Wawasan, Kairo— Ternyata benar perkataan orang, “Diri manusia akan mati, tetapi tulisannya akan abadi”.
Esok adalah hari pertama Pameran Kitab Ulama Nusantara di Mesir. Pagelaran nadir ini diselenggarakan oleh Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo (PMIK) yang berkolaborasi dengan komunitas Pojok Peradaban, dengan dukungan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo.
Dalam pagelaran ini, sejumlah musawwadat temuan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) akan dipamerkan untuk umum.
“Saya Miftah Wibowo, Kurator Pameran Musawwadat Ulama Nusantara, mengajak teman-teman semua untuk datang hadir menyelami khazanah ulama kita yang ada di Kairo yang akan berlangsung dari 26 September sampai 5 Oktober”, ajak Miftah dalam sebuah video unggahan akun Instagram @pmik_mesir. Pria itu memang diketahui baru-baru ini telah melakukan penggalangan dana untuk mengakuisisi musawwadat ulama tanah air yang ditemukan di Kairo.
Tunggu, musawwadat itu apa sih? Melansir dari keterangan pihak penyelenggara, Musawwadat dapat diartikan sebagai naskah atau draf tulisan yang telah selesai di-tahqiq, baik oleh penulis itu sendiri ataupun ulama lain. Kemudian naskah itu diserahkan kepada penerbit untuk dicetak.
Dari ini dapat diketahui bahwa ternyata penerbit Mesir, telah menjadi favorit ulama Nusantara sejak dahulu. Akan tetapi, kemudian hanya sedikit dari karya-karya mereka yang masih lestari sampai sekarang. Sebelum terlanjur punah, Pojok Peradaban dan PMIK mengambil langkah cepat tanggap untuk menyelamatkan naskah tersebut lalu membuat pameran agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. Total ada 21 naskah super langka ditambah karya ulama kuno yang disiapkan di pameran ini.
Pameran yang diagendakan akan berlangsung selama 10 hari ini, akan digelar di PMIK yang berlokasi di Rabe’a Adawea, Nasr City, Kairo. Dengan waktu kunjungan yang dimulai pada pukul 11.00 sampai 18.00 CLT.
Waktu pelaksanaan yang tergolong panjang ini memberikan kesempatan yang lebih luas. Siapa saja punya banyak pilihan waktu untuk datang melihat berbagai aspek penting dari warisan intelektual ulama-ulama Nusantara berserta karya-karyanya.
Kalau dipikir-pikir, pameran ini juga terlalu spesial untuk dilewatkan. Sebab bukan hanya menghidangkan naskah tulisan para ulama Nusantara, tetapi juga menghadirkan berbagai elemen langka lainnya, seperti koleksi kitab klasik berbahasa Arab Pegon, alat tulis tradisional, dan juga menyoroti sejarah intelektual penulisan karya ilmiah di zaman dahulu.
Oleh sebab itu, rangkaian pameran ini juga dimeriahkan dengan agenda tur keliling ruangan pameran yang akan ditemani langsung oleh rekan dari Pojok Peradaban. Kalau kalian sempat bingung atau kepo, jangan malu untuk bertanya, ya.
Satu lagi yang membuat pameran ini menjadi lebih spesial, adalah adanya Seminar Tradisi Keilmuan Nusantara.
“Tak hanya pameran, teman-teman juga bisa menghadiri seminar berkenaan dengan khazanah keilmuan ulama Melayu, Aceh, Sunda, dan Jawa,” terang Miftah Wibowo.
Dengan menghadirkan pemateri yang berkompeten, seminar ini akan membahas sejarah keilmuan ulama Nusantara sesuai daerah serta bahasa yang dipakai.
Kesempatan pameran ini memberikan ruang untuk Masisir agar bisa berguru dengan menembus batasan ruang dan waktu. Walau secara fisik kita tidak bertemu dengan para ulama Nusantara terdahulu, tetapi ilmunya tetap bisa mengalir lewat lembaran buku yang mereka tulis. Kita tidak mendengarkan suaranya menjelaskan, akan tetapi ilmu dan gagasannya akan tetap bisa dipahami melalui lembaran musawwadat ini.
Reporter: Afriadi Ramadhan
Editor: Akmal Sulaeman