Uncategorized

Rangkaian Indikasi Keterlambatan Maba, Ada Kesengajaan?

 

Ilustrasi (Gambar: dok. Wawasan)

Wawasan, Kairo– Rangkaian
ujian Termin Satu yang panjang dan mendebarkan telah berlalu. Angin segar
berhembus. Mahasiswa al-Azhar menghela nafas lega. Bebas ingin melakukan apa
saja tanpa dikekang oleh diktat.

 

Namun ternyata angin
segar itu bukan untuk dinikmati semua orang. Masih banyak yang masih menarik
nafas berat. Gelisah sepanjang waktu karena terjebak dalam ketidakpastian. Tenggelam dalam angan-angan. Keinginan untuk
mendengar suara duktur di kelas masih belum kesampaian.

 

Banyaknya ketidakjelasan
dari keberangkatan Maba membuat berbagai asumsi timbul di masyarakat. Baik itu
dari kalangan Maba itu sendiri atau pun dugaan-dugaan kejanggalan yang
didapatkan oleh panitia pengurusan Maba di Mesir.

 

1. Asumsi Terkait
Penyebab Keterlambatan

 

Ketua Komite Panitia
Pendaftaran (KPP) Maba KKS Mesir, Muhammad Alim Nur, menyampaikan bahwa faktor
yang menyebabkan keterlambatan ini adalah lambannya proses pemberkasan. Berangkat
dari hal itu, Alim menerawang bahwa terdapat strategi khusus yang direncanakan.

 

Asumsi ini diperkuat oleh
keterangan yang diberikan salah seorang narasumber dari Maba Pusiba Angkatan 6.
Dalam wawancara via WhatsApp pada 16 Januari 2023, ia mengungkap adanya
indikasi keterlambatan yang sudah terlihat sejak awal.

 

Ia mengaku mendapati
keanehan pada hasil tahdid mustawa/penentuan level Angkatan 6. Ketika hanya
sebagian kecil dari para peserta yang berhasil lulus di level menengah (mutawassith),
sementara sisanya terperosot di level dasar (mubtadi). Dengan rincian dari 977 peserta saat itu adalah 401 orang mubtadi awal, 372 mubtadi tsani, 173 orang mutawasith awal, 31 orang mutawasith tsani. dan tidak ada yang sampai pada level lanjutan (mutaqaddim)


Hasil tahdid mustawa Angkatan 6 (Gambar: dok. Wawasan)

Ia dan teman-temannya
kemudian merasa heran. Mengingat materi yang dipelajari di level mubtadi
merupakan materi bahasa Arab yang sangat dasar, seperti materi penyebutan dan
penulisan huruf hijaiah.

 

“Bukannya kita mau
menyombongkan diri, tapi kan kita kebanyakan dari pesantren modern, Insyaallah
kualitas bahasa kita itu enggak nol banget,” ungkapnya.

 

Meski begitu, dia tetap berusaha
berprasangka baik dengan menganggap hasil ini merupakan kebijakan Pusiba agar
peserta didik menjadi lebih matang. Namun, prasangka baik ini seakan dipatahkan
ketika ia melihat hasil tahdid mustawa angkatan 7. Yang anehnya,
mayoritas memperoleh level mutawassith dan hanya sedikit sekali yang
lebih rendah daripada itu, bahkan hanya sedikit yang masuk ke mubtadi. Adapun rinciannya dari total 711 peserta adalah 7 orang mubtadi awal, 38 orang mubtadi tsani, 490 orang mutawasith awal, 139 orang mutawasith tsani, dan 37 orang mutaqaddim awal.

 

“Kalau saya berpikirnya mungkin sistem lembaga ya, supaya Angkatan 7 bisa berangkat bareng sama kita”, tambahnya.

