Uncategorized

Penuhi Sumpahmu, Pemuda!

sumber gambar:(https://4.bp.blogspot.com/-y8EIdfl-f64/WfKldD5IX1I/AAAAAAAADIk/VEybCx_4ztEhhbRWNiEnoF9G4jRQpoQYQCLcBGAs/s1600/Ucapan-Hari-Sumpah-Pemuda-2015.jpg)

Oleh: Muhammad Surya Munir
Sejarah dunia adalah sejarah kaum muda. Saat kaum muda mati
suri dalam pergerakannya, maka mati pula sejarah bangsa. Sebab, tidak ada
sejarah bangsa tanpa sejarah kaum muda.


Dalam kompleksitas kehidupan bangsa Indonesia sendiri, kaum
muda tidak bisa disepelekan peranan serta andilnya. Pemuda dengan semangat yang
berapi-api, selalu hadir dengan segala romantisme perjuangannya. Dalam
sejarahnya, pemuda selalu menjadi penggerak kebangkitan dan perubahan yang
nyata.

Konsep dan tindakan kaum muda ditakdirkan untuk menjadi
pemain utama. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas kegemilangan, bahwa dari
dulu sampai sekarang, kaum muda selalu menjadi bagian dari unsur-unsur pelaku
perubahan di negeri ini.

Sejak masa awal Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda
1928, Proklamasi Kemerdekaan RI 1945, hingga masa awal Orde Baru 1966 dan Orde
Reformasi 1998. Kaum muda dengan semangat serta idealisme yang tinggi, senantiasa
memberi kontribusi positif terhadap dinamika perkembangan dan pembangunan
bangsa ini. Hemat penulis, tidak dapat dinegasikan, bahwa kaum muda adalah
lokomotif perjuangan dan perubahan bangsa bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia menuju kejayaan yang hakiki.

Sumpah Pemuda adalah salah satu dari sekian banyak prestasi
kaum muda terhadap bangsa ini. Pada 28 oktober 1928 silam, berlangsung kongres
ke II Pemuda Indonesia. Hal ini menjadi cikal bakal gerakan progresif pemuda
yang berujung pada deklarasi juang. Mereka hadir dengan perbedaan yang kental.
Agama yang berbeda, suku yang berbeda, dan bahasa daerah yang berbeda pula.
Demi kepentingan nasional, kaum muda sepakat untuk berbangsa satu, bertanah air
satu, dan berbahasa satu, Indonesia!

Sumpah Pemuda merupakan pijakan sejarah yang penting. Melalui
Sumpah Pemuda, penghuni bumi pertiwi diingatkan agar tetap menjaga Indonesia.
Konsistensi ke-Indonesia-an kita, kita telah diikrarkan dalam Sumpah Pemuda.
Dalam Sumpah Pemuda itu sendiri, perbedaan agama, suku, bahasa dan ras
merupakan harga mati.

Sumpah Pemuda tidak hanya ritus semu nir-makna. Namun, hal
yang paling penting adalah merawat dan menerapkan nilai-nilai yang termaktub
dalam Sumpah Pemuda. Dalam konteks kaum muda, Sumpah Pemuda adalah jembatan
kesadaran eksistensi diri. Para kaum muda harus sadar akan tugas dan
kewajibannya, menjaga dan terus merawat ibu pertiwi. 

Kini, kondisi bangsa telah banyak berubah. 90 tahun pasca
Sumpah Pemuda, kondisi kaum muda pun berbeda. Rasa cinta terhadap negeri tak
sekuat dulu. Dalam hal budaya misalnya, pemuda masa kini barangkali lebih hafal
dan lebih mengenal budaya asing dibanding budaya sendiri. Ramai pemuda masa
kini mengandrugi budaya Korea, Jepang, dan lainnya, lalu lupa akan budaya
Indonesia atau budaya di daerahnya sendiri.


Dalam hal pendidikan pun seperti itu. Sistem pendidikan
melahirkan jebolan-jebolan yang memiliki segudang pengetahuan dan keterampilan,
namun bertipikal individualis-pragmatis. Apatis terhadap pentingnya pengabdian
terhadap bangsa serta kebermanfaatan ilmu mereka dalam memecahkan permasalahan
yang mendera masyarakat banyak. Sehingga orientasi sebagian besar dari kaum
terdidik kurang lebih hanya soal bagaimana mereka memenuhi kebutuhan sendiri,
kebutuhan orang lain apalagi khayalak tak mau peduli.

Sadarkah kita sedang dijajah kembali zaman sendiri? Terasa
mengkhianati sumpah kita sebagai pemuda. Dimana bangsaku yang bersumpah untuk
satu? Dimana bahasaku yang kini makin terpelanting karena bahasa asing?
Kawan, aku bukan seorang patriotis atau nasionalis. Hanya
sedikit merenung tentang dedikasiku bersama ribuan pemuda dalam usia tanggung.
Dalam beberapa paragraf ini, penulis berharap dapat membangunkan jiwa muda yang
tengah terkapar ditembaki amunisi globalisasi, hingga mengalami krisis
ideologi.

Tak salah untuk sedikit melupakan orang tua yang berada di
kursi parlemen sana, yang tak kunjung berhenti membuat frustasi dengan
iming-iming janji dan reputasi. Kita adalah generasi pemuda yang mampu hidup mandiri
dan menata hidup sendiri. Kita genarasi yang mampu hidup dalam bahagia dari
hati yang tidak pernah setengah hati. Kita generasi yang mampu menang tanpa
harus mengharap ribuan piala.

Di momen 90 tahun Sumpah Pemuda ini, sudah saatnya kaum
muda kembali memaknai Sumpah Pemuda, berefleksi dan membayangkan bagaimana dulu
para pemuda dari berbagai daerah berkumpul untuk bangsa Indonesia. Mari kembali
ke ribaan perjuangan. Tanggalkan mental apatis dan pragmatis kalian.
Khususnya kaum muda yang terdidik, harus mengambil sikap.
Sudah seharusnya mulai melakukan sesuatu untuk kepentingan bangsa sesuai dengan
latar belakang studinya masing-masing, dalam ranah keilmuannya masing-masing.
Sebab dengan begitu, perubahan bangsa menjadi mungkin dan realistis untuk
dilakukan. Gerakan perubahan oleh genarasi muda yang nyata, spesifik dan
efektif.

Bangun kaum muda, bangun kaum pembaharu. Siapapun kalian,
berasal dari suku manapun, agama dan kepercayaan apapun. Selama kalian pemuda
Indonesia, dengan segala semangat, potensi dan keaktifan kalian, bukan sebuah
kemustahilan Indonesia dapat menjadi negara yang lebih maju dan berkembang
pesat. Olehnya itu, Penuhi Sumpahmu, Pemuda!

Artikel Terkait