Oleh: Auziāna Azmal Umuur
Bismillahirrrahmanirrahim
Saya memulai tulisan ini dengan basmalah, yang menjadi sebuah kewajiban dalam konsensus ilmu aqidah. Bahwa sejatinya segala sesuatu terjadi karena dan atas pantauan Allah, dan biarkan allah menjadi saksi atas setiap kata yang saya tulis.
Rekan-rekan di PPMI tahu saya paling menghindari media dari case sebelumnya. Mungkin momentum ini Allah berikan kepada saya untuk bisa sesekali speak up ke publik dan memberikan sudut pandang setelah dua hari melakukan proses tabayun ke berbagai orang. Mohon untuk dibaca sampai akhir, kalau setengah lebih baik tidak usah dibaca sekalian. Agar memahami perasaan dan emosi yang tertuang di status saya tersebut.
Kronologinya bermula sekitar beberapa bulan lalu, ketika saya bertiga; dengan kawan serta objek tulisan saya tersebut. Pada masa pertemuan itu, sedang sangat hectic dengan peperangan adu balas antara orang Sudan dan Indonesia di Musallas. Pertemuan yang kurang lebih satu jam, dimulai jam 23.00 tersebut ternyata didominasi hujatan terhadap DKKM, bahkan berkali-kali menyebut personalnya. Kala itu saya hanya menganggap itu sebagai bahan masukan dan aspirasi, walaupun di sisi lain rekan-rekan DKKM ada yang sebulan penuh patroli di Musallas agar tidak ada warga Indonesia yang terkena serangan ngasal dari orang Sudan.
Sakitnya perkataan orang tersebut, jujur masih membekas, semakin bertambah ketika esok harinya rekan DKKM saya yang dihina tersebut luka-luka. Jaket jeansnya sampai bolong, karena mengalami serangan dari orang Sudan, tiba-tiba dicegat di tengah jalan.
Waktu berlalu sampai ada satu titik, orang yang sama (seorang anggota kemenkoan 3 pada periode yang tidak perlu kami sebutkan) menghina kemenkoan 3 periode ini. Bukan hanya kinerjanya tapi spesifik pula menyebut menko 3 kami. Adapun terkait kata-katanya apa, sepertinya tidak perlu d-up ke publik menjaga daripada keributan di sosial media, yang pasti itu dari ‘anggota’ Kemenkoan 3 pada periode tertentu.
Saya yang tahu perjuangan beliau, bolak balik rumah sakit, keliling Kekeluargaan, dan lain-lain. Dan pada hari di mana status itu saya buat, kemarinnya sampai sore dia mengurusi warga yang kena gejala DBD sedangkan esoknya ujian. Dan di hari yang sama ketika status itu saya buat, rekan menko 3 saya yang sepulang ujian harus ke rumah sakit, mendampingi warga yang sakit tadi, ditambah adanya warga yang diindikasi TBC.
Sekadar pengetahuan saya dan salah satu anggota Kementerian Kesehatan (yang memutuskan masuk dan menjadi anggota kesehatan karena dahulu pernah sama-sama mengurus anak yang sakit TBC dan akhirnya meninggal) saya merasa sakit hati sekali mengingat perkataan orang tersebut yang menghina kemenkoan 3 secara lembaga, orang-orang yang rela meluangkan waktunya untuk orang lain.
Saya tentunya tidak anti kritik, silakan saja dikritik apapun itu. Setahun ini sudah penuh memori saya, diisi oleh berbagai screenshoot kritik dan tidak sedikit hinaan ke personal bahkan keluarga. Reaksi saya apa?! Banyak yang tidak saya tanggapi, kalaupun ada hanya defensive atas hinaan yang saya terima, lebih banyak nasehat untuk diri sendiri yang saya up ke publik.
Tetapi, jika rekan seperjuangan saya yang dihina, bahkan personalnya. Rasa sakitnya dua, tiga sampai sepuluh kali lipat dari apa yang saya rasakan. Sebagaimana reaksi publik ketika merasakan sakit ketika melihat orang yang berbuat orang baik untuk mereka disakiti.
Saya juga ingin sampaikan, bahwa tujuan dari status itu adalah seorang anggota kemenkoan 3 pada periode tertentu (bukan sosok menko 3), yang kebetulan menghina DKKM dan kemenkoan 3, bukan kepada satu Kemenkoan, apalagi generasi ke generasi. Tidak ada niatan sama sekali, merendahkan siapapun. Itu murni reaksi defensive, terhadap aksi yang kami terima.
Ų„ŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŲØŲ°Ų§ŲŖ Ų§ŁŲµŲÆŁŲ±ayat ini sudah cukup menenangkan diri saya.
Ricky Gervais pernah berkata “Offense is taken, not given”. Niat saya adalah defensive terhadap offense yang kami terima, tidak lebih dan itu tertuju kepada individu yang meng-offense kami dengan menyebut nama, Lembaga, dan jabatan secara spesifik. Bukan juga terhadap pihak manapun.
Sekiranya tidak percaya dengan perkataan saya di atas, mari kita nantikan pengadilan paling adil, saya tidak butuh lawyer, saya percaya penuh dan teguh kepada Hakimnya.
Di akhir, saya ingin sampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada siapapun dan di belahan bumi manapun yang merasa tersakiti dengan kalimat saya tersebut. Sekali lagi tidak ada niatan menghina generasi ke generasi, itu murni untuk individu yang menyerang saudara kami sebagai reaksi defensive. Terucap jua, beribu terimakasih atas siapapun yang telah berjasa untuk PPMI Mesir dan untuk Masisir. Semoga Allah yang membalas jasa antum semuanya.
Teruntuk beberapa rekan-rekan yang meminta maaf, sudah kami maafkan jua. Saya ridai juga siapapun yang men-share tulisan ini, tapi tidak bagi mereka yang memotong hanya untuk konten provokasi. Bersamaan dengan naiknya tulisan ini ke publik, semoga beriringan jua rasa saling memaafkan di antara kita. Semoga kita senantiasa menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.
ŲÆŁ ŲŖŁ ŁŁ Ų±Ų¹Ų§ŁŲ© Ų§ŁŁŁ
Salam hormat
Auzi’na ‘Azmal Umuur.