Al-IkhlasBAIQUNIHikmahIADIKegiatanWarta

BKA Adakan Diskusi Panel, Cari Solusi Terkait Konflik di Indonesia

Suasana Diskusi Panel. (Dok. Panitia)

Wawasan, Kairo–
Jumat 4
Oktober 2019, BKA (Badan Koordinasi Almamater) yang merupakan badan otonom
Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) Mesir melaksanakan acara Diskusi Panel yang
bekerja sama dengan almamater-almamater Sulawesi di Mesir, diantaranya IADI, FK-Baiquni, HIKMAT, IKAKAS, dan IKA al-Ikhlas. Diskusi yang
dilaksanakan di Baruga tersebut mengusung tema Konflik Horizontal di Indonesia: Mencari Jalan Terbaik. Terdiri dari dua pemateri dan enam panelis yang
merupakan utusan terbaik dari almamater-almamater Sulawesi di Mesir.
Banyaknya
konflik yang terjadi di Indonesia seperti konflik Poso, konflik Papua, bahkan
konflik antar suporter bola membuat warga KKS melaksanakan acara Diskusi Panel agar mampu mengambil ‘ibrah dan jalan terbaik
untuk mengatasi konflik yang ada di Indonesia sebagai bentuk rasa tanggung
jawab, saling memiliki dan bahu membahu sebagai bangsa Indonesia.
Salah
satu penyebab konflik horizontal adalah rasisme yang terjadi di tengah
masyarakat sebagaimana pemaparan Muh. Yusuf Perdana sebagai pamateri mewakili
almamater IADI, ia mengambil contoh konflik yang terjadi di Papua akibat orang luar Papua menganggap diri mereka
berbeda dengan orang Papua, “Salah satu penyebab terjadinya konflik adalah rasial
atau kita kenal dengan rasisme, menganggap diri kita berbeda (lebih baik) dari yang lain.” Ujar
Yusuf Perdana.
Menurut
Yusuf, terlepas dari jalan pemerintah sebagai pemersatu rakyat, jalan terbaik
untuk masalah konflik terutama di Papua adalah kita sebagai saudara, sebangsa
dan setanah air harus saling mengayomi dan memerhatikan, “Kita harus saling
mengayomi dan memerhatikan orang yang ada disana,” ujarnya.
Ibnul Araby sebagai pemateri mewakili almamater IKA al-Ikhlas mengatakan, konflik
yang terjadi di Indonesia karena pemahaman kita terhadap nasionalisme yang
tercederai oleh rasisme, “Nasionalisme yang dijunjung tinggi Indonesia bukan
berdasarkan ras melainkan justru menghargai keberagaman,” ungkap Ibnul. 
Berbeda
dengan Yusuf, Ibnul mengambil contoh konflik yang terjadi di Aceh. Dimana
ketika pemerintah mengkhianati perjanjian yang telah disepakati bersama dengan
warga Aceh hingga menimbulkan rasisme, “Adanya tindakan rasisme yang hadir karena
adanya ketidakadilan , kurangnya ketidakadilan pemerintah kita dan adanya
daerah yang dianaktirikan.” Imbuhnya.
 Menurut Ibnu, langkah awal kita menghadapi
konflik adalah dengan menumbuhkan nasionalisme dalam diri kita, “Yang perlu
kita pahami dan pelajari bahwa, bagaimana kita menumbuhkan nasionalisme dalam
diri kita,” ujarnya.
 

Foto bersama Pemateri, Panelis, dan Moderator. (Dok. Panitia)

Tidak
cukup dengan penjelasan kedua pemateri. Ahmad Rusyaid selaku panelis mengatakan
bahwa konflik di Papua terjadi karena pemerintah yang acuh terhadap masalah
disana, “Konflik yang terjadi di Papua sekarang adalah bentuk kegagapan
pemerintah dalam mengatasi rasisme”. Dan menurut Rusyaid solusi mengatasi
konflik yaitu salah satunya dengan nasionalisme, “Bukan pemahaman nasionalisme
yang perlu kita dalami, tapi tindakan (aplikasi) pada nasionalisme tersebut”.
Adapun
menurut Ismail salah satu panelis, terjadinya konflik karna Indonesia yang
terdiri dari beberapa pulau dan solusi mengatasinya adalah dengan pengenalan
kultur, “Latar belakang terjadinya konflik karena Indonesia terdiri dari berbagai
pulau, maka solusinya adalah pengenalan kultur untuk mencegah dari hal yang
awal tadi.” Tambahnya.
Akmal
Jamaluddin sebagai salah satu panelis juga memberikan solusi untuk mengatasi
konflik yaitu dengan memisahkan dan mengumpulkan mereka. “Ada dua hal yang
dapat menjadi solusi. Yang pertama: Jika ada kelompok yang saling
berselisih maka langsung dipisahkan dari wilayah tersebut jika memang tidak
bisa disatukan, kemudian (hal itu kembali kepada) bagaimana cara kita
mengumpulkan mereka dalam suatu wilayah tanpa ada konflik atau tanpa ada
pertikaian”.
 Adapun solusi lain yang ditawarkan panelis
adalah mencegah konflik sebelum terjadi serta mencari oknum yang membuat
konflik atau oknum yang menunggangi konflik yang ada, “Kalau gerakan ini
ditunggangi, cari penunggangnya.” Ujar Icuk Sugiarto. (Ammar)


Artikel Terkait