ArtikelBudayaEsaiResensi Bukusastra

Resensi Buku; The Alpha Girl’s Guide

Karya Henry Manampiring, oleh Annisa Rahma Amaliah

Jika berbicara mengenai perempuan, apa hal pertama yang akan muncul pada benak kalian? Kesetaraan gender? Ibu rumah tangga? Perempuan mandiri? Atau hal luas seperti apa yang ada pada pikiran kalian jika berbicara perihal perempuan dan substansitasnya? Nah, pada tulisan ini saya akan mengulik sedikit lebih luas mengenai perempuan dari sebuah buku yang berjudul The Alpha Girl’s Guide karangan Henry Manampiring. Seperti apa sih sebenarnya sosok perempuan ideal yang dimaksud dalam buku tersebut?

Kata Alpha Girl atau Female adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan tentang seorang perempuan yang memiliki karakter kuat, dominan, dan tegas. Sejak awal mula alam semesta diciptakan, sejarah perempuan tidak pernah lepas dari zaman ke zaman hingga sekarang. Pembahasannya pun tak pernah ada habisnya. Mulai dari segi keagamaan, budaya, sosial, bahkan sampai perannya terhadap zaman pun sangat diperlukan. Berangkat dari hal tersebut, sudah dapat membayangkan betapa istimewanya makhluk yang bernama “Perempuan”.

Sebelum masuk pada inti pembahasan, kita akan mengelompokkan Alpha Female ini mulai dari pendidikan, pertemanan, cinta, keprofesionalannya dalam bekerja, serta kepeduliannya terhadap sekitar. Mengutip perkataan salah satu Alpha Female dalam wujud sosok Najwa Shihab pernah berkata “Mengapa kita harus merasa kemampuan kita lebih rendah, hanya karena kita perempuan?” Kalimat yang begitu menohok bagi para perempuan yang selalu merasa dirinya kurang.

The Alpha Student

Dalam bidang pendidikan, perempuan tidak boleh kalah saing dengan kaum adam. Jika ditanya mengapa? Maka jawabannya adalah pendidikan yang baik bisa menjadi pegangan bagi perempuan agar tidak hanya bergantung pada laki-laki atau suaminya nanti. Seorang Alpha Female  harus menyadari kekuatan dan potensinya. Menjadi sosok yang percaya diri, pekerja keras, berprestasi, dihormati, disegani oleh perempuan lain maupun laki-laki, itu semua karena kesadarannya secara nyata terhadap pendidikan.

Pendidikan itu sendiri akan menjadi batu loncatan bagi seorang Alpha Female baik itu pada kehidupannya secara nyata, mendidik, hingga pada etos dan integritasnya sebagai seorang pelajar. Perempuan yang berpendidikan mempunyai kemampuan untuk mandiri sebagai backup plan. Ia akan melihat pendidikan sebagai bekal untuk bisa mandiri dalam situasi apapun. Namun, yang sering kali menjadi problem adalah kesalahan berpikir mengenai perempuan yang berpendidikan tinggi.

Pernyataan kejam mengenai perempuan yang berpendidikan seringkali kita dengar, misalnya “Untuk apa bersekolah tinggi jika akhirnya di dapur? Perempuan yang terlalu berpendidikan akan sulit mendapatkan pasangan”. Namun sebenarnya tidak seperti itu, di dunia ini tidak ada hal yang pasti. Misalkan suatu saat suami si perempuan sakit dan sulit mencari nafkah, maka perempuan yang berpendidikan akan sangat bisa menggantikan posisi suaminya dalam membantu menopang perekonomian keluarga dengan ilmu yang dia punya.

Lalu bagaimana dengan alibi perempuan yang berpendidikan akan sulit mendapatkan pasangan? Maka ada pernyataan yang sangat menarik dari buku karya Henry Manampiring ini, bahwasanya sudah wajar laki-laki yang biasa-biasa saja dan tidak berprestasi merasa segan dengan perempuan yang lebih cerdas serta dilandasi dengan pendidikan yang baik. Namun, tidak semua laki-laki seperti itu. Banyak laki-laki berkualitas yang percaya diri dan tidak merasa terintimidasi dengan mendapatkan perempuan yang berpendidikan tinggi.

Lantas mengapa seorang Alpha female yang berpendidikan harus menurunkan kualitas dirinya hanya untuk mengalah pada laki-laki? Para Alpha Female tidak akan menurunkan kualitas dan standar hanya untuk memenuhi ego laki-laki yang tidak percaya diri. Perempuan yang berkualitas pantas mendapatkan laki-laki yang berkualitas pula, begitupun sebaliknya. Laki-laki dan perempuan tidak harus mengalah satu sama lain hanya karena ego masing-masing. Akan tetapi, mereka akan berusaha untuk saling mengimbangi.

The Alpha Friend

Setelah membahas mengenai Alpha Female dari segi pendidikan, maka sekarang bagaimana sih sosok Alpha Female pada lingkup pertemanan? Bagi seorang Alpha Female yang cerdas memiliki prinsip yang hebat dalam berteman yaitu Health Realitionship, mutual respect, take and give yang seimbang. Pertemanan yang fair itu tidak dimanipulasi dan tidak memanipulasi. Tentu saja perempuan yang pandai tidak akan membuang waktunya untuk pertemanan yang sifatnya merusak kualitas diri. Ia akan mencari lingkungan yang akan menambah previlege dirinya.

