MasisirPPMI

Ulasan Kinerja Kabinet Kolaboratif, Gubernur Kekeluargaan Angkat Bicara

PPMI Mesir merupakan organisasi induk yang mencakup berbagai tatanan di
kalangan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) baik itu Almamater, Senat
Mahasiswa, ataupun Kekeluargaan. Yang mana adanya mengayomi serta menalangi setiap
tatanan yang ia cakupi.

 

Namun, sebagai
organisasi induk kinerja PPMI tentunya tak lepas dari sorotan. Khususnya pada
fase ini,  melihat beberapa programnya
yang tidak terlaksana, antisipasi masalah yang tidak optimal, serta pasifnya
sang Nakhoda.

 

Wawasan pun mencoba
mengumpulkan suara dengan menghubungi enam belas Gubernur Kekeluargaan tentang
bagaimana kinerja PPMI di kepengurusan tahun ini. Di mana  beberapa dari mereka bersedia untuk
memberikan tanggapan. Aspirasi tersebut pun coba dirangkum oleh Wawasan
sebagai bentuk ulasan kinerja PPMI dari kacamata Kekeluargaan.   


 

1. Banyak Ketidakjelasan dan Misorientasi

 

“Kalau saya lihat arahnya ke mana, dari nama kabinetnya  mereka menginginkan pergerakan berkolaborasi semuanya seperti banyaknya kegiatan yang diadakan,” ujar Wahyudi Maulana Hilmi, Gubernur  KMNTB ketika ditanya pendapatnya mengenai ke mana arah PPMI tahun ini.

 

Di sisi lain, Ihza
Romadhona Harahap, Gubernur HMMSU mengklaim bahwa ia sendiri kebingungan
melihat arah pergerakan PPMI tahun ini. Hal yang ia soroti adalah bagaimana
PPMI lebih fokus ke eksternal, seperti pembentukan Ittihad ASEAN, juga
membangun silaturahmi ke negara-negara tetangga. Namun, justru lupa ke internal
sendiri.

 

Perspektif  ini bukannya tak berdasar. Ihza menuturkan
bahwa hal ini bisa dilihat dari dua acara besar PPMI seperti Wisuda dan
Nusantara Olympic yang bermasalah kemarin. Ia pun menyoroti kurangnya ketegasan
PPMI dalam mengambil keputusan, khususnya Presiden.

 

Hal senada disampaikan
Muhammad Rizki Abdillah, Gubernur GAMAJATIM. Ia merasa program PPMI yang fokus melebarkan
sayap ke luar merupakan sesuatu yang patut diapresiasi. Namun jika berbicara
masalah internal, dalam hal ini perangkulan Kekeluargaan, PPMI masih perlu dievaluasi.

 

Selain itu, Ihza juga
mempertanyakan tidak adanya inisiatif dari PPMI untuk merangkul pun berkomunikasi
dengan Kekeluargaan. Hal yang disoroti oleh Ihza adalah tidak adanya intensi
dari PPMI untuk berkomunikasi dengan Kekeluargaan, khususnya pada momen pembatalan
Nusantara Olympic untuk memberikan penjelasan terkait tidak jadinya event
tersebut diadakan.

 

“Ketika Desember itu
kita pikir gini, Kok enggak ada ini. Ibaratkan penjelasan tentang Nusantara
Olympic. Ke mana ini, kok, tiba-tiba batal, udah. Itu kita bingung apa ini
penyebabnya, apa gitu kan.”

 

Keluhan perihal
komunikasi pun datang dari Daku Panca Putra, Gubernur KMM. Berbeda dengan Ihza, hal yang disoroti oleh
Daku adalah tidak jelasnya jalur koordinasi dan komunikasi dari PPMI.

 

“Ketika warga bertanya
PPMI ini kenapa begini, Kekeluargaan kenapa begitu? Kekeluargaan bingung untuk
menjelaskan ke warga kenapa begitu. Karena selama ini ketika ada masalah, kita
pun kebingungan untuk mencari validasi informasi ataupun siapa yang bertanggung
jawab sebenarnya. Karena kadang yang hadir itu Ikram, kadang yang berbicara Auzikna,
kadang yang ambil bagian itu Sekjen Fiqri Mirfaqo,” ujjarnya.

 

Hal senada juga
disampaikan oleh Ponggawa KKS, Fiqrul Khalis Ukkas. Namun, tak seperti Gubernur
lainnya, Fiqrul tidak hanya menyoroti jalur komunikasi dari PPMI saja, tapi
juga sikap kooperatif dari Kekeluargaan itu sendiri.

 

“Di samping PPMI yang
harus turun merangkul ke bawah, Kekeluargaan juga harus kooperatif dong untuk
terbuka ke PPMI,”  ungkap Fiqrul, sembari
menjelaskan bahwa dengan baiknya kerja sama antara PPMI dan Kekeluargaan maka
aspek-aspek yang ingin dituju PPMI akan baik pula.

