MasisirPPMIWarta

Panelis Tantang Capres 02 untuk Buka Open Recruitment PPMI dengan Syarat Kecakapan Bahasa

 

Debat Kandidat (Gambar: dok. Wawasan)

Wawasan,
Kairo- “Berani tidak dalam Oprec (Open Recruitment) anggota atau Kabinet
PPMI Mesir, salah-satu kriterianya cakap dalam berbahasa Arab? Karena saya
melihat sendiri Ketua sebuah lembaga melakukan diplomasi dengan Dekan atau Wakil
Dekan kemudian bahasanya memalukan sekali, campur ammiyah campur fushah,
tantang Saiful Millah, Lc. selaku salah satu panelis dalam acara Debat Kandidat
Calon Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir kepada Paslon
02, Auzi’na dan Ikram di Aula Kekeluargaan Mahasiswa Jambi (KMJ) Sabtu (26/3).

 

Menjawab
hal ini, Auzi’na Azmal Umuur menanggapi akan menyanggupi tantangan dari panelis
tersebut. “Karena masalah bahasa  akan
menjadi fokus kami, kami berusaha meningkatkan hal itu. Jadi, jika ditanya
berani atau tidak, kami berani mengatakan kepada kaderisasi bagaimana
perekrutan gabung pengurus di PPMI Mesir. Dari tadi saya berbicara masalah
bagaimana kita bisa berhubungan dengan Al-Azhar dan bisa semakin menjaga
komunikasi dengan syaikh- syaikh Al-Azhar itu sendiri,” tambahnya.

 

Masalah ini
 ungkapnya menjadi bahan perbincangan di Buuts,
dengan melihat  perkembangan negara lain yang
pesat. Adapun solusi yang ditawarkan oleh Auzi’na terkait kecakapan bahasa ini adalah
melakukan pelatihan berbahasa arab dan mengajukan  program Youm al-arabiyah dengan  dua hari dalam seminggu dengan mewajibkan
untuk Masisir berbahasa arab dalam melatih kecakapan bahasanya.

 

Sedangkan, Muhammad
Fachry Fanani selaku Capres (Calon Presiden) dari Paslon nomor urut 01 menanggapi
tentang masalah syarat kecakapan bahasa dijadikan syarat rekrutmen terbuka
PPMI, “Efektif atau tidaknya usulan Ustaz Saiful Millah tentunya itu
berlandaskan dari beberapa faktor beberapa kejadian pimpinan instansi, yang
dialognya kurang dengan Al-Azhar dan sebagainya itu menjadi catatan dan menjadi
rekomendasi dari Ustaz Saiful Millah sendiri, bagaimana seandainya kabinet PPMI
itu dilaksanakan oprec dengan berbahasa Arab, tentunya Kembali lagi
mengingat bahwa itu penting dan itu adalah rekomendasi orang-orang yang istilahnya
sudah terpelajar, dan orang-orang terhormat di kalangan Masisir.”

 

Fachry
mengatakan bahwa PPMI pernah mengadakan daurah Bahasa, dalam hal itu PPMI  berkerja- sama dengan Senat Bahasa Arab dan
dia juga menyadari  dalam percakapan
masih kurangnya public speaking di kalangan Masisir. Menurutnya pula tentang
Youm al-arabiyah jika misalkan masisir dipaksa berbahasa arab di rumah,
hal itu sepertinya hal yang tidak pas diterapkan di Masisir.

 

“Kalau
misalkan seperti itu harus ada lembaga yang mengawasi, hari senin harus
berbahasa semua. nanti apakah PPMI harus membuat mata-mata untuk mengawasi yang
tidak berbahasa arab bagaimana, terus hukumannya bagaimana, dan saya rasa
sekelas PPMI mengurusi seperti itukan , merupakan hal yang bukan porsinya,
kalau misalkan lagi harus ada hukuman, harus ada lembaga lagi, untuk mengawas
Bahasa itu sendiri,”  pungkas Fachry.
(Nuge)

 

Artikel Terkait