Al-AzharKegiatanTentang KKS

Stigma Negatif Masisir Tentang KKS, Punggawa: Kultur Budaya Orang Timur Memang Berbeda

Fokat KKS 2022 (Gambar: dok. Wawasan)

 

Wawasan, Kairo—Muhammad Syahran Hidayat, Punggawa KKS
2021-2022 mengungkapkan dalam sambutannya di acara Fokat KKS 2022, bahwa Mahasiswa
Indonesia di Mesir (Masisir) non KKS akan begitu takut dan segan ketika
mendengarkan label anak KKS, hingga berkembang perspektif dari Masisir sendiri kalau
orang KKS itu wataknya keras dan kasar.

 

Syahran Hidayat angkat bicara terkait berkembangnya stigma
negatif tentang warga KKS tersebut. Ia menyangkal dengan mengungkapkan bahwa
orang timur memang memiliki karakter saling menghargai dan saling merangkul
yang sudah tertanam sedari dulu.

 

Nilai prinsipil seperti berkharisma, berkarakter dan saling
menjaga, menurutnya, sudah menjadi hal yang mendarah daging di setiap anggota
KKS. Dan itu juga berlaku dalam berinteraksi dalam ranah Masisir secara umum.

 

Syahran pun menyatakan fenomena stigma negatif tersebut
lahir dari kesalahpahaman Masisir dalam memahami nilai-nilai prinsipil dan
kultur budaya orang timur dalam bertindak.

 

“Karakter yang prinsipil itu harus ki’ saling
menjaga. Seperti yang saya sampaikan di sambutan itu, bahwa satu yang sakit, sakit
semua. Seperti itu prinsipnya, saling menjaga karakter ta’, militansi ta’.
Satu sakit, maka sakit semua. Arahnya kesana. Satu punya masalah, masalah kita
semua,” ungkap Syahran dengan logat khas Sulawesinya ketika diwawancarai oleh
kru Wawasan pada Selasa (8/3).

 

Selain hal di atas, ia juga sempat menyinggung kiprah anak Sulawesi
di Mesir seperti penghasil lulusan doktor terbanyak, menjabati posisi penting
di berbagai organisasi Masisir dan juga menjuarai event besar se-masisir.
Bahwa selain kental dengan nilai luhur dan budaya, warga KKS juga bisa bersaing
dalam melahirkan bibit mahasiswa yang unggul.

 

Namun dibalik itu semua, Syahran yang juga mantan Menko 3
PPMI Mesir ini juga sedikit berkaca sekaligus menjadi keresahan pribadinya
melihat fenomena belakangan ini  bahwa
anggota KKS perlahan mulai meninggalkan nila-nilai kultural saling menjaga dan
solidaritas di tanah rantauan.

 

“Ada hal-hal yang mulai merosot di KKS bahwasanya nilai-nilai
prinsipil mulai ditinggalkan. Antar sesama anggota KKS mulai terkotak-kotakkan
dan segala macam, itu yang harus dijaga. Hubungan antara senior-junior juga
harus selalu dijaga,” ungkapnya.

 

Dalam momentum Fokat 2022 kali ini, Punggawa menitip harapan
untuk seluruh teman-teman Mahasiswa baru agar bisa berinteraksi sebagaimana biasanya
saling berinteraksi di negeri perantauan, dengan tetap memperhatikan adat
istiadat masyarakat setempat. (Fakhrur Riza)

 

Artikel Terkait