Al-AzharMasisirOIAAOpinipusiba

Problematika Kedatangan Camaba 2023; Usut Tuntas Mafia Maba

Oleh: Muhammad Alim Nur

Fenomena
kedatangan Calon mahasiswa baru (Camaba) mulai 3 tahun
terakhir sangat meresahkan, pasalnya selalu mengalami keterlambatan. Mulai dari
tahun 2020, atau kita kenal dengan angkatan Nusantara El-Varuqi, keuntungan
masih berpihak pada mereka, karena ujian al-Azhar sempat ditunda beberapa kali
dengan alasan Covid-19, dan pada akhirnya ditetapkan tanggal 27 Januari 2021.
Alhamdulillah mereka masih sempat administrasi pendaftaran ulang (ijraat) di kampus. Saya rasa permasalahan di tahun
ini tidak terlalu meresahkan, karenanya tidak perlu saya jelaskan panjang lebar
bagaimana kronologinya.

Kemudian
di tahun berikutnya, 2022. Kita kenal dengan angkatan Nusantara El-Kasyifa, kedatangannya
sudah mulai meresahkan, dan regulasi keberangkatannya yang bobrok sudah mulai
kelihatan. Pada tahun sebelumnya mereka masih diuntungkan dengan keadaan, akan
tetapi angkatan tahun ini, saya melihat ada fenomena dilematis yang dihadapi
oleh Camaba. Dan tidak perlu saya jelaskan panjang lebar kronologinya, karena
saya sudah jelaskan pada tulisan saya sebelumnya yang diunggah oleh media
Wawasan Mesir pada tanggal 7 Januari 2022 yang berjudul Probematika Camaba
2022; Ada Sebuah Penyimpangan!.

Banyak
pihak yang berusaha membantu dan menambal kebobrokan regulasi lembaga yang
mendatangkan mereka demi kelancaran ijraat, terutama Forum Silaturahmi
Senat Mahasiswa (Forsema) dengan me-lobby pihak bagian administrasi (syu’un)
agar bersedia bekerja di luar jam kerja selama empat hari, dan alhamdulillah
mereka bersedia tanpa ada insentif.

Sebagian
dari mereka masih sempat ada yang mengikuti ujian dan sebagiannya ada yang
memilih untuk tidak ijraat dengan alasan sudah lewat beberapa mata
kuliah dan tentu konsekuensinya mereka harus
membayar denda (garamah) karena visa mereka hanya visa turis dan berlaku
hanya tiga bulan. Karena mereka tidak terdaftar (muqayyad) di salah satu
lembaga di Mesir, maka mereka tidak akan mendapatkan visa pelajar dan tidak
bisa memperpanjangnya serta akan mati seiring berjalannya waktu. Sejak visa
mati maka mereka terhitung sebagai overstay di Mesir.

Data
Camaba Belum dikirim oleh Pusiba

Pada
tanggal 9 Desember 2022, saya sebagai Ketua KPP Maba KKS Mesir, mengambil
berkas Camaba ICATT Sulawesi sebanyak 95 berkas tanda terima al-Azhar (ishol
tansiq)  yang sudah termasuk
berkas  angkatan 6 dan 7 Pusiba di Kantor
KPP Maba Pusat yang ada di Hay Sabi. Tapi anehnya, di ishol tansiq tidak
tertulis jurusan apa yang mereka pilih. Kejadian ini menurut saya sesuatu yang aneh,
kok bisa jurusan mereka tidak tertulis di sana? Sedangkan kalau mau
mengetahui bayanat (keterangan diri) mahasiswa dilihat di sana. Fenomena
yang sangat aneh.

Senin,
9 Desember 2022, Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (SEMA-FU) memberikan informasi bahwasanya Fakultas Ushuluddin al-Azhar
tidak menerima ijraat terhitung tanggal 15 Desember 2022. Saya bisa pastikan semua mediator panik
mendengar informasi ini, karena Camabanya belum
berangkat akibat visa belum keluar, sedang ijraat sudah tutup.

Saya
menghubungi Ketua Senat Mahasiswa
Syariah Islamiyah (SEMA-FSI), Glenn Sofyan Assyauri Lubis. Menanyakan tentang Fakultas Syariah
kapan terakhir ijraat. Dengan jawaban yang sama, tanggal 15 Desember.
Begitupun dengan Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Bahasa
Arab (SEMA-FBA), Ahmad Mawardi.
Mengatakan kalau Fakultas Bahasa Arab biasanya tutup seminggu sebelum
ujian dimulai.