 

2. Manfaat PPMI dan Kekecewaan
Kekeluargaan

 

Berbicara tentang
manfaat yang dirasakan kekeluargaan, Wahyudi menjelaskan, menurutnya sangat banyak manfaat yang dirasakan KMNTB yang tak
mungkin disebutkan satu-persatu, salah satunya adalah Career Expo.

 

 “Meskipun tak terasa secara langsung, tapi di
masa-masa yang akan datang itu akan memberikan dampak ke mahasiswa lebih khusus
lagi ke Kekeluargaan,” tukasnya.

 

Hal ini dikuatkan juga
dengan pendapat Gubernur HMMSU. Ia berpendapat bahwa PPMI secara struktural telah
cukup memenuhi tugasnya sebagai penyambung suara Kekeluargaan kepada instansi
yang lebih tinggi.

 

“Setidaknya PPMI sudah
menyambungkan kita dengan pihak KBRI,’’ jelasnya.

 

Lain halnya dengan
Gubernur KMM, Daku mengaku tidak merasakan kehadiran PPMI saat ini. Seperti di
tengah isu Maba, dan beberapa permasalahan di Masisir langsung. Kekeluargaan
seperti tak merasakan dampak atau manfaat yang signifikan dari PPMI.

 

Tak hanya itu, kurang
optimalnya beberapa program PPMI menimbulkan rasa ketidakpuasan dan kekecewaan
pada beberapa Kekeluargaan. Seperti yang disinggung oleh Daku terkait adanya
kerugian yang didapat saat Nusantara Olympic dibatalkan. Hal ini lebih
didetailkan lagi oleh Ihza yang merasa dirugikan baik dari segi materi maupun
waktu.

 

“Ketika mereka
membatalkan acara itu (red— Nusantara Olympic) memang uang pendaftaran
dikembalikan, tapi mereka tidak membahas berapa dana yang dikeluarkan
kekeluargaan untuk latihan,” ungkapnya.

 

Ia pun menjelaskan
bahwa program-program unggulan Kekeluargaan yang sudah sengaja dimundurkan dikarenakan
Nusantara Olympic, jadi sia-sia. Sebab Nusantara Olympic itu sendiri juga
dibatalkan.

 

3. Bagaimana PPMI yang
seharusnya ?

 

PPMI sebagai
organisasi teratas dalam tatanan Masisir tentunya bukan hanya siap menerima
sanjungan tetapi juga kritikan, dan semestinya perlu berbenah diri dengan
segala polemik yang ada agar kedepannya lebih baik dalam mengakomodir Masisir. Fiq
rul, menjelaskan bahwa PPMI seharusnya menjadi motor pergerakan Kekeluargaan itu
sendiri.

 

“Apa-apa yang Kekeluargaan lakukan seharusnya
bisa ditarik benang merah bahwa ada hal-hal yang perlu kita tuju bersama. Cukup
PPMI membuat sistem, misalnya seberapa penting PPMI jika digunakan dengan baik,
seharusnya menurut saya PPMI tidak perlu melakukan kegiatan yang bersifat
festival- festival,” lanjutnya.

 

Dari HMMSU sendiri
memberikan perhatian khusus di aspek komunikasi. Ia berharap ke depannya ada
inisiatif yang lebih dari PPMI untuk berkomunikasi dengan Kekeluargaan.

 

“Yang kita harapkan
sebenarnya PPMI coba sesekali ajak kita kumpul gitu kan. Ini enggak ada, kumpul
pas ada masalah. Coba kita kumpul pas enggak ada masalah, jadi tentram begitu,”
ujarnya.

 

Adapun Daku menyoroti hal lain, ketika ditanyai apa yang perlu dievaluasi dari PPMI tahun
ini, ia lebih fokus ke Nakhodanya, bukan ke PPMI-nya.  Daku menerangkan bahwa yang perlu dievaluasi
adalah bagamana memperbaiki manejemen dan kedewasaan berorganisasi, seperti
komunikasi, memahami tupoksi juga kapasitas sebagai presiden.

 

Setelah banyak polemik
yang terjadi, PPMI perlu kembali berintrospeksi diri. Seluruh organisasi pasti
punya kelebihan dan kekurangan. Namun, untuk organisasi yang sebesar PPMI,
diperlukan ketelitian dan kehati-hatian yang lebih untuk menciptakan dan
mengoptimalkan stabilitas Mahasiswa Indonesia di Mesir.

 

Reporter: Ilham Pratama, Aisyah Bannu, Mugni Maulidyah, Alief Asyur, Fatma Nihe

Editor: Ichsan Semma

 

 

Artikel Terkait