Dr. Syauqi ‘Allam (Gambar: almalnews.com) |
Oleh: Dr. Syauqi
‘Allam (Mufti Mesir)
Umat Islam sangat
meningkatkan perhatian terhadap perayaan memperingati hari Maulid Nabi yang mulia. Maka pada saat itu umat Islam
mengekspresikan suka cita secara menyeluruh pada hari-hari peringatan maulid,
dan malam-malam yang berseri-seri mereka menikmati ibadah yang menyucikan ruh
dan hati mereka sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah Swt. yang telah
menganugrahkan kepadanya inayat dan rahmat-Nya dengan hari kelahiran Nabiyurrahmah
dan Penyelamat Umat (yaitu) Nabi Muhammad Saw., dan menguatkan hal tersebut
dengan firman-Nya:
وما أرسلناك
إلا رحمة للعالمين
“Tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) melainkan sebagai rahmat
bagi seluruh alam”
Pada hari-hari di bulan Rabiul Awal 14 abad yang lalu, seluruh alam
bersinar karena kelahiran Nabi Muhammad Saw., terbukalah
pintu-pintu keadilan dan muncullah diskursus-diskursus membenahi manusia
melalui nilai dan akhlak hingga nilai kemanusian mendapatkan kembali
karakteristiknya yang sehat, maka dari itu Allah Swt. berfirman:
هو الذي بعث في
الأميين رسولا منهم يتلو عليهم آياته ويزكيهم ويعلمهم الكتاب والحكمة وإن كانوا من
قبل لفي ضلال مبين. وآخرين منهم يلحقوا بهم… (الجمعة)
“Dia-lah yang mengutus
seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan
mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, meskipun sebelumnya mereka benar-benar
dalam kesesatan yang nyata. Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang
belum berhubungan dengan mereka.“
Benar bahwa kelahiran Nabi yang mulia seperti
halnya babak untuk kehidupan yang baru bagi nilai kemanusian, pada hari itu ada
musim semi, cahaya dan penghidupan bagi sebuah peradaban sejalan dengan
perintah-perintah Ilahi, nilai luhur dan akhlak mulia, yang merupakan pangkal
seluruh kebaikan pada eksistensi, dan asas sebuah peradaban dunia, karena Allah
telah menjadikan Nabi-Nya yang mulia di atas
akhlak mulia (itu sendiri) dan menjadikan syariat-Nya pedoman bagi manusia untuk memperindah diri dengan akhlak
mulia, sesuai dengan kemampuan mereka, karena dasar syariat ini berpusat pada
penyempurnaan hal yang dibutuhkan manusia berupa akhlak mulia di setiap
individu maupun komunitasnya. Sebagaimana Rasulullah Saw. adalah role
mode sekaligus manifestasi dari syariat ini,
Nabi Saw. mengikuti perintah-Nya:
ثم جعلناك على
شريعة من الأمر فاتبعها…
“Kemudian Kami jadikan engkau
(Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu…”
Dan Allah Swt. berfirman:
وأمرت لأن أكون
أول المسلمين
“Dan Aku
diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri”
Maka dari itu peraturan Nabi Saw. dalam
membangun karakter perindividu maupun masyarakat dan mengkonsolidasi kaidah
peradaban adalah mengikuti firman Allah Swt.:
إن الله يأمر
بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم
تذكرون
“Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pengajaran.”
Di dalam firman tersebut mencakup akhlak mulia dan
nilai-nilai luhur yang menjadikan manusia mencapai derajat yang baik sejajar
dengan orang-orang jujur dan reformis melalui sikap memperindah diri dengan
akhlak mulia dan cinta kepada makhluk lain sebagaimana ia mencintai dirinya,
dan sikap membersihkan diri dari akhlak buruk.
Rasulullah Saw. bersabda:
إن من الناس مفاتيح
للخير، ومغاليق للشر، وإن من الناس مفاتيح للشر ومغاليق للخير، فطوبى لمن جعل الله
مفاتيح الخير على يديه، وويل لمن جعل الله مفاتيح الشر على يديه (سنن إبن ماجه)
“Sesungguhnya
di antara manusia ada yang menjadi pembuka bagi pintu kebaikan dan penutup
pintu keburukan, dan di antara manusia juga ada yang menjadi pembuka bagi pintu
keburukan dan penutup pintu kebaikan, maka beruntunglah bagi siapa yang Allah
jadikan di atas tangannya kunci-kunci kebaikan, dan celakalah bagi siapa yang
Allah jadikan di atas tangannya kunci-kunci keburukan“.
(Sunan Ibnu Majah)
Semua itu
menegaskan keseluruhan manfaat dan maslahat yang didapati manusia dan segenap
makhluk melalui maulid Nabi Saw., dalam kapasitasnya sebagai sebab dan
manifestasi sampainya semua kebaikan dunia dan akhirat, terutama dia sebagai
contoh manusia sempurna yang membangun tatanan istimewa yang mendapat pujian
dari non-muslim sebelum muslim itu sendiri, mengharuskan kita bersyukur kepada
Allah atas anugrah berupa utusan-Nya dengan memperlihatkan suka cita pada
peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. sesuai syariat, dengan mengikuti
perintah-Nya:
قل بفضل الله
برحمته فبذلك لليفرحوا هو خير مما يجمعون
“Katakanlah
(Muhammad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan’”
Pada peringatan maulid
Nabi Muhammad Saw. namanya bersinar, lidah dan ruh mereka tekun bershalawat,
memujinya, membaca keutamaan dan akhlaknya, karena apa yang kita butuhkan
adalah mengikutinya dan melaksanakan syariat Islam yang suci dengan akhlak
mulia berupa perkataan, perbuatan, melaksanakan kewajiban, memenuhi hak negara
dan keluarga, yang berujung pada reputasi dan pujian baik demi kehidupan yang
mulia dan budi luhur di antara umat.
Semoga sepanjang
tahun, Mesir, pemangku jabatan, rakyat, peduduk Arab dan umat Islam selalu
dalam kebaikan.
Penerjemah: Dwi
Putra Amrah
Diterjemahkan dari koran Al-Ahram,
rubrik Fikr Diniy edisi 23 Oktober 2020