Apa
solusinya jika seandainya ijraat terakhir tanggal 15 Desember?
Pertanyaan itu saya tanyakan kepada semua Ketua Senat. Kami akan melakukan
audiensi dengan pihak al-Azhar untuk meminta perpanjangan waktu ijraat dengan
memberikan pertimbangan jika Camaba Indonesia ada sekitar 1602 orang – data
yang saya terima dari KPP Maba Pusat –   yang belum datang.

Malamnya,
saya membuat janji temu dengan Ustaz Abdul Ghoffar, Mudir Markas Syekh
Zayed via telepon untuk meminta ifadah najah (bukti kelulusan dari kelas
persiapan bahasa pra kuliah), saya disuruh datang besok pukul 12:30 siang.
Selang beberapa menit, terdengar kabar kalau salah satu pengajar markas
meninggal dunia, Ustaz Abdul Aziz namanya. Saya berfikir semoga mudir tidak
membatalkan pertemuan ini.

Selasa,
10 Desember 2022 pukul 10:30, saya kembali menelpon mudir, saya disuruh
datang jam 2 siang, karena beliau akan solat jenazah untuk almarhum Ustaz Abdul
Aziz. Saya datang tapi hasilnya nihil, saya tidak bertemu dengan beliau.

Kebetulan
saya membawa 95 berkas ishol tansiq Camaba, jadi saya langsung menghadap
ke Ustaz Kamal, beliau yang membuat ifadah najah. Saya memperlihatkan
beberapa berkas dan beliau mencari di komputernya dan ternyata datanya tidak
ada. Dan saya mengatakan kalau ini berkas dari Markas Syekh Zayed cabang
Indonesia (Pusiba). Sontak beliau menjawab kalau markas belum
mendapat informasi dari sana, termasuk nama-nama yang lulus di Pusiba. Akhirnya
saya pulang dengan membawa kekecewaan dan beberapa pertanyaan dalam hati.

Karena
tidak puas dengan jawaban Ustaz Kamal, malamnya saya kembali menelepon mudir,
dan besoknya disuruh datang lagi ke markas pukul 12:30, tapi lagi-lagi
beliau tidak ada di markas dan ternyata beliau berada di Rabithah al-‘Alamiah
al-Khirrijiyyah tepat di belakang kuliah banat. Saya berjalan
kaki dari markas ke sana. Akhirnya saya bertemu di ruangan beliau yang berada
di lantai 2, dan saya menanyakan perihal ifadah najah. Dengan jawaban
yang sama, saya belum menerima informasi dari Pusiba perihal nama-nama yang
lulus. Kemudian beliau menugaskan saya menjadi mas’ul (penanggungjawab)
untuk mencari nama-nama yang lulus dari Pusiba lalu mengirim ke beliau lewat
WhatsApp lalu markas akan membuatkan ifadah najah. Saya iyakan saja biar
cepat selesai.

Kok
bisa tidak ada koordinasi dari cabang? Atau jangan-jangan dia
mengubah namanya menjadi Markaz Syekh Zayed far’u Indunisiah biar lebih
terpercaya sebagai lembaga yang bisa memberangkatkan Camaba?  Atau karena uang sudah masuk ke kantong, jadi
bodo amat apa yang akan terjadi. Ini hanya sekedar asumsi saya, bisa
jadi benar bisa jadi salah. Tapi dengan keadaan yang terjadi, itu kemungkinan
besar ada benarnya, menurut saya.

Sembari
menyusuri jalan kampus, menikmati hembusan angin musim dingin. Ayunan tangan
dan langkah kaki para mahasiswa yang beriringan tapi tak senada. Saya berpikir dan berkata dalam hati, kenapa
saya harus susah-susah dengan hal ini? Saya tidak mendapat uang sepeser pun
untuk melakukan ini. Jika bukan karena asas kepeduliaan dan kemanusiaan dan
kultur kita sebagai perantau yang harus saling menolong, bodo amat lebih
baik belajar atau rebahan saja di rumah, sepertinya lebih baik. Lah, ini ada
orang yang meraut keuntungan puluhan
juta tapi duduk diam tanpa menjalankan tugas dengan baik.

Usaha saya untuk mendapatkan ifadah najah tidak
sampai di situ, saya berusaha mencari informasi dari beberapa mediator dan ternyata
mereka juga belum mendapatkan informasi dari Pusiba tentang itu. Sangat miris,
lembaga yang memang bertugas menangani itu tapi ternyata tidak becus dalam
mengurusi hal-hal yang penting tapi mereka anggap sepele.

