Al-AzharAlmamaterIADIMasisirTentang KKS

Bikin Bangga, 2 Pemuda Asal Sulawesi Raih 4 Besar dalam Lomba Kaligrafi Internasional

 

Muhammad Athar Afif (kiri), dan Syarif Hidayatullah (kanan) (Gambar: dok. Wawasan)

Wawasan, Kairo—Melansir dari laman Markaz Tatwir Ta’lim at-Thullab al-Wafidin
wal Ajanib
pada Jumat (25/2) telah keluar pengumuman juara lomba yang
diadakan oleh Al-Azhar Al-Syarif, salah satunya cabang lomba Kaligrafi. Nama
Muhammad Athar Afif (asal Sulawesi Barat) keluar menjadi juara 1, sedangkan
Syarif Hidayatullah (asal Gorontalo) menduduki urutan ke-4.

 

Lomba Kaligrafi ini diikuti oleh 80 mahasiswa asing
dari negara yang berbeda-beda, waktu akhir pendaftaran akhir bulan Agustus dan batas pengumpulan karya tanggal 15 September 2022. Bukan hanya Khattil
Araby
(red-kaligrafi), berbagai macam lomba seperti, Hifdzil Quran, Khitabah, Bahtsul Ilmi pun turut diperlombakan.

 

Adapun terkait acara penerimaan penghargaan dalam Musabaqah al-Alamiah Mawahib wa Qudrat kedua
yang dikhususkan untuk mahasiswa asing ini akan diadakan Kamis, 10 Maret 2022
di aula Al-Azhar Conference Center.

 

Karya Muhammad Athar Afif (Gambar: dok. Wawasan)

Selain meraih juara 1 dalam lomba tersebut, Athar
Afif juga berhasil membuat salah satu karya yang bisa masuk dalam pameran Al-Azhar
Al Sharief Forum for Arabic Calligraphy and Decoration yang dimulai sejak 18 Februari
lalu dan berakhir 27 Februari besok, menjadi satu-satunya karya anak bangsa
yang dipajang dalam pameran tersebut.

 

Mahasiswa dari Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) angkatan
kedatangan 2014 ini dijuluki Founding Father Kaligrafi di KKS. Hal ini
disebutkan Syarif Hidayatullah, pengajar kaligrafi di KKS sekarang, dalam
wawancara bersama kru Wawasan, Jumat (25/2).

 

Selain itu, keduanya juga adalah pengajar kaligrafi
di Asosiasi Caligrapher Arab Murni Indonesia (Afanin), komunitas kaligrafi di
dunia Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir).

 

Karier Athar dalam dunia Kaligrafi sendiri dimulai
sejak ia masih kecil, sang ayah, Drs. H. Abdul Latif Sanusi lah yang
memperkenalkan langsung kepadanya. Lalu melanjutkan dalam lingkup
kepesantrenan, hingga akhirnya mendalami lebih serius—dengan manhaj yang benar—di
Mesir.

 

Sampai kini, ia telah mengumpulkan 4 sanad
ke-kaligrafian. Mulai dari Khat Riq’ah, Diwani, Jali Diwani hingga Farisi. Ia
termasuk murid tidak langsung dari seorang Khattat
kaliber dunia, Syekh Belaid Hamidi.

 

Karya Syarif Hidayatullah (Gambar: dok Wawasan)

Berbeda dengan Athar, Syarif Hidayatullah baru mulai
mengenal kaligrafi ketika masuk ke pesantren Hubulo Gorontalo, salah satu
pondok pesantren terkenal penghasil bakat kaligrafi. Mengambil sanad keilmuan
Khat Naskhi langsung oleh Amir Ngau, pengajar kaligrafi pesantren Hubulo yang
juga alumni Lembaga Kaligrafi (Lemka).

 

Di Mesir sendiri, ia pernah men-tashih karyanya langsung kepada Syekh Khudair Bur Saidi, pemegang
sanad kaligrafi tertinggi di Mesir. Juga lama belajar bersama Afanin, dan
menjadi murid langsung dari Athar Afif.

 

Terkait siapa pun yang ingin memiliki keahlian dalam
Khat atau Kaligrafi ini, Syarif, putra dari Ahmad Munib berpesan bahwa keahlian ini selain ada karena
bakat, ia juga bisa diraih dengan kerja keras serta latihan yang banyak. Ia
sendiri sampai kini ketika berlatih menulis kaligrafi sampai 5 jam dalam
sehari.

 

“Untuk menguasai kesenian seperti kaligrafi ini, itu
gabungan dari dua hal, talent atau bakat, dan effort atau kerja keras. Nah,
talent itu pemberian dari Allah, ada yang dikasih bagus (cepat dikembangkan) ada
yang lambat. Namun, itu adalah ranah Tuhan. Ranah kita adalah terus kerja
keras, memberikan banyak waktu dengan giat,” tutur Peraih juara 1, Athar Afif.
(Azhar)

 

 

Artikel Terkait