Uncategorized

Harumkan Nama Bangsa, Satu Lagi Putra Sulawesi Raih Magister dengan Predikat Cum Laude

 

Sidang Munaqasyah (Gambar: dok. Wawasan)

Wawasan, Kairo- Rabu, 28 September 2022 adalah hari yang begitu
bersejarah bagi Fakhrul Washil Galib, Lc., MA. Di hari itulah pria kelahiran
Bulukumba, Sulawesi Selatan ini menjalani sidang tesis di Auditorium Imam
al-Dzahabi li al-Mu’tamarat wa al-Nadawat Fakultas Ushuluddin Universitas
al-Azhar Kairo yang mengukuhkannya sebagai Magister pada Departemen Tafsir dan Ilmu
Alquran Fakultas Ushuluddin dengan nilai mumtaz atau cum laude.

 

Di atas mimbar sidang, Fakhrul dan tesisnya di-munaqasyah
dan didebat oleh dua penguji: Prof. Dr. Sya’ban Muhammad Athiyyah (Dosen Tafsir
dan Ilmu Alquran Fak. Ushuluddin) sebagai penguji internal, Prof. Dr. Abdul
Syafi (Dosen Tafsir dan Ilmu Alquran Fak. Studi Islam dan Bahasa Arab) sebagai
penguji eksternal, bersama dua pembimbing tesis: Prof. Dr. Muhammad Amin Abu
Bakar (Dosen Tafsir dan Ilmu Alquran Fak. Ushuluddin) sebagai pembimbing utama,
dan pembimbing pembantu Prof. Dr. Salim Abdul Khaliq al-Sukkari (Dosen Tafsir
dan Ilmu Alquran Fak. Ushuluddin). 

 

Dalam munaqasyah yang berlangsung selama tiga jam
tersebut, ia berhasil mempertahankan tesisnya yang berjudul “Ta’qibat
al-Allamah al-Alusi fi Tafsirihi (Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azhim wa
al-Sabe’ al-Matsani) ‘ala al-Allamah Jarillah al-Zamakhsyari fi Tafsirihi
(al-Kasysyaf an Haqaiq al-Tanzil wa Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Ta’wil) min
Awwali Surati Hud ila Akhiri Surati Ibrahim
– ‘Aradun wa Dirasatun wa
Ta’liqun” dengan jumlah 585 halaman.

 

Karya tesis Fakhrul (Gambar: dok. Wawasan)
 

Fakhrul mengungkapkan bahwa salah satu yang melatarbelakangi
pemilihan judul tersebut ialah temanya yang sangat menarik, karena membahas dua
tokoh mufasir besar dan karya mereka yang masyhur juga banyak digunakan. “Al-Kasysyaf
itu banyak menjadi rujukan bagi mufasir-mufasir setelahnya dan Ruh al-Ma’ani
juga, beliau (al-Alusi) me-munaqasyah pendapat ulama-ulama dengan sangat
baik hingga beliau dijuluki sebagai Umdatul Muhaqqiqin,” ungkapnya dalam
wawancara bersama kru Wawasan.

 

“Kita juga bisa banyak belajar, soalnya Imam Zamakhsyari
adalah imam besar Ilmu Balagah, kemudian Aqidahnya juga, karena Imam
Zamakhsyari ini Muktazilah sedangkan Imam Alusi beraliran Sunni, kemudian
masalah Qiraat juga, dan masalah tafsir Isyari, yang Tasawwuf, ” terangnya.

 

Fakhrul juga menceritakan tentang proses menulisnya yang
panjang dan penuh tantangan, yang mana ia memperoleh judul dan mulai menulis di
awal tahun 2017. “Di awal-awal dulu sempat ada bisikan-bisikan, kira-kira kita
bisa tidak selesai di sini, bisa kerjakan tidak. Tapi ya, alhamdulillah, minta
tolong sama Allah, kita kerjakan sedikit demi sedikit, (red–setelah itu) mentalnya
nanti akan tumbuh, oh ternyata bisa, sedikit demi sedikit akhirnya selesai juga.”

 

Adapun perihal tantangan yang dihadapi, ia menjelaskan bahwa
dalam kandungan tesis ini yang berisikan 40 masalah, dalam menyelesaikan
masalah demi masalah itu butuh waktu. Bahkan ada yang untuk menyelesaikan satu
masalah saja memakan waktu hingga berbulan-bulan, mulai dari membaca dan
mengkaji banyak kitab-kitab terkait untuk memahami maksud dari kedua imam
tersebut,  lalu merangkai dan menyusun
kalimat ke dalam tesis,  kemudian menarjihnya.

 

Selain itu, tantangan yang juga dihadapi Fakhrul adalah
bagaimana ia harus bersabar menjalani LDR selama dua tahun terakhir,
meninggalkan anak dan istri di Indonesia. Tidak hanya itu, Di samping menjalani
studi magister, ia juga menempuh pendidikan di Lembaga Fatwa Mesir (Dar al-Ifta
al-Misriyyah) yang menuntutnya untuk mampu mengatur waktu dan kesibukan di
antara keduanya hingga berhasil menyelesaikan kedua proses studi tersebut di
tahun yang sama, 2022 ini.

 

“Di Ifta itu kan kita ada kelas full day, dalam sepekan
biasanya lima hari dan ada ujiannya juga. Nah kelas ini mulainya dari pagi
hingga siang bahkan pernah sampai pukul lima sore jadi otomatis waktu menulis
jadi terbatas. Pulang dari Ifta istirahat sebentar terus lanjut garap tesis,
walau sebenarnya saya kalau menulis waktu ideal saya pagi. Tapi karena di Ifta
itu ilmu, tesis juga ilmu, jadi alhamdulillah banyak juga saya mendapat ilmu
penunjang untuk tesis dari Ifta ini,” terang Fakhrul.

Fakhrul bersama kru Wawasan (Gambar: dok. Wawasan)

 

Setelah menjalani proses yang panjang hingga sampai di titik
ini, ia mengaku sangat gembira karena dimudahkan oleh Allah SWT hingga bisa menyelesaikan
magister di al-Azhar, juga atas banyaknya doa dan dukungan dari
anggota-anggoti, serta kehadiran mereka dalam sidang yang membawa keberkahan,
kesyukuran, dan kepercayaan diri bagi Fakhrul.

 

“Saya berterima kasih banyak kepada semua yang sudah
menyempatkan hadir, jazakumullah, semoga bisa membawa keberkahan, bisa
ber-istifadah dari penyampaian Masyaikh, dan semoga sedikit
banyaknya bisa menambah semangat. Pesan saya tetap semangat, berjuang, dan
berdoa untuk dibukakan pintu-pintu ilmu. Perbaiki niat, bagaimana kita menuntut
ilmu ini sebagai proses ibadah dan harapannya kita bisa pulang dengan membawa
risalah al-Azhar al-Syarif,” tutup Fakhrul. 

Reporter: Alief Asyur 

Editor: Ichsan Semma 

 

 

 

  

 

 

 

   

Artikel Terkait