Saya
tidak menuduh ada permainan uang di Pusiba atau ada mafia yang memonopoli, tapi
jika pengelolaan birokrasinya seperti ini, kalau kata Fajar Sadboy harusnya kalian sadar diri bukannya
malah percaya diri. Tolong
segera perbaiki semuanya. Birokrasi itu ada untuk mempermudah, Pak.

 

Keterangan jumlah Ifadah Najah (Gambar: dok. Wawasan)

 

Lalu
pada tanggal 18 Desember
2022 saya
menerima berkas ifadah najah berupa Portable
Document Format
(PDF) dari mediator
Ikatan
Cendikiawan Alumni Timur Tengah (
ICATT)
Sulawesi. Terdiri dari 734 nama-nama banin dan 431 banat.
 

 

Setelah
saya cek, ternyata ada 3 nama dari mediator ICATT Sulawesi yang tidak ada.
Tidak tahu dari mediator lain, bisa jadi ada yang lebih banyak dari itu. 3
orang orang ini sudah menyampaikan ke ustaznya di Pusiba, Ustaz Hasan namanya.
Tapi katanya data sudah dikirim ke Kairo. Sudah itu saja, tidak ada tindak lanjutnya.
Berikan solusi
kek atau
entahlah mereka lebih tau birokrasinya bagaimana.

 

Proses
ijraat dipastikan sudah tidak bisa lagi untuk Camaba

 

Tanggal
31 Desember 2022, Forsema berinisiatif untuk mengumpulkan Gubernur
setiap Kekeluargaan, PPMI Mesir, dan Mediator di
sekretariat Sema-FSI, Darrasah. Forsema menjelaskan bahwa semua fakultas
dipastikan tidak lagi menerima ijraat dan mereka akan membuat press
release
mengenai informasinya. Forsema sempat menawarkan insentif pada penjaga
syuun agar menerima ijraat dan bertugas di luar jam kerja, tapi
mereka tidak mau. Mungkin karena mereka kapok dengan kejadiaan tahun lalu, dan mengatakan
kalau tahun lalu banyak berkas yang tercecer karena memaksakan menerima ijraat
sehari sebelum ujian.

 

Dalam
pertemuan ini saya menangkap pesan tersirat bahwa tugas Forsema hanyalah
mobilisasi informasi dari syuun, bukan untuk tawar-menawar mengenai kebijakan
syuun. Dan pasti mahasiswa al-Azhar tahu bagaimana ribetnya berurusan
dengan syuun, jadi tidak perlu saya jelaskan suka dukanya.

 

Menurut
saya
, ini suatu hal wajar yang dilontarkan
oleh syuun. Toh memang Camaba yang terlambat datang, siapa suruh telat
datang. Bukan salah Camaba sih tapi yah mungkin pembaca bisa menebak
sendiri salah siapa.

 

Karena
sudah dipastikan tidak bisa ijraat, saya mengusulkan di forum bahwa
selain Forsema,  PPMI Mesir juga segera membuat
press release mengenai hal ini yang isinya dua poin. Pertama,
menyampaikan ke semua mediator agar tidak memberangkatkan Camaba sebelum ujian
al-Azhar selesai demi kemaslahatan bersama.

 

Kedua,
membuat hasil kajian lapangan, saya rasa itu sudah ada dan saya juga memiliki
datanya tentang problematika kedatangan Camaba 3 tahun terakhir. Semoga ini
segera dilaksanakan oleh PPMI Mesir agar suara-suara minor segera sampai ke
telinga mereka yang berkepentingan kalau regulasi mereka sangat bobrok.

 

Pada
kesempatan itu, Pak Burhan selaku Kemenko II PPMI Mesir juga menjelaskan bahwa
dari informasi yang didapatkan, berkas Camaba baru keluar dari Amni Daulah (keamanan
nasional Mesir) sekitar tanggal 20-an Desember kemarin, kemudian dikirim
ke Kedutaan Mesir di Indonesia. Sekitar 1602 berkas baru masuk dan diproses sekitar
tanggal 22 atau 23 Desember lalu. Visa keluar sekitar 2 pekan. Kalau dihitung
visa akan keluar tanggal 4 januari 2023, sedangkan ujian Azhar dimulai tanggal
5 Januari 2023. Seharusnya memang Camaba diberangkatkan setelah ujian,
kalau dipaksakan siapa yang akan menjemput sedangkan mereka sedang dalam masa
ujian?