Hasil tahdid mustawa Angkatan 7 (Gambar: dok. Wawasan)
 

Berkaitan dengan ini,
Maba lain dari Pusiba Angkatan 7 juga menceritakan tentang penyampaian Direktur
Pusiba dalam pertemuan daring sebelum DL dimulai. Disampaikan bahwa bagi
peserta yang mendapat level mutawassith, akan diusahakan bisa berangkat
bulan Desember 2022 bersama Angkatan 6. Sebagai gantinya, berbeda dengan durasi level DL angkatan 6 yang memakan waktu sebulan penuh setiap levelnya dan lima setengah jam tiap harinya, level DL angkatan 7 hanya menghabiskan 20 hari per level, dengan jadwal belajar harian ditambah menjadi 8 jam. 

 

Rangkaian indikasi ini
pun menimbulkan asumsi terkait adanya faktor kesengajaan dan skenario yang
diusung dalam penentuan hasil tahdid mustawa, dengan tujuan agar dua
angkatan tersebut bisa berangkat bersama. Akibatnya Angkatan 6 yang harusnya
bisa berangkat tepat waktu, malah harus menunggu Angkatan 7 menyelesaikan DL
yang juga terkesan diburu-buru. Sayangnya niat untuk memberangkatkan mereka
bersamaan malah berujung pada keterlambatan keduanya.

 

Lebih lanjut, berdasarkan
keterangan dari Alim Nur bahwa berkas Maba Pusiba Angkatan 6 seharusnya sudah diterima
pihak Mesir antara bulan September sampai November 2022. Akan tetapi, karena
pihak terkait ingin memberangkatkan kedua angkatan secara bersamaan mengakibatkan
berkas tersebut harus ditangguhkan sampai angkatan 7 selesai. Sehingga baru
dipegang pihak Mesir pada akhir Desember 2022.

 

Hal ini pun juga disinyalir
menjadi sebab keterlambatan Maba tahun lalu, ketika pihak terkait membuat
Angkatan 4 dan Angkatan 5 bersamaan terbang ke Mesir.

 

Timbulnya dugaan ini
tentu membuat masyarakat gelisah, terutama Maba beserta para orang tua. Di
akhir wawancara, narasumber menyatakan bahwa dia bukanlah satu-satunya orang
yang memendam kejanggalan ini. Banyak teman dan orang lain di sekitarnya yang
melihat tanda tanya yang sama.

 

Kegelisahan tersebut pun
menimbulkan pertanyaan; Mengapa harus diberangkatkan bersamaan? Apa masalahnya
kalau Angkatan 6 berangkat lebih dulu dan angkatan 7 berangkat tahun depan,
sesuai siklus DL-nya?

 

2. Kenyataan Pahit yang
Lahir dari Janji Manis

 

“Kecewa pastinya ya,
mohon maaf saya sampaikan, saya dan teman-teman meluapkan emosional karena
tidak adanya kepastian, sistem yang enggak nyaman, merugikan banyak pihak,
terutama orang tua”, terang salah seorang Maba.

 

Tak hanya Maba, para
orang tua pun menanggung imbasnya. “Saya mendapat informasi dari teman kalau
ada yang orang tuanya menunda kerja, sengaja ambil cuti dari sekarang karena
mau ikut nganterin anaknya pas berangkat”, ujar Maba Angkatan 6 dalam sesi
wawancara tersebut.

 

Bercermin dari fenomena
tersebut, antusiasme dari para Maba serta orang tua tentunya sangat besar. Sebab
bagi mereka Pusiba seakan menjadi sebuah jalan terbuka bagi mereka yang
bermimpi melanjutkan pendidikan ke Negeri Kinanah.

 

Namun, banyaknya
problematika dan ketidakpastian terkait keberangkatan Maba selama dua tahun
terakhir, khususnya di tahun ini tentunya membawa kerugian bagi banyak pihak.
Fenomena ini terlihat sangat kontras dengan tagar #Yangpastiaja yang diusung oleh
Pusiba itu sendiri. Pertanyaannya; masih relevankah tagar itu saat ini?

Reporter: Afriadi Ramadhan, Akmal Sulaeman

Editor: Ichsan Semma

Artikel Terkait