Wawasan, Kairo- “Ini sudah saya ingatkan berbulan-bulan yang
lalu, langsung kepada Menteri, saya ingatkan bahayanya kalau pakai sembako, dan akhirnya
terjadi. Masyarakat awam juga tau, sebaik-baik bantuan rakyat yaitu uang, biar
rakyat yang beli gula ke warung tetangga, beli beras ke warung tetangga, bukan
dipasok oleh pemerintah dalam bentuk sembako,” tegas Ekonom Faisal Basri ketika
menjadi pembicara di acara Wawasan Talk pada Senin, (7/12).
Faisal mengungkapkan, perang besar melawan covid-19
seharusnya panglimanya yaitu ahli epidemiologi atau ahli kesehatan masyarakat,
tapi kenyataanya Ketua Kebijakannya yaitu Menko Perekonomian, Wakil Ketuanya menko-menko
yang hanya ada satu Menteri Kesehatan disitu, kemudian Ketua Pelaksananya
Menteri BUMN.
“Jadi dibawah ke bisnis, seperti Ari Batubara itulah akhirnya,
jadi desain kebijakannya dibuat pakai sembako, kalau sembako dia dapat fee dari
pengadaannya” ungkapnya.
Faisal juga menambahkan, kalau tidak salah korupsi
di pengadaan minyak goreng pada kasus di Jakarta, anggarannya Rp 15.000, sementara
yang dibeli minyak goreng yang harganya hanya Rp. 9.000. Jadi per liternya saja
sudah diambil lebih dari Rp. 5.000, belum lagi garam dan sembako lainnya.
“Kita kedepan tidak boleh mengelolah Negara
amatiran seperti ini, ini menjadi pelajaran bagi generasi muda agar kedepannya
tidak memerintah negera dengan cara seperti ini” pungkas Ekonom Faisal Basri pada
acara virtual yang diselenggarakan oleh Wawasan KKS Mesir. (Sakinah)