Wawasan, Kairo— Sabtu 6 Januari, kabar musibah yang menimpa salah satu Mahasiswa Indonesia di Mesir tersebar dalam berupa video dan pesan teks di WhatsApp. Dikabarkan bahwa TGK. Mulia Nata yang merupakan mahasiswa Fakultas Ushuluddin tersebut tertimpa batu yang jatuh dari atas gedung empat lantai sewaktu berjalan di lorong kawasan Darrasah, tepatnya di dekat Makam Sayyidah Fatimah Ummu Gulam, Gamalia.
Ia pun kemudian segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun nahas, berselang beberapa hari kemudian, Mulia Nata menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis, 11 Januari 2024.
Sontak berita kematian tersebut memicu riuh publik terkait hal ini. Banyak yang menilai bahwa batu tersebut tidak jatuh dengan sendirinya, bahkan ada yang menganggap bahwa ada seseorang melempar batu tersebut dari atas gedung.
“Usut tuntas dong siapa yang lempar batu nya!!! Bahaya ini jangan sampe ada korban lainnya, kalau gak diusut viralin aja di Medsos biar diusut”. Salah satu komentar di postingan Instagram @indonesiaincairo.
Untuk memperjelas situasi, Kru Wawasan pun mencoba mencari beberapa keterangan dari pihak terkait dalam hal ini Dewan Keamanan dan Ketertiban Mahasiswa (DKKM). Sehingga kami pun menyajikan keterangan yang dijelaskan langsung oleh pihak DKKM dalam wawancara pada Senin malam, 15 Januari 2024.
Keadaan di Rumah Sakit
Mendapatkan kabar adanya Masisir tertimpa batu yang jatuh dari atas gedung, DKKM pun langsung bergerak menuju tempat kejadian. Namun setibanya di lokasi kejadian, mereka dilarang oleh pihak keamanan untuk mendekati lokasi kejadian, karena tempat dan batu tersebut telah diamankan polisi beserta batu yang menimpa Mulia Nata.
Setelah mendapatkan informasi dari warga sekitar, mereka pun segera bergerak ke Rumah Sakit Husein setelah mengetahui bahwa korban telah dibawa ke sana.
Setelah sampai di rumah sakit, mereka belum mengetahui identitas korban sama sekali. Pihak DKKM pun kembali harus bernegoisasi dengan petugas terlebih dahulu agar bisa dapat izin masuk ke ruang Unit Gawat Darurat. Untungnya, kebetulan pada saat itu juga pihak kekeluargaan tiba di Rumah Sakit, sehingga mereka pun diizinkan masuk.
Sejurus kemudian, polisi memperlihatkan foto korban kepada Andi Asnam Taslim sebagai Komandan DKKM. Ia lalu melihat luka kecil di bagian ubun-ubun yang mengeluarkan sedikit darah. Juga pada kedua pipi terlihat seperti pendarahan dalam, karena melihat wajah bagian bawah yang membengkak.
Bahkan berdasarkan informasi dari pihak rumah sakit, detak jantung sempat terhenti sehingga harus mengambil tindakan dengan alat pacu jantung untuk membuat jantungnya kembali berdetak.
Awalnya, pihak DKKM berpikir untuk memindahkan Mulia ke rumah sakit yang lebih baik dari segi fasilitas dan penanganan. Namun, niatnya langsung batal setelah mendengar keterangan perawat bahwa sangat berisiko untuk memindahkan pasien saat itu.
Tak tinggal diam, DKKM kemudian berusaha menghubungi pihak-pihak terkait seperti mengabari teman rumah korban dan menginformasikan ke pihak senat terkait perizinan Mulia Nata di kampus. Hal ini sebab sebenarnya ia akan menghadapi ujian esok hari.
Namun, meski setelah semua usaha dan doa untuknya, Mulia Nata ternyata menemui ajal pada Kamis 11 Januari 2024, sekitar pukul 13.45.
Proses di Kepolisian
Setelah kejadian yang menimpa Alm. Mulia, polisi setempat langsung mengamankan tempat kejadian dan batu yang menimpa korban untuk dijadikan sebagai bahan uji coba olah TKP.
Berdasarkan penjelasan Taslim, pihak kepolisian pada saat itu ingin melakukan investigasi lebih lanjut dalam kejadian ini.
