MasisirOpiniOrientasi

Ormaba PPMI Mesir hanyalah Program Sia-Sia

Penulis: Muhammad Alwi Agung | Editor: Asdimansyah M.

“PPMI Mesir adalah kekeluargaan ke-17.” Menggelitik, bukan? Pernyataan ini bukan sekadar lelucon, melainkan refleksi atas kecenderungan organisasi tersebut. PPMI Mesir kerap mengadakan berbagai acara seremonial yang sejatinya telah diselenggarakan oleh kekeluargaan-kekeluargaan yang berada di bawah naungannya.

Salah satu contoh nyatanya adalah Orientasi Mahasiswa Baru (Ormaba) yang diadakan setiap tahun. Pertanyaanya, jika setiap Kekeluargaan Nusantara sudah menyelenggarakan Ormaba mereka sendiri, apakah masih relevan bagi PPMI Mesir untuk mengadakan kegiatan serupa?

Kesia-siaan dalam Ormaba PPMI Mesir

Setiap tahun, PPMI Mesir tidak pernah absen menggelar Ormaba. Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan kemampuan adaptasi mahasiswa baru, memperkenalkan budaya lokal, serta memberi wawasan tentang berbagai kegiatan akademik dan sosial di Mesir.

Namun, jika ditelaah lebih lanjut, bukankah hal yang sama telah dilakukan oleh kekeluargaan dan senat fakultas? Bahkan, setiap kekeluargaan dan beberapa senat fakultas memiliki orientasi akademiknya masing-masing. Ini mengingatkan saya pada sebuah lirik lagu Dialog Senja, “Untuk apa bercerita cerita yang sama?”

Lebih jauh lagi, materi yang disampaikan dalam Ormaba PPMI tidak jauh berbeda dari yang ada di kekeluargaan dan senat. Tema utama tetap berkutat pada ke-Azhar-an, nasihat akademik, serta adaptasi sosial di Mesir.

Jika tidak ada diferensiasi signifikan, maka ada indikasi kuat bahwa Ormaba PPMI hanya menjadi acara repetitif yang membebani sumber daya organisasi tanpa memberikan nilai tambah yang berarti.

Ormaba PPMI dan Ilusi Relasi

Salah satu daya tarik yang sering dijadikan alasan bagi mahasiswa baru untuk mengikuti Ormaba PPMI adalah peluang membangun relasi. Tentu saja, memiliki jaringan yang luas adalah hal yang menggiurkan. Namun, apakah orientasi memang dirancang untuk hal itu?

Jika tujuan utamanya adalah membangun koneksi, maka Ormaba bukan jawabannya. Orientasi, pada hakikatnya, bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa baru tentang lingkungan akademik dan sosial yang akan mereka hadapi. Adapun perihal relasi, mahasiswa dapat membangun jaringan sosial mereka melalui berbagai kegiatan lain sepanjang masa studi mereka di Mesir.

Ketidakadilan dalam Akses Ormaba

Fakta bahwa tidak semua mahasiswa baru dapat mengikuti Ormaba PPMI menambah kompleksitas permasalahan ini. Hal ini diperjelas dari keterangan Ketua Panitia Ormaba PPMI Mesir tahun ini, Ahmad Nuhat Al-Athifi, bahwa dari sekitar 1.800 mahasiswa baru, hanya 1.200 yang bisa mengikuti kegiatan ini. Meninggalkan 600 mahasiswa baru yang lain.

Nuhat mengatakan, adanya pembatasan peserta merupakan salah satu usaha dari panitia akibat keterbatasan dana yang mereka miliki, dengan anggaran biaya EGP 300.000 dari PPMI Mesir. Bahkan panitia harus menyebar proposal dan mengandalkan bantuan dana dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Masisir.

Jika benar tujuan Ormaba adalah untuk membantu mahasiswa baru, maka mengapa hanya sebagian yang mendapat manfaat? Keberadaan pembatasan peserta ini justru menunjukkan bahwa Ormaba PPMI tidak inklusif.

Padahal, setiap mahasiswa berhak menikmati kegiatan PPMI. Mengapa demikian? Sebab PPMI adalah milik umum, dan keniscayaan itu tidak dapat kita pungkiri. Apalagi, keuangan PPMI yang menjadi salah satu sumber dana Ormaba ini.

