Penulis: Alfy Muhammad Iqbal | Editor: Akmal Sulaeman
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pemerintah Mesir kembali mengadakan Cairo International Book Fair (CIBF) ke-55. Pameran yang lebih dikenal dengan sebutan Ma’radh ini, diselenggarakan mulai tanggal 24 Januari sampai 6 Februari 2024 di Egypt International Exhibition Center (EIEC), Tajammu Khamis, Kairo.
Mulanya, pameran ini diadakan pada tahun 1969 oleh Menteri Kebudayaan Arab Mesir, Tsarwat Ukasyah yang menunjuk Dr. Suhair Al-Qalamawi sebagai penanggungjawab pameran kala itu. Kini pameran Kairo ini, digadang-gadang menjadi pameran buku terbesar dan tertua di Timur Tengah sekaligus terbesar kedua setelah Pameran Buku Frankfrut, Jerman.
Bagaimana tidak, dilansir dari website resmi CIBF, pameran ini diikuti sekitar 1065 penerbit dari berbagai bidang keilmuan dan berbagai negara. Tentu ini belum termasuk para penerbit atau percetakan yang sekadar menitipkan bukunya pada penerbit lain atau perwakilan negaranya masing-masing.
Pameran buku dengan tiket masuk EGP 5 atau senilai Rp. 1.500 ini, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri. Tak ayal, jumlah pengunjung yang memadati pameran sebelumnya saja, tercatat sebanyak 3.609.395 pengunjung. Bahkan, media-media internasional pun turut memberitakan selama pameran berlangsung. Bukan tanpa alasan, harga dan kualitas buku yang ditawarkan di pameran ini tak bisa dibandingkan dengan harga buku di luar festival. Hal ini disebabkan karena penerbit biasanya memasok langsung cetakannya tanpa melalui jalur distribusi dari tangan kedua.
Selain harga yang lebih murah, beberapa penerbit biasanya menyediakan diskon besar-besaran dan hadiah buku bagi para pengunjung. Selain untuk menarik minat pembeli, hal ini tentu didasari dari sifat orang Mesir itu sendiri yang gemar berbagi dan mudah akrab dengan orang lain.
Tak bisa dimungkiri, murahnya harga buku di Pameran ini, sedikit banyak dipengaruhi oleh inflasi nilai mata uang Pound Mesir (جنيه) yang kian merosok. Dalam beberapa tahun terakhir saja, satu dolar Amerika Serikat kini bisa dibeli di pasar gelap seharga EGP. 50, dibandingkan kurs resmi di bank sebesar EGP. 30,85 per dolar.
Di samping itu, kelebihan lain dari pameran buku Kairo dibanding pameran buku lainnya yaitu dengan diadakannya di awal tahun. Sehingga Hal ini pun menjadi wadah bagi para penerbit agar bisa mendistribusikan secara perdana buku mereka yang baru naik cetak di tahun 2024 ini. Tercatat oleh The General Egyptian Book Organization, sekitar 400 judul buku baru yang akan disajikan selama pameran berlangsung.
Hal lain yang cukup menarik dari pameran ini, pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan para penulis. Tak sedikit dari para penulis serta tokoh keagamaan turut memeriahkan pameran ini. Tak terkecuali Universitas Al-Azhar, pihak kampus sendiri bekerja sama dengan penyelenggara pameran menyiapkan sebuah stand khusus agar para pengunjung dapat bertanya atau sekadar bertukar pikiran dengan para masyaikh yang hadir.
Selain menyajikan hal yang berkaitan dengan keilmuan, pameran ini juga menyediakan food court yang cukup lengkap. Mulai dari jajanan ringan sampai makanan berat akan kita dapati ditempat ini. Penampilan musik dan kesenian khas Mesir, juga menjadi hiburan tersendiri bagi para pengunjung. Bahkan, tak jarang dari para pengunjung yang datang, hanya sebatas ingin merasakan euforia yang disuguhkan selama pameran berlangsung.
Kesempatan setahun sekali ini, sudah semestinya dimanfaatkan oleh para Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir). Pasalnya, selain menjadi tempat destinasi yang menarik, pameran ini menjadi media pertukaran pengetahuan dan kebudayaan yang telah tertuang rapi dalam karya-karya para pemikir Islam dari berbagai zaman.
Namun perlu diperhatikan, selain mementingkan skala prioritas buku yang dibeli sesuai kebutuhan, menumbuhkan semangat literasi juga tak kalah pentingnya. Dengan demikian, Masisir diharapkan mampu mengikuti para pendahulunya yang telah berjuang di Tanah Air sebagai punggawa penyebar agama Islam yang rahmatan lil alamin.