Selain mengamankan sebuah batu, kepolisian juga mengamankan barang milik korban, seperti sebuah tas yang berisi dompet, ponsel dan barang milik korban lainnya. Kemudian untuk membantu pengurusan di kantor polisi, DKKM bersama Protkons KBRI pergi ke kantor polisi daerah Gamaliyah untuk mengamankan barang milik Mulia Nata dan meminta keterangan kepolisian pada Rabu siang, 10 Januari.
Investigasi di Jalan Buntu
Selain membantu pengurusan di rumah sakit dan kepolisian, DKKM juga turun langsung memeriksa tempat kejadian. Mereka mulai dari mencari beberapa informasi langsung dari warga sekitar yang dekat dari TKP. Warga pun menyampaikan bahwa kejadian seperti ini adalah yang pertama kali.
Awalnya, DKKM menduga bahwa batu itu berasal dari sutuh (Red- Atap) atap gedung Madiafah, tepat di depan Makam Sayyidah Fatimah Ummu Gulam. Namun setelah mengecek langsung, ternyata sutuh dari gedung tersebut terkunci sehingga kecil kemungkinan bahwa tempat itu sering didatangi orang.
Setelah meminta izin untuk membuka pintu sutuh, mereka melihat tempat tersebut bersih dan tidak ada batu-batuan yang mirip seperti batu yang jatuh menimpa Mulia. Hal ini pun mematahkan dugaan tempat tersebut sebagai sumber batu yang jatuh.
Meninggalkan gedung Madiafah, mereka lalu memeriksa gedung yang di sampingnya. Namun, gedung tersebut juga terkunci sehingga tidak dapat diakses tanpa izin dari pemiliknya. Dan ternyata setelah diizinkan mengecek, di atap gedung tersebut memang terdapat batu-batu besar yang digunakan sebagai material pembangunan. Dari penampakannya, batu-batu di atap itu memang mirip dengan batu yang menimpa Mulia Nata.
Bahkan beberapa posisi batu-batu itu tersemen di sisi luar tembok. Diduga kuat bahwa salah satu dari barisan batu dinding tersebutlah yang jatuh dan menimpa Mulia Nata, karena walaupun batu bangunan tersebut tertempel dengan semen akan tetapi batu-batu yang menjulur keluar itu tidak terplester oleh semen bagian sisi luarnya. Dugaan ini pun diperkuat dengan ditemukannya pecahan-pecahan semen di sekitar TKP.
Selanjutnya DKKM juga ingin mencoba untuk mengecek CCTV yang berada di tempat kejadian namun tidak ada satupun yang mengarah langsung ke arah atas gedung. Sehingga tidak ada bukti konkret terkait bagaimana sebenarnya batu tersebut jatuh pada malam itu.
Karena rekaman CCTV tak memberikan keterangan apa-apa, DKKM berinisiatif untuk menanyakan penduduk setempat tentang kejadian malam itu. Warga yang ditanyai pun hanya mengafirmasi bahwa saat itu tiba-tiba ada batu yang jatuh dari atas.
Sampai di sini, dengan temuan indikasi sumber dan keadaan lapangan yang sesuai dengan hipotesis bahwa batu tersebut jatuh dari atap gedung. Sehingga dugaan bahwa kejadian ini melibatkan seseorang sebagai pelaku, tidak terbukti.
“Polisi sudah menjalankan tugasnya, sudah melakukan investigasinya, cuman memang belum ada yang terbukti benar-benar melakukan dengan sengaja,” terang Taslim
Terakhir dalam sesi wawancara bersama DKKM, Taslim mengungkapkan rasa duka citanya atas musibah yang menimpa saudara kita. Ia juga sangat menyayangkan karena almarhum harus dipulangkan ke Tanah Air sebelum ia menyelesaikan kuliahnya, bahkan dalam keadaan sudah tidak bernyawa lagi.
Taslim juga menuturkan bahwa dalam kejadian ini, semua pihak yang terkait sudah memenuhi Tupoksinya masing-masing mulai dari KBRI, Kekeluargaan, dan PPMI.
Selain itu, pihak keluarga almarhum yang ada di Indonesia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir.
Reporter: Akmal Sulaeman
Editor: Afriadi Ramadhan