Maka, menjadi pertanyaan besar: Bagaimana pertanggungjawaban PPMI terhadap mahasiswa baru yang tidak mendapat akses ke acara ini? Bukankah ini bentuk ketidakadilan yang nyata?

Lebih jauh, jika memang kegiatan ini dianggap penting, mengapa pendanaannya tidak mendapat perhatian lebih serius? Dan kalau pendanaan masih menjadi masalah, bukankah lebih bijak jika PPMI sebagai lembaga induk mengalokasikan dana tersebut ke organisasi naungannya agar mereka dapat memperbaiki dan memperluas jangkauan orientasi mereka sendiri?

Maaf kalau kalimat saya agak kasar. Tetapi Ormaba PPMI, dalam hal ini, tampak seperti kapal yang berlayar ke arah yang tak semestinya, membebani sumber daya dan waktu mahasiswa tanpa tujuan yang benar-benar esensial.

Jadi, Bagaimana PPMI Seharusnya?

Dalam perspektif yang lebih rasional, PPMI sebagai organisasi induk seharusnya tidak lagi berperan sebagai penyelenggara Ormaba, melainkan sebagai supervisor dan fasilitator bagi kekeluargaan dan senat yang menyelenggarakan kegiatan ini.

Dengan kata lain, PPMI cukup memastikan bahwa semua Ormaba kekeluargaan berjalan sesuai standar yang ideal, tanpa kendala, dan yang paling penting tetap memiliki visi yang sejalan dengan kepentingan mahasiswa baru. Pun menjamin agar setiap kegiatan Ormaba di Masisir mengajarkan manhaj al-Azhar dengan benar dan memberikan bimbingan adaptasi sosial dengan tepat.

PPMI juga dapat memainkan peran strategis dalam mendukung kegiatan Ormaba kekeluargaan dengan memberikan bantuan finansial yang lebih merata, serta mengawasi jalannya acara agar tidak terjadi kesenjangan informasi di antara mahasiswa baru.

Dengan demikian, seluruh mahasiswa baru, tanpa terkecuali, bisa mendapatkan hak yang sama dalam mengikuti orientasi tanpa harus bergantung pada seleksi peserta yang membatasi jumlah peserta. Seperti yang terjadi dalam Ormaba PPMI saat ini.

Sebagai Organisasi Induk, PPMI Seharusnya Bertanggung Jawab atas Semua Ormaba di Mesir

Saya ingin mengajak Anda berpikir, saat ada orientasi yang diselenggarakan oleh organisasi naungan dengan sewenang-wenang; menormalisasi perpeloncoan, keinkonsistenan materi, dan tidak di-backup oleh supervisor, siapa yang akan bertanggung jawab akan hal itu? Pastinya, organisasi induk yang bertanggung jawab atas itu semua.

Kembali ke realita. Sebagai organisasi induk, PPMI Mesir seyogyanya mengawasi program, khususnya orientasi mahasiswa baru oleh organisasi naungannya, bukan malah mengadakan tandingan yang serupa. Hal ini seakan hanya melepas rasa tanggung jawab yang secara normatif diampu oleh PPMI Mesir. Kalau kata orang Mesir, ma yanfasy.

Kesimpulan

Sejatinya, Ormaba PPMI Mesir adalah bentuk kegiatan yang lahir dari niat baik. Namun, dalam praktiknya, keberadaannya justru menimbulkan banyak persoalan: redundansi materi, ilusi manfaat, ketidakadilan akses, serta pemborosan anggaran. Jika dibiarkan tanpa evaluasi, Ormaba PPMI hanya akan menjadi tradisi yang terus berjalan tanpa relevansi yang jelas.

Sebagai organisasi induk, PPMI seharusnya lebih fokus pada perannya sebagai pengawas dan pendukung, bukan sebagai penyelenggara kegiatan yang sebenarnya sudah diakomodasi oleh kekeluargaan. Dengan demikian, sumber daya dapat dimanfaatkan secara lebih efektif dan mahasiswa baru dapat mendapatkan pengalaman orientasi yang lebih merata dan berkualitas.

Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, “Insanity is doing the same thing over and over again and expecting different results.” Jika PPMI Mesir tidak segera meninjau ulang peran dan kebijakannya dalam penyelenggaraan Ormaba, maka kemungkinan besar kita akan terus menyaksikan pola yang sama: pengulangan tanpa perubahan berarti.

Artikel Terkait

Baca Semua Komentar