Wawasan, Kairo— Selasa (7/2), Ruang sidang Imam al-Dzahabi, universitas al-Azhar kembali dipenuhi isak tangis dan air mata haru, saat mahasiswa berdarah Bugis Muhammad Aminuddin Bukhari Abdul Fattah, Lc., Ma. selesai mendengar berita cum laude (mumtaz) yang keluar dari lisan para Dosen Penguji. Setelah berbagai ucapan bangga dan selamat yang diterima, dalam sesi wawancara Amin sempat menuturkan beberapa masalah yang kerap kali ia dapatkan. Mulai dari pengambilan judul yang sulit, beberapa dosen yang sering mewanti-wanti tentang judulnya, bahkan sampai susahnya pengaturan
jadwal di tengah banyaknya kesibukan yang ia jalani. Meskipun pada akhirnya ia berhasil memecahkan semua masalah tersebut.
Walau telah diwanti-wanti untuk tidak mengambil judul tersebut, orang yang kerap disapa Kak Amin ini bukan malah mundur, justru makin tertantang dan termotivasi. Menurutnya semakin besar tantangan maka semakin besar juga rasa penasaran. Ia juga sempat menyinggung tentang peran orang tua akan keberhasilannya. Ayahanda adalah sosok yang sangat mendorong beliau untuk menyelesaikan tesis ini, tegas beliau dengan suara yang agak bergetar.
Ia juga menyebutkan masalah yang sempat didapatkan saat menulis bahs-nya yang berjudul al-Kazaruni ala Tafsir al-Baidhowi, seperti tidak adanya kurikulum yang mengikat. Ia menjelaskan perbedaan
dengan mahasiswa S1, yang mana mereka masih mempunyai kurikulum pembelajaran, sedangkan mahasiswa S2 dilepas tanpa adanya kurikulum yang mengikat dan hanya berpatokan pada waktu.
“Itu tantangan tersendiri sih, mendisiplinkan diri sendiri terus mengatur waktu se-efisien mungkin,” tuturnya.
Kak Amin yang juga dikenal sempat bekerja dan aktif berolahraga menjelaskan bahwa semua itu tidak lepas dari kewajiban belajar. Adapun bekerja merupakan suatu tanggungan hidup, ia menjabarkan ketika uang yang dikirim kurang sedangkan kebutuhan kita lebih, maka tidak dapat dipungkiri bahwa
kita harus bekerja, tetapi sebatas agar kita bisa survive saat proses belajar. Sedangkan menurutnya ketika belajar membutuhkan badan yang fit dan otak yang segar, oleh karena itu perlu olahraga yang rutin dan teratur.
Ia juga menyampaikan tentang penting bagi kita untuk mempunyai reminder tersendiri, agar semua tetap berjalan balance. Jadi menurut kak Amin meskipun banyak kegiatan, akan tetapi jika kita punya reminder diri maka secara tidak langsung kita akan sadar, apakah yang kita kerjakan itu penting atau tidak.
Kak Amin juga memotivasi kita para mahasiswa yang sedang menempuh strata licence. Agar selalu menemukan circle yang tepat. “Yah motivasinya adalah dekati orang-orang yang memiliki motivasi,
jadi ada pribahasanya kan as-shohibu saahib teman itu menarik, nah circle kita itu menentukan dan itu sangat-sangat menentukan, di mana kita berada yah di situlah akan terbentuk pola pikir kita, bagaimana kehidupan sehari-hari itu circle sangat menentukan”.
Tak hanya sampai di situ, ia juga memberikan semangat kepada mahasiswa yang ingin melanjutkan program Magister. Kak Amin menegaskan bahwa kampus al-Azhar telah memberikan banyak kemudahan bagi mahasiswa asing seperti kita.
Terakhir sebelum menutup perjumpaan dengan kru Wawasan, Ia dengan tegas dan semangat membara, mengukuhkan niatnya untuk menyambung gelar Doktor pada kampus bergengsi ini. “Yes, jadi mungkin rencana terdekat itu yah revisi dulu, yang tadi banyak banget yang kawan-kawan dengar. Kemudian
setelah revisi, yah saya lanjut Doktor lalu pulang,” tutupnya.
Reporter: Ilham Pratama
Editor: Ichsan Semma