Penulis: Zulham Sulfadly | Editor: Akmal Sulaeman
Akhir-akhir ini dunia kembali dihebohkan dengan penyerangan yang secara brutal dilancarkan oleh Militer Israel terhadap wilayah Palestina, khususnya wilayah yang dikenal dengan sebutan Jalur Gaza. Serangan tersebut merupakan salah satu yang terdahsyat dalam sejarah konflik Palestina-Israel, sebab memakan begitu banyak korban.
Tercatat sejak 7 Oktober 2023, terdapat 6.546 warga Palestina tewas, sedangkan menurut Kementerian Kesehatan Palestina korban yang menderita luka-luka mencapai 14.254 orang, akibat serangan udara dan bombardir yang dilakukan oleh militer Israel. Korban-korban tersebut meliputi pasukan militer sampai rakyat sipil Palestina, bahkan wanita dan anak-anak tak luput dari kebrutalan serangan tersebut.
Hal ini merupakan imbas dari serangan dadakan yang dilakukan Militan Hamas terhadap wilayah Israel beberapa hari yang lalu. Serangan tersebut juga merupakan serangan terbesar yang pernah dilakukan Militan Hamas terhadap Zionis Israel dalam sejarah konflik antara keduanya. Bagaimana tidak? Korban tewas dari pihak Israel mencapai 1.400 jiwa, sedangkan yang luka-luka mencapai 3.400 orang. Jika ditaksir, korban tewas dari kedua belah pihak mencapai 6.051 jiwa, bahkan jumlah korban tersebut hingga saat ini masih terus bertambah.
Sebenarnya konflik dari kedua belah pihak tersebut telah terjadi sejak lama, bahkan sejak Zionis Israel mendeklarasikan diri sebagai negara di tanah Palestina.
Namun pernahkah terlintas di benak kita siapa sebenarnya para Zionis Israel? Mengapa mereka memilih tanah Yerussalem sebagai negara mereka? Dari mana mereka berasal? Bagaimana mereka mampu mendapat dukungan dari negara-negara adidaya seperti Amerika dan Inggris? Bagaimana pula awal-mula terjadinya konflik Palestina-Israel? Untuk menemukan jawaban dari semua pertanyaan di atas, mari mengulasnya satu persatu!
Siapa itu Para Zionis Israel?
Zionis merupakan istilah yang dinisbatkan kepada gerakan Zionisme, gerakan yang dikembangkan orang-orang Yahudi Eropa untuk mendirikan negara di tanah Palestina, pada akhir abad ke-19 hingga abad ke-20.
Dr. Malik Muhammad Ahmad Risywan, seorang pakar sejarah sekaligus pengajar di Universitas Al-Azhar Kairo memberikan pandangannya terkait masalah ini. Di dalam kitabnya yang berjudul Tarikh Al-Khilafa Al-Utsmaniyah, ia menjelaskan bahwa sesungguhnya sepanjang sejarah, orang-orang Yahudi berpandangan bahwa tanah Palestina merupakan wilayah yang berpotensi. Di mana mereka menganggap tanah tersebut dapat mempersatukan semua bangsa Yahudi yang tersebar di seluruh dunia. Maka dari itu mereka berencana untuk mendirikan negara Yahudi di wilayah tersebut, dengan menjadikan sejarah dan agama sebagai alasan.
Gugatan mereka semakin menguat pada akhir abad ke-19, gerakan inilah yang di sebut dengan gerakan Zionisme. Pintu keberhasilan seakan terbuka lebar bagi gerakan tersebut, tatkala mereka mendapat dukungan politik dari negara-negara besar. Ditambah lagi, bantuan biaya serta dukungan dari media-media terkemuka pada masa itu. Di saat yang sama pula Daulah Utsmaniyah sebagai pemegang kendali atas tanah Palestina sedang mengalami masalah pelik. Di mana ia terlibat dalam konflik politik sengit melawan Zionisme yang saat itu berada di atas angin, demi melindungi Palestina.
Sedangkan menurut insertlive, Zionisme pertama kali berdiri di New York pada 1 Mei 1776 atau dua bulan sebelum deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat di Philadelphia. Perkumpulan Dewan Senat Yahudi lewat undangan Kaisar Bonaparte lantas menjadi momen intim bersatunya bangsa Yahudi dalam skala besar. Ada dua doktrin utama yang mereka jadikan landasan untuk menguasai wilayah Palestina, yaitu ‘Bangsa Pilihan Tuhan’ dan ‘Tanah Pilihan Tuhan’.
Mengapa Mereka Memilih Tanah Palestina?
Sebelum berbicara lebih jauh mengenai hal ini, mari terlebih dahulu mengenal apa itu Yahudi, apa kaitannya dengan Bani Israel serta perbedaan keduanya dengan Zionis Israel. Menurut Prof. ‘Audhullah terdapat beberapa definisi mengenai arti kata Yahudi. Namun pendapat yang paling kuat ialah kata tersebut dinisbatkan kepada Yehudza yang merupakan salah satu anak Nabi Ya’kub A.S., Sedangkan keturunannya disebut dengan Yahudi.
