Wawasan,
Kairo—
Senin, 4 Februari 2019 pukul 16:00 WLK.
Presiden PPMI Mesir Saiful Jihad,
mengadakan rapat di Konsuler KBRI Kairo. Dengan mengundang beberapa pihak
lembaga dan berbagai elemen
Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir),
untuk mendiskusikan perihal masalah Camaba kedepannya. Rapat ini pun dihadiri oleh berbagai
pihak, mulai dari perwakilan pihak Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA)
Indonesia, perwakilan pihak Atdikbud KBRI
Kairo, perwakilan pihak Markaz Lughah
Syeikh Zayed, Wihdah dan PPMI
Mesir, hingga
seluruh gubernur kekeluargaan se-nusantara.
Kairo—
Senin, 4 Februari 2019 pukul 16:00 WLK.
Presiden PPMI Mesir Saiful Jihad,
mengadakan rapat di Konsuler KBRI Kairo. Dengan mengundang beberapa pihak
lembaga dan berbagai elemen
Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir),
untuk mendiskusikan perihal masalah Camaba kedepannya. Rapat ini pun dihadiri oleh berbagai
pihak, mulai dari perwakilan pihak Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA)
Indonesia, perwakilan pihak Atdikbud KBRI
Kairo, perwakilan pihak Markaz Lughah
Syeikh Zayed, Wihdah dan PPMI
Mesir, hingga
seluruh gubernur kekeluargaan se-nusantara.
Dalam rapat tersebut pihak OIAA, KBRI maupun PPMI
membahas berbagai polemik yang terjadi seputar pendidikan Masisir secara umum. Sampai
menjurus pada permasalahan seputar kedatangan Camaba mendatang. Hingga diangkatlah sebuah wacana
pengadaan Markaz Lughah Syaikh Zayed cabang Indonesia -yang akan di
tempatkan di Ibukota Jakarta- sebagai topik utama dalam rapat ini.
membahas berbagai polemik yang terjadi seputar pendidikan Masisir secara umum. Sampai
menjurus pada permasalahan seputar kedatangan Camaba mendatang. Hingga diangkatlah sebuah wacana
pengadaan Markaz Lughah Syaikh Zayed cabang Indonesia -yang akan di
tempatkan di Ibukota Jakarta- sebagai topik utama dalam rapat ini.
Wacana ini bukan
merupakan hal baru. Melainkan pernah
dibahas dua tahun belakangan. Kemunculanya
saat ini, lahir atas permintaan Kementrian Agama Indonesia
kepada Grand Syaikh al-Azhar,
untuk memikirkan solusi
dari masalah keterlambatan berangkat para
Camaba. Hingga akhirnya, muncul ide untuk diadakan
cabang Markaz Lughah di Indonesia. setelah
kedatangan Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi, Lc., M.A. Selaku ketua OIAA, beberapa
waktu lalu. Hingga
terwujud kesepakatan secara tertulis untuk pendirian
cabang Markaz Lughah tersebut.
merupakan hal baru. Melainkan pernah
dibahas dua tahun belakangan. Kemunculanya
saat ini, lahir atas permintaan Kementrian Agama Indonesia
kepada Grand Syaikh al-Azhar,
untuk memikirkan solusi
dari masalah keterlambatan berangkat para
Camaba. Hingga akhirnya, muncul ide untuk diadakan
cabang Markaz Lughah di Indonesia. setelah
kedatangan Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi, Lc., M.A. Selaku ketua OIAA, beberapa
waktu lalu. Hingga
terwujud kesepakatan secara tertulis untuk pendirian
cabang Markaz Lughah tersebut.
Setelah
dibuka cabang Markaz Lughah di Indonesia, rencananya tes seleksi Tahdid
Al-Mustawa juga akan diadakan di jakarta. Dengan
metode penyeleksian, setelah diumumkan hasil dari tes pertama, para
peserta dibagi menjadi dua kelompok. Peserta yang mendapat nilai tinggi, akan langsung diberangkatkan ke
Mesir. Dan yang mendapat nilai rendah, akan mendapat bimbingan di Markaz
Lughah Jakarta. Namun, pembagian dua kelompok
pemberangkatan Camaba tersebut
masih berupa bahan diskusi menurut bapak Muhammad Arifin, Lc, MA selaku perwakilan
OIAA.
dibuka cabang Markaz Lughah di Indonesia, rencananya tes seleksi Tahdid
Al-Mustawa juga akan diadakan di jakarta. Dengan
metode penyeleksian, setelah diumumkan hasil dari tes pertama, para
peserta dibagi menjadi dua kelompok. Peserta yang mendapat nilai tinggi, akan langsung diberangkatkan ke
Mesir. Dan yang mendapat nilai rendah, akan mendapat bimbingan di Markaz
Lughah Jakarta. Namun, pembagian dua kelompok
pemberangkatan Camaba tersebut
masih berupa bahan diskusi menurut bapak Muhammad Arifin, Lc, MA selaku perwakilan
OIAA.
Selain rencana pendirian
cabang Markaz Lughah, untuk membantu keefektifan program pembelajaran. Juga
direncanakan pengadaan program
asrama Bahasa Arab sebagai penunjang
lingkungan yang kondusif dalam proses belajar mengajar ini. Dari wacana tersebut rupanya, membuka peluang kerja bagi
lulusan Universitas al-Azhar. Sebab, tenaga pengajar yang dibutuhkan
akan diambil dari dua kelompok. Pertama, dari pihak Markaz Lughah. Kedua, dari
mahasiswa Indonesia yang telah menempuh pendidikan S1 di Mesir dan fasih berbahasa Arab serta berkompeten dalam mengajar. Hingga bentuk realisasinya dalam
waktu dekat PPMI berencana akan
membuka pendaftaran untuk tenaga
pengajar tersebut.
cabang Markaz Lughah, untuk membantu keefektifan program pembelajaran. Juga
direncanakan pengadaan program
asrama Bahasa Arab sebagai penunjang
lingkungan yang kondusif dalam proses belajar mengajar ini. Dari wacana tersebut rupanya, membuka peluang kerja bagi
lulusan Universitas al-Azhar. Sebab, tenaga pengajar yang dibutuhkan
akan diambil dari dua kelompok. Pertama, dari pihak Markaz Lughah. Kedua, dari
mahasiswa Indonesia yang telah menempuh pendidikan S1 di Mesir dan fasih berbahasa Arab serta berkompeten dalam mengajar. Hingga bentuk realisasinya dalam
waktu dekat PPMI berencana akan
membuka pendaftaran untuk tenaga
pengajar tersebut.
Dalam pertemuan tersebut juga menyinggung
soal pemerataan kuota mahasiswa. Khususnya daerah minoritas Islam seperti
Papua, Maluku, dan daerah-daerah lainnya. Sebab beberapa
tahun terakhir, seakan terjadi
ketidakmerataan penerimaan mahasiswa. Hingga
diusulkan agar OIAA tidak lagi menunggu untuk memperoleh calon mahasiswa. Tapi justru lebih aktif mencari di daerah-daerah
tersebut. Bahkan bila perlu mengundang mereka secara khusus. Sekaligus
memberi peluang beasiswa bagi mereka. Sebab, Indonesia saat ini kekuragan ulama moderat. Terkhusus di daerah Timur. Inisiatif
ini diharapkan mampu membantu misi dakwah pada daerah pedalaman yang
belum tersentuh. (Dwi)
soal pemerataan kuota mahasiswa. Khususnya daerah minoritas Islam seperti
Papua, Maluku, dan daerah-daerah lainnya. Sebab beberapa
tahun terakhir, seakan terjadi
ketidakmerataan penerimaan mahasiswa. Hingga
diusulkan agar OIAA tidak lagi menunggu untuk memperoleh calon mahasiswa. Tapi justru lebih aktif mencari di daerah-daerah
tersebut. Bahkan bila perlu mengundang mereka secara khusus. Sekaligus
memberi peluang beasiswa bagi mereka. Sebab, Indonesia saat ini kekuragan ulama moderat. Terkhusus di daerah Timur. Inisiatif
ini diharapkan mampu membantu misi dakwah pada daerah pedalaman yang
belum tersentuh. (Dwi)