Wawasan, Kairo- Setelah dilantik
secara resmi beberapa pekan lalu, kabinet baru Wihdah PPMI Mesir 2019 akhirnya
mengadakan Grand Opening Wihdah Inklusif pada hari Rabu (27/3) di Markaz Dakwah
PCIM, Distrik 9, Kota Nasr. Dengan tema “Memperteguh Identitas Mahasiswi
Indonesia yang Prestatif, Inovatif, dan Kontributif”, Wihdah mengundang dua
pembicara yang tak asing lagi di dunia Masisir, yaitu Ustazah Wirdah Fachiroh
Fachri, Lc., MA dan penulis buku Menuju Kiblat Ilmu Ustaz Cecep Taufikurrohman,
S.Ag, MA.
secara resmi beberapa pekan lalu, kabinet baru Wihdah PPMI Mesir 2019 akhirnya
mengadakan Grand Opening Wihdah Inklusif pada hari Rabu (27/3) di Markaz Dakwah
PCIM, Distrik 9, Kota Nasr. Dengan tema “Memperteguh Identitas Mahasiswi
Indonesia yang Prestatif, Inovatif, dan Kontributif”, Wihdah mengundang dua
pembicara yang tak asing lagi di dunia Masisir, yaitu Ustazah Wirdah Fachiroh
Fachri, Lc., MA dan penulis buku Menuju Kiblat Ilmu Ustaz Cecep Taufikurrohman,
S.Ag, MA.
Untuk sesi pertama, diadakan
dialog terbuka bersama Ustazah Wirdah Fachiroh, salah satu senior Masisir
sekaligus Wakil Direktur Yayasan Dar el-Fachri. Sesuai dengan tema acara,
beliau membahas bagaimana seorang Masisirwati (sebutan untuk Masisir Wanita) yang
ideal.
dialog terbuka bersama Ustazah Wirdah Fachiroh, salah satu senior Masisir
sekaligus Wakil Direktur Yayasan Dar el-Fachri. Sesuai dengan tema acara,
beliau membahas bagaimana seorang Masisirwati (sebutan untuk Masisir Wanita) yang
ideal.
Menurut beliau, Masisirwati
ideal ialah ia yang kembali pada profilnya sebagai seorang Azhariyah, yang mana
ia dapat dikatakan sukses manakala dapat menyeimbangkan prestasi akademik dan
kehidupannya. Tak dapat dimungkiri, bahwa perempuan-perempuan jebolan Mesir
merupakan yang paling aktif berkontribusi untuk Indonesia sampai saat
ini.
ideal ialah ia yang kembali pada profilnya sebagai seorang Azhariyah, yang mana
ia dapat dikatakan sukses manakala dapat menyeimbangkan prestasi akademik dan
kehidupannya. Tak dapat dimungkiri, bahwa perempuan-perempuan jebolan Mesir
merupakan yang paling aktif berkontribusi untuk Indonesia sampai saat
ini.
Beliau membagi tipe Masisirwati
menjadi tiga macam, yaitu Insan Akademis, Insan Aktifis, dan Insan Sosialita.
Dalam hal ini, beliau menyampaiakan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan
oleh ketiganya.
menjadi tiga macam, yaitu Insan Akademis, Insan Aktifis, dan Insan Sosialita.
Dalam hal ini, beliau menyampaiakan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan
oleh ketiganya.
Yang perlu diperhatikan oleh
Insan Akademis adalah pola atau cara belajar. Tiap individu memiliki pola
belajar yang berbeda, maka ia diharuskan mampu mengetahui seperti apa pola
belajar yang sesuai dengannya. Hal tersebut harus diimbangi dengan muraja’ah
atau mengulang pelajaran, “Percuma belajar sana-sini kalo gak muraja’ah.”
Pungkasnya. Begitupun dengan kegiatan talaki.
Insan Akademis adalah pola atau cara belajar. Tiap individu memiliki pola
belajar yang berbeda, maka ia diharuskan mampu mengetahui seperti apa pola
belajar yang sesuai dengannya. Hal tersebut harus diimbangi dengan muraja’ah
atau mengulang pelajaran, “Percuma belajar sana-sini kalo gak muraja’ah.”
Pungkasnya. Begitupun dengan kegiatan talaki.
Selain itu, seorang Masisirwati
pun diharapkan menjadi seorang aktifis. Dalam hal ini, ia diharapkan mampu
menjadi contoh bagi orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut bisa dilakukan
dengan selalu memperluas koneksi, tidak hanya bergaul dengan se-komunitasnya
saja, aktif di organisasi misalnya. Sejalan dengan dengan hal tersbut, Ustaz
Cecep menyarankan waktu yang tepat untuk aktif dalam organisasi, “Kalau mau
aktif di organisasi, baiknya di tingkat tiga, laa qabla wa laa ba’da.” Ucap
beliau.
pun diharapkan menjadi seorang aktifis. Dalam hal ini, ia diharapkan mampu
menjadi contoh bagi orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut bisa dilakukan
dengan selalu memperluas koneksi, tidak hanya bergaul dengan se-komunitasnya
saja, aktif di organisasi misalnya. Sejalan dengan dengan hal tersbut, Ustaz
Cecep menyarankan waktu yang tepat untuk aktif dalam organisasi, “Kalau mau
aktif di organisasi, baiknya di tingkat tiga, laa qabla wa laa ba’da.” Ucap
beliau.
“Sebagai seorang akademis
sekaligus aktifis, jangan lupa label Azhariyah. Seorang Azhariyah dikenal
sebagai penghapal Quran, belajar ilmu syari, muaddabah, dan muadzdzabah
(berakhlak)” ungkap Ustazah Wirdah mengingatkan. Beliau juga berpesan agar
selalu menjaga dan memperbaiki akhlak. “Jangan pulang malam, jangan malah
nongkrong di kafe sama lawan jenis.” Tambahnya. (Intan Dien)
sekaligus aktifis, jangan lupa label Azhariyah. Seorang Azhariyah dikenal
sebagai penghapal Quran, belajar ilmu syari, muaddabah, dan muadzdzabah
(berakhlak)” ungkap Ustazah Wirdah mengingatkan. Beliau juga berpesan agar
selalu menjaga dan memperbaiki akhlak. “Jangan pulang malam, jangan malah
nongkrong di kafe sama lawan jenis.” Tambahnya. (Intan Dien)
3