Adapun makna dari Bani Israil secara etimologi adalah “Anak keturunan Israil”. Sedangkan kata Israil itu sendiri merupakan nama lain dari Nabi Ya’kub A.S. yang dalam bahasa Ibrani berarti hamba Allah. Di sini kita bisa menyimpulkan bahwa Istilah Bani Israil merujuk kepada anak-cucu Nabi Ya’kub A.S.
Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa meskipun memiliki hubungan yang erat, kita sama sekali tidak bisa menyamakan ketiga golongan tersebut. Sebab ketiganya memiliki perbedaan, di mana Bani Israel merupakan keturunan Nabi Ya’kub A.S., dan Yahudi merupakan keturunan Nabi Ya’kub yang secara khusus dari jalur Yehuda. Sedangkan Zionis adalah gerakan politik yang dikembangkan beberapa orang Yahudi untuk menguasai Palestina.
Jika kita ingin berkaca kepada sejarah, kita memang akan menemukan fakta bahwa sebenarnya Bani Israel memiliki sejarah panjang dan jejak historis di tanah Palestina, Bahkan jauh sebelum Islam datang.
Bani Israel pernah berjaya di tanah Palestina di bawah pimpinan Nabi Daud A.S. setelah menakhlukkan Yerussalem pada tahun 1000 S.M., kemudian mencapai puncak kejayaanya di bawah pemerintahan Nabi Sulaiman A.S. pada tahun 962 S.M., sebelum akhirnya mereka terusir dari tanah Palestina setelah bangsa Romawi menginvasi wilayah tersebut.
Hal inilah yang dijadikan alasan para kaum Zionis untuk merebut wilayah Palestina dari genggaman Turki Utsmani. Sampai pada akhirnya para Zionis berhasil mendirikan negara Israel berkat dukungan dari negara-negara barat seperti Inggris dan Amerika Serikat pada tahun 1948.
Menariknya, menurut Insertlive Pada awalnya gerakan Zionisme ini berencana membangun negara di Argentina, Ethiopia, dan Uganda. Namun pada akhirnya negara Israel malah dibangun di Palestina sebab dianggap sebagai tanah leluhur bangsa Yahudi.
Bagaimana Mereka Mendapat Dukungan dari Negara-Negara Besar?
Baru-baru ini kita lagi-lagi dikejutkan oleh pernyataan Joe Biden, Presiden Amerika Serikat yang secara lantang menyatakan dukungan terhadap Zionis Israel. Dia mengatakan “Jadi pada saat ini kita harus sejernih kristal untuk mendukung Israel”. Bukan tanpa bukti, ucapan tersebut diimplementasikan Amerika dengan lansung mengirimkan bantuan finansial dan persenjataan ke Israel, untuk melengkapi kebutuhan militer mereka dalam melakukan serangan balasan.
Bahkan dalam sejarah berdirinya Israel pada tahun 1948, Amerika Serikat merupakan negara yang pertama mengakui kedaulatan Israel. Lantas mengapa Amerika begitu gigih dalam membela Zionis Israel?
Sebenarnya ada banyak teori mengapa Amerika dan beberapa negara barat sangat berpihak kepada Israel. Akan tetapi, menurut Al-Jazeera ada beberapa faktor penting mengapa Amerika memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan Israel. Yang pertama adalah hubungan historis, mengingat Amerika adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Israel.
Kemudian yang menjadi salah satu alasan kuat keharmonisan kedua negara tersebut adalah peran penting Israel dalam menjaga stabilitas di kawasan Timur Tengah, Amerika Serikat dalam konteks geopolitik, menganggap Israel sebagai sekutu yang strategis di kawasan Timur Tengah. Keduanya memiliki kepentingan bersama dalam menjaga stabilitas dan menghadapi ancaman keamanan regional.
Sedangkan dukungan Inggris terhadap gerakan Zionis Israel dalam mendirikan negara Yahudi di tanah Palestina, adalah motif Inggris untuk memenangkan perang dunia ke-.1. Sebab dengan memberikan dukungan kepada kaum Zionis, Inggris berharap para pemodal dan kaum kaya Yahudi mampu membujuk pihak Amerika dan Rusia untuk memberi dukungan pada perang dunia 1.
Dilansir dari Kompas, Selama Perang Dunia 1 (1914-1918), Zionisme politik semakin dominan. Mereka membujuk Amerika dan Inggris untuk memberikan Yerussalem dan mengubah Palestina menjadi negara Yahudi setelah Daulah Utsmaniyah kalah.
Mereka pun mendapat dukungan dari Lloyd George dan tokoh-tokoh berpengaruh di Amerika Serikat.
Hingga pada akhirnya Inggris berhasil maenguasai Yerussalem setelah menaklukkan Turki Utsmani dan Jerman pada tahun 1917. Di tahun yang sama keluar pulalah Deklarasi Balfour, deklarasi yang mengumumkan dukungan pembentukan rumah nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina.
Bagaimana Awal Mula Konflik Palestina-Israel?
Banyak yang menganggap bahwa permasalahan Palestina-Israel merupakan konflik yang didasari oleh perselisihan dua agama besar. Meskipun konflik ini melibatkan agama, kenyataanya konflik tersebut merupakan pertentangan antar dua etnis