 

Jika
berkas asli baru masuk ke kedutaan dan mulai diproses tanggal 22 atau 23 Desember
kemarin, terus berkas yang saya ambil di KPP Maba Pusat itu dari mana?

Ishol Tansiq (Gambar: dok. Wawasan)

 

Dari
penjelasan Wakil Presiden PPMI Mesir, Muhammad Ikramurrahman, Lc bahwa ternyata
ishol tansiq yang saya ambil kemarin di Kantor KPP Maba Pusat itu hasil
daripada Camaba yang daftar online dan hardfile-nya belum sampai
ke Maktabah Tansiq di Hay Sadis, Kairo. Pantas Maktabah Tansiq mengatakan
kalau mereka belum menerima berkas dari OIAA.

 

Alur penerimaan dan pemberangkatan Camaba (Gambar: dok. Wawasan)

 

Ilustrasi
di atas, saya dapatkan dari hasil penjelasan Wapres PPMI Mesir yang didapatkan
dari kunjungan Menag RI dan OIAA ke Mesir Desember kemarin. Masih banyak
informasi yang beliau tidak sampaikan di forum, alasan forumnya terlalu besar. Lah
yang hadir kan butuh itu yang kebetulan juga berkepentingan dengan
informasi. Mereka butuh transparansi data dan informasi untuk menjaga asumsi
liar yang bertebaran di luar sana.

 

Semua
pengurusan berkas untuk mendapatkan visa mengalami keterlambatan.
Maktabah Tansiq (bagian pemberkasan
mahasiswa di Mesir)
jatuh tempo tanggal 25 November 2022. Artinya
mereka tidak menerima berkas lagi. Setelah diusahakan alhamdulillah masih bisa
diterima. Se
sudah berkas
selesai diproses di Maktabah Tansiq, barulah berkas masuk ke Amni
Daulah.
Prosesnya lebih lama dibandingkan di Maktabah Tansiq dan
visa tidak bisa diproses jika berkas masih tertahan di Amni Daulah. Akhirnya
berkas selesai dan kemudian visa bisa diproses sekitar tanggal 22-23 Desember
2022. Sampai saat ini, sudah ada sebagian visa yang keluar. Tapi secara
kesuluruhan belum ada informasi.

 

Dari
keterlambatan pengiriman berkas ke Maktabah Tansiq, pembaca sudah bisa
menebak itu kesalahan siapa dengan melihat ilustrasi di atas.

 

Dalam
tulisan ini, saya ingin mengkritisi tentang keterlambatan pengiriman berkas
oleh OIAA ke Maktabah Tansiq dan keterlambatan pengurusan Ifadah
najah
oleh Pusiba. Ini sesuatu yang berbeda tapi sangat dibutuhkan saat
melakukan ijraat.

 

Saya
berpesan kepada OIAA, agar berkas dikirim ke Maktabah Tansiq sebelum
bulan November
, agar pengurusan visa segera diproses
dan nama-nama bisa segera turun di syuun serta proses ijraat juga
bisa dengan mudah dilakukan. Dan jika ada berkas yang tidak selesai sebelum
bulan November, berangkatkan tahun depan, toh kalian yang punya
kebijakan, simpel saja kan.

 

Saya tidak
meminta untuk bubarkan Pusiba, toh mereka banyak memberikan manfaat ke
orang banyak supaya bisa kuliah di al-Azhar. Akan tetapi dengan problematika
yang ada, eksistensinya juga merugikan banyak pihak. Jika masih ingin
memberikan banyak manfaat tanpa merugikan banyak pihak, maka segera perbaiki
regulasinya

 

Jika OIAA
dan Pusiba masih tidak bisa memperbaiki dan mengambil pelajaran dari kekacauan
ini, saya menilai dan menyarankan kepada mahasiswa baru yang akan kuliah di
al-Azhar sebaiknya ikut persiapan kelas pra kuliah di Markas Syekh Zayed di
Mesir saja. Karena sangat relevan untuk menjawab permasalahan yang ada.

 

Jika kelas
persiapan belum selesai, tapi sudah sampai pada level mutaqoddim dan di
sisi lain ijraat kampus juga sudah
terbuka, maka pihak markas akan memberikan ifadah masyruthoh (bukti
kelulusan bersyarat) untuk segera ijraat di kampus. Akan tetapi dengan
syarat setelah ujian al-Azhar harus kembali menyelesaikan sampai level mutamayyiz.
Bagi saya, ini solusi terbaik buat kalian wahai Camaba yang mau kuliah di
al-Azhar, Mesir. Yalla
ngopi.  

Artikel Terkait