Ada hal yang ambigu namun benar adanya, tidak semua orang layak dijadikan “Teman”. Pada kenyataannya memang banyak orang di luar sana yang berteman namun tujuannya hanya untuk memanfaatkan. Misalnya, hanya sebagai tempat meminjam uang, sebagai teman jalan, bahkan ada juga yang hanya numpang popularitas. Ketika butuh bantuan baiknya bak malaikat, tetapi ketika kita yang butuh seolah-olah tuli, bisu, dan buta. Begitulah hukum alam yang sedikit lucu, ambigu dan nyata adanya.

Selain mementingkan pertemanan yang tulus, seorang Alpha Female juga senantiasa menjaga attitude dirinya dengan tidak membicarakan orang lain karena memang hal itu bukan ranah dan ciri seorang Alpha Female untuk mengomentari orang lain secara negatif. Pada buku ini, terdapat kutipan menarik dari seorang yang bernama Henry Thomas Buckle bahwasanya “Great minds discuss ideas, average minds discuss events, small minds discuss people” yang kurang lebih bermakna “Jiwa besar membicarakan ide-ide, jiwa biasa-biasa saja membicarakan peristiwa, jiwa kerdil membicarakan orang lain”.

The Alpha Lover

Seperti yang kita ketahui bahwasanya memilih pasangan itu berbeda dengan memilih buah-buahan di pasar. Memilih pasangan hidup yang akan kita jumpai mulai dari membuka mata hingga memejamkan mata, tidak bisa didapati hanya dengan menerka-nerka. Bagi seorang laki-laki, memilih perempuan seperti memilih sekolah untuk anak-anaknya. Namun bagi seorang perempuan, memilih laki-laki itu seperti memilih antara surga dan neraka. Semuanya bukanlah hal yang bisa kita pilih secara tiba-tiba dan semuanya tidak serta-merta hanya karena ingin saja.

Seorang Alpha Female tidak akan gegabah dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya hanya untuk memenuhi standar orang lain. Baginya, memilih pasangan itu karena merasa tepat bukan karena ingin menyandang status sebagai milik orang. Ia akan selalu melakukan analisis dan riset dan tidak menerima asumsi secara mentah-mentah this is a smart women. Pada proses penantiannya, ia akan terus belajar dan menambah kualitas ilmu, diri, dan ibadahnya tanpa melibatkan orang lain yang jelas belum pasti akan menjadi teman hidupnya.

Di samping itu, seringkali para perempuan terjebak pada  toxic realitionship. Banyak laki-laki di luar sana yang tidak percaya diri. Dalih sangat menyayangi ternyata begitu manipulatif, dalih peduli ternyata begitu abusiv. Bagi perempuan, toxic realitionship itu ibarat benang kusut yang sangat sulit dicari ujungnya. Ia terus menangis namun juga begitu butuh pada lelakinya. Itulah mengapa perlu memilih pasangan dengan persiapan yang matang. Kata cinta, kata sayang, serta kata maaf pun tidak bisa menjamin keselamatan mental seorang perempuan.

Paragraf di atas bukan untuk menyalahkan mereka yang memilih untuk mempunyai pasangan sebelum waktunya. Namun, menegaskan bahwa perempuan yang berprinsip itu adalah mutiara yang tersembunyi di lautan yang paling dalam, itu berarti tidak sembarangan yang dapat memilikinya. Seorang Alpha Female sepenuhnya sadar bahwa ketika menghadirkan harapan-harapan semu akan menyebabkan masalah yang besar. Hal ini bukan karangan namun kenyataan yang secara nyata disadari tapi seringkali terabaikan.

The Alpha  Professional  and Leadership

Menjadi seorang pemimpin memang identik dengan seorang laki-laki. Namun, tidak menutup kemungkinan seorang perempuan juga bisa memimpin suatu kelompok. Menurut kalian, apakah hal ini lumrah? Iya, tentu saja. Menjadi seorang pemimpin bukan berarti menghilangkan esensi perempuan itu sendiri dan bukan berarti menafikan tugas para lelaki untuk memimpin. Akan tetapi, seorang Alpha Female harus mempunyai keberanian untuk memimpin dirinya sendiri tanpa didikte oleh orang lain. Hal ini lumrah dan sudah sepatutnya ada.

Pada bagian ini sangat menarik. Henry Manampiring memaparkan bahwasanya seorang Alpha Female tidak menikmati statusnya untuk sekadar memperkaya dan menikmati hidupnya sendiri. Justru kehadirannya membawa dampak baik bagi orang-orang sekitarnya. Seorang Alpha Female yang inspirasional menggunakan pengaruh, kecerdasan, serta talenta yang dimilikinya untuk menggerakkan orang di sekitarnya agar bersama-sama menjadi lebih baik.

Seorang Alpha Female bukanlah sosok yang mudah ikut arus. Ia berprinsip, tenang, dan  mempunyai planning  yang jelas ke depan. Ia tidak kaku terhadap kritik dan saran, mau menerima masukan, memperbaiki ketika salah, dan pastinya tidak malu bertanya. Ia tidak akan melibatkan masalah pribadi dalam sebuah urusan pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Seorang Alpha female merupakan sosok panutan bagi orang-orang di sekitarnya. Ia tidak memenuhi ego sendiri dibandingkan urgensitas banyak orang.

Setelah mengetahui beberapa point dari buku karya Henry Manampiring ini, kita dapat menyimpulkan bahwa dengan kehadiran perempuan merupakan suatu keistimewaan terbesar yang telah hadir pada alam semesta. Perempuan merupakan Maha Karya Tuhan yang sangat luar biasa. Setiap perempuan merdeka atas dirinya sendiri, ia mampu berdiri atas usaha dan kekuatannya, ia mempunyai prioritas yang sama dengan laki-laki dalam menyenyam pendidikan yang tinggi. Menjadi perempuan smart, independen, dan anti galau this is the Alpha Girl’s Guide.

Artikel Terkait

Beri Komentar