Kata “wisata” tentu sudah tidak asing lagi saat ini, namun sebenarnya apa pengertian wisata?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wisata adalah bepergian secara bersama-sama dengan tujuan untuk bersenang-senang, menambah pengetahuan, wisata spiritual, dan lain-lain. Selain itu juga dapat diartikan sebagai bertamasya atau piknik.
Budaya Masisir menamakan wisata dengan kata “rihlah“, serapan dari bahasa Arab yang memiliki arti perjalanan, penjelajahan, atau darmawisata.
Sebagai Masisir, rihlah sudah merupakan kegiatan yang sering kita dengar dan ikuti, akan tetapi yang harus dilakukan dalam rihlah adalah keseriusan kita dalam mengambil banyak pelajaran dan pengalaman. Dan untuk kali ini agenda yang diadakan Manba`ul Munir Kerukunan Keluarga Sulawesi adalah Wisata Spritual atau Rihlah Ruhaniyah, dengan destinasi ziarah ke makam ahlul bait dan auliya as-shalihin.
Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengenal lebih dekat para auliya dan ahlul bait dengan melihat langsung bukti-bukti peninggalannya, meneladani nilai-nilai mulia yang tertuang dalam jejak sejarah mereka. Sikap, istiqomah dan semangat mereka, lalu bertawasul dengan kemuliaan yang Allah berikan pada mereka. Tentu juga untuk mengingatkan kita akan kematian, sebagai nasihat paling ampuh untuk menundukkan ketamakan pada dunia.
Jum’at (23/08), jam menunjukkan pukul 08:00 Wlk, 50 peserta dan empat pemandu mulai bergegas ke tempat yang telah disepakati. Mustawi Jamaluddin dan Muhammad Zein Abdul Wahab pemandu dari Anggota KKS Mesir, sementara Zarkasyi Awaluddin Amit dan Thariqulfakhri Rizqulloh pemandu dari IKPM.
Rute destinasi ziarah kali ini adalah Makam Imam Jalaluddin as-Suyuti, Sayyidah Aisyah binti Ja`far, Sayyidah Nafisah, Sayyidah Ruqayyah, Sayyidah Sukainah, Masjid Ibnu Thulun, dan tujuan akhir makam Sayyidah Zainab.
”Tujuan dari kegiatan ini tak lain agar kita terus menjadikan para ahlul bait sebagai teladan kita, senantiasa lebih memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia. Dengan adanya kegiatan seperti ini kita dapat mengenang kembali dan mempelajari tentang sejarah islam sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap auliya` dan ahlul bait,” terang Zein, salah satu pemandu rihlah ruhaniyyah.
Untuk destinasi awal seluruh rombongan mengunjungi makam Imam Jalaluddin as-Suyuti, seorang pengarang buku Tafsir Jallalain. Makam itu tidak jauh dari makam Sayyidah Aisyah binti Ja`far. Ketika tiba di tempat, seluruh peserta berdiri di depan makam guna mendapatkan penjelasan biografi singkat oleh pemandu Mustawi Jamaluddin lalu doa dan foto bersama.
Perjalanan berlanjut dengan kelompok masing-masing yang telah dibagikan panitia. Peserta terdiri dari lima kelompok. Kelompok pertama dan kedua dibawah bimbingan Mustawi Jamaluddin dan Muhammad Zein Abdul Wahab, Kelompok ketiga dan empat bersama Zarkasyi Awwaluddin Amit dan Thariqulfakhri Rizqulloh, dan kelompok kelima, rombongan anggoti (sebutan khas KKS untuk anggota perempuan).
Kegiatan berjalan dengan baik, kelompok pertama, kedua dan rombongan anggoti segera menuju makam Sayyidah Aisyah binti Ja`far as-Shadiq dan sisanya menuju ke makam Sayyidah Nafisah, seorang ahlul bait nan sufi dan alim. Penduduk Mesir sangat menyanginya dan percaya akan karamah-nya. Mereka selalu berduyun-duyun mendatanginya, berdesakan mengingat mauidzah-nya dan berdoa untuknya, sehingga rombongan kesulitan untuk masuk. Namun akhirnya bisa masuk dan mendapatkan tempat, lalu doa bersama.
Lanjut ke makam Sayyidah Sukainah dan Sayyidah Ruqayyah. Sayyidah Sukainah adalah seorang ahlul bait yang sastrawati, mempunyai citrarasa yang tinggi dalam seni literatur, kritis, alim dengan pernik-pernik bahasa dan spesifikasi agama. Dalam perjalanan juga rombongan menyempatkan ziarah ke makam ahlul bait Sayyid Muhammad al-Anwar.
Menjelang siang, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Masjid Ibnu Thulun, masjid tertua kedua yang dibangun pada tahun 263 H oleh Ahmad Ibnu Thulun, raja pertama dinasti Thulunniyah, disana rombongan mentadabburi sekitar masjid dan istirahat sejenak lalu foto bersama walaupun cuaca sangat panas. Kemudian, perjalanan berlanjut ke makam Sayyidah Zainab sebagai destinasi terakhir, dengan keadaan yang sama. Makam Sayyidah Zaenab sangat ramai dengan penduduk Mesir sehingga rombongan kesulitan untuk masuk ziarah, dan akhirnya mendapatkan tempat hingga menjelang datangnya waktu shalat Jumat.
Peserta Rihlah Ruhaniyyah Manba’ul Munir foto bersama di lingkungan masjid Ibnu Thulun (263 H.) |
Usai shalat Jum’at, rombongan rihlah segera kembali ke kediaman masing-masing. Zein pemandu rihlah berpesan, “semoga kegiatan seperti ini tidak cukup sampai disini saja, akan tetapi harus terus berlanjut selama kita masih diberi kesempatan berada dinegri para Nabi, yang penuh dengan sejarah dan peradaban Islam. Maka rugi jika kita tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Sukses untuk Manba`ul Munir karena telah mengadakan agenda mulia seperti ini.” Tutur Zein.
Kedepan, Rihlah Ruhaniyah Manba’ul Munir akan berlanjut dengan Alexandria sebagai destinasi pilihan berikutnya. (Ayu)
Editor : Al-Imam Ul-Juaini Al-Mu’asir