Al-AzharKemenagMasisirpusiba

Tanggapi Surat Terbuka untuk Kemenag, Kandidat Magister Al-Azhar: Al-Azhar Tidak Sesederhana Itu

 

Universitas Al-Azhar Kairo (Gambar: arabnews.com)

Wawasan, Kairo- “Dalam surat tersebut, saya membaca seakan
bahwa penulis surat membandingkan seleksi ke Al-Azhar dengan kapasitas
dirinya yang merupakan penerima nilai mumtaz di pondoknya. Hingga natijah
(hasil) logikanya adalah ketika ia mumtaz di pondoknya pastilah ia
akan lulus ke Al-Azhar. Padahal, Al-Azhar tidak sesederhana logika itu,” ungkap
Halim Bahri Darwis, Lc., Dipl. saat menanggapi Surat Terbuka untuk Menteri
Agama yang ditulis oleh Qistina Barizah.

 

Halim menambahkan tanggapan tentang surat yang
dimuat di Tribun News tersebut bahwa sudah sering didapatkan orang yang
peringkat 1 di pondoknya, tapi tidak lulus tes ke Al-Azhar. Begitupun ketika di
Mesir, realita yang dilihat banyak mahasiswa yang dulunya mumtaz atau
santri paling berprestasi di pondoknya sebelum ke Mesir, namun di Mesir banyak maddahnya
(mata kuliahnya) yang gagal dan nilainya biasa-biasa saja. Namun sebaliknya, banyak
yang dulunya waktu di Indonesia biasa-biasa saja, namun saat di Al-Azhar ia menjadi
bintang. Jadi, lagi-lagi Al-Azhar tidak sesederhana itu.

 

“Memang sih, seharusnya pemerintah tidak
boleh menghalang-halangi warganya untuk menuntut ilmu di mana saja, termasuk menuntut
ilmu di Al-Azhar Mesir. Hanya saja, ketika kita melihat dan merenungi realita
di lapangan itu, tentu berbeda,” ucap Kandidat Magister tersebut pada Kru
Wawasan pada Selasa (18/5) melalui pesan Whatsapp.

 

Halim menjelaskan, jika melihat perilaku
Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) akhir-akhir ini, bisa dikatakan ‘agak
menyimpang’ dari yang seharusnya menjadi sifat dan akhlak seorang pelajar
Al-Azhar. Salah satunya adalah karena kelonggaran regulasi beberapa tahun terakhir yang diberikan untuk masuk belajar ke Al-Azhar.

Di tengah, Halim Bahri (Gambar: Dok. Wawasan)

Dia menambahkan, meskipun lulusnya seseorang
dalam tes seleksi Kemenag tidak menjamin bahwa mereka lebih berakhlak dan
bermoral daripada yang tidak lulus. Akan tetapi, setidaknya ada kesan dia menghargai
bahwa ia lolos ke Mesir karena ia adalah benar-benar manusia yang dipilih Allah
Swt.

 

Halim melanjutkan bahwa jika melihat kondisi
sekarang juga sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya. Sekarang dalam
masa pandemi Covid-19. Jika dilonggarkan Warga Negara Indonesia (WNI)
untuk berangkat ke Mesir, maka jumlahnya yang ada di Mesir akan semakin membeludak
dan ini akan semakin menyulitkan penjagaan pemerintah terhadap warganya,
khususnya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo.

 

“Kalau tidak percaya, silahkan lihat riwayat
siklus jumlah kedatangan WNI, khususnya pelajar 10 tahun terakhir. Maka akan
terlihat sekali bahwa kedatangan WNI di Mesir mulai tidak terkontrol,”
pungkasnya. (Ryan)

Artikel Terkait