Uncategorized

Mumtaz, Sebuah Beban Dunia Akhirat

Foto bersama setelah sidang (Gambar: dok. Wawasan)

Wawasan, Kairo— Meraih predikat
mumtaz dalam sidang tesisnya, Halim Bahri Darwis  mengutarakan rasa syukur.  “Alhamdulillah batu besar yang selama delapan
tahun saya pikul terasa sudah hilang. Tapi ada batu besar lain yang lebih besar
yang datang untuk dipikul, batu besar itu adalah gelar baru dari al-Azhar yang
harus saya pegang dan pertanggungjawabkan seumur hidup di dunia dan di akhirat.”
Setelah menghadapi sidang tesis yang berlangsung selama kurang lebih 3 jam,
Pria 31 tahun tersebut, menyampaikan rasa sukacita yang ia rasakan selama
proses menempuh pendidikan S2.

 

Suasana haru dan bahagia
menyelimuti auditorium al-Marhum Muhammad Fuad An-Nadi, Fakultas Syariah,
Universitas Al-Azhar, Kairo Pada Minggu (11/12). Pria yang akrab disapa Baba Kinan tersebut, berhasil membawakan tesisnya yang berjudul “At-ta’arud wa At-tarjih
baina Al-Aqisah min Khilali Kitab Al-Majmu’ min Awwali Kitabi Al-Ijarah ila
Akhiri Kitab As-Saddaq” dengan jumlah 650 halaman.

 

Di balik pencapaian yang ia
dapatkan, dalam menempuh pendidikan  S2-nya
di bidang takhassus usul fikih ini menyimpan banyak cerita suka dan duka
pada proses penyelesaian tesisnya. Di mana ia harus kehilangan sosok ibu di
tahun pertama penulisan. Tidak hanya sampai disitu, pembagian waktu dan peran
sebagai mahasiswa, suami, dan ayah harus tetap dia jalani sebagai kewajiban utama
dalam hidupnya.

 

Selain itu, Pria yang berasal
dari Sulawesi ini juga menghadapi tantangan baru dalam penyelesaian tesisnya. “Saat
tesis saya sudah hampir selesai, pembimbing utama saya ternyata sakit dan harus
pindah ke pembimbing baru. Akhirnya mau tidak mau saya harus mulai lagi dari
awal. Beda kepala beda isi otak, beda pembimbing pastilah beda perspektif juga
dalam memandang baik buruknya metode dalam tesis saya. Jadi harapan saya untuk munaqasyah
pupus dan tertunda setahun lebih,” tuturnya.

 

Namun peran orangtua dan keluarga
dalam menyemangati dan mendoakannya membuat Halim mampu menyelesaikan proses panjangnya
di bangku S2 yang juga merupakan amanah dari gurunya, Alm.Gurutta Sanusi Baco
dengan tekun dan penuh kesabaran.        

 

Halim mengutarakan bentuk perhatiannya
dengan berbagi motivasi kepada para pelajar dan mahasiswa yang sedang menyelami
lautan ilmu di al-Azhar, bahwa setiap orang punya kesempatan mengukir kisahnya
masing-masing, minimal hari ini kita bisa menjadi secuil lebih baik dari hari
kemarin, begitu pun setiap orang punya motivasinya masing-masing. Tapi dari semua
motivasi-motivasi itu, rida Allah SWT. harus tetap menjadi tujuan yang tidak
boleh luput dari kehidupan kita.


Reporter: Afwa Anna, Aisyah Bannu

Editor: Ichsan Semma

Artikel Terkait