekarang dihendel oleh tiap Almamater (IADI, HIKMAT. BAIQUNI, IKDH) perlu melihat orientasi kajian di Indonesia juga. Seperti kajian perbankan syari’ah atau pembahasan hukum ekonomi syari’ah dan ekonomi modern, kemudian kajian sufi dan tasawuf yang lagi marak diperbincangkan di Indonesia.
Lanjut pada giliran kanda Zainal Abidin Cangkelo, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berbagi pengalaman. Tahun 1994 beliau tiba di Mesir untuk melanjutkan studi S1-nya dan selesai di Tahun 1999. Tahun berikutnya, beliau aktif di penyiaran radio Mesir-Indonesia sampai pada penghujung Tahun 2004.
Telah banyak pengabdian dan kontribusinya untuk Baruga. Diantaranya ketika beliau memilih menjadi mentor pelatihan Tarjamah Fauriah yang memang sesuai dengan skillnya,
“Menerjemah, hanya perlu membutuhkan sedikit teori, tapi perkembangannya nanti melalui praktek. Maka dengan praktek, sedikit demi sesikit kita akan mengalami perkembangan.” ungkap beliau yang pernah menjadi mentor Ust. Andi’ Ridwan itu.
Kemudian Ust. Andi’ Ridwan menyambung perkataanya memberikan keterangan tentang program Tarjamah Fauriah. “Dulu Jadwal pelatihan Tarjamah Fauriah itu tiap hari diadakan, tapi sekarang schedulle-nya kita adakan sekali sepekan saja.”
Pada kesempatan berikutnya kanda Zainal memberikan jawaban terkait pertanyaan seorang Dewan Redaksi Wawasan News, yang berkesempatan menanyakan tentang kiat-kiat dalam hal menerjemah.
“Menerjemah itu kita perlu untuk mempelajari terjemahan-terjemahan sebelumnya. Misalkan dalam menerjemahkan Al-Qur’an, kita pelajari semua terjemahan yang sudah ada. Seperti terjemahan Buya Hamka, Depag (Kemenag), Quraish Shihab dan sebagainya. Setelahnya baru kita perbaiki dan perbaharui bahasanya dengan bahasa yang lebih cocok, lugas dan relevan.” jawab kanda Zainal memberikan kiat-kiat dalam menerjemah.
Setelah cerita-cerita santai dari kedua senior yang baru saja tiba dari Indonesia ini, Ust Mahkamah Mahdi, MA. yang juga hadir di acara silaturahmi dan ramah-tamah, memberikan beberapa kesimpulan dan sedikit nasihat kepada warga KKS, umumnya kepada Azhariyyin. Agar selalu memegang dan mengembangkan identitas pemikiran kita sebagai seorang Azhary. beliau Ust. Mahkamah menutup nasihatnya dengan mengutip perkataan gurunya, Prof. Dr Abdul Khasyab (Dosen Dirasat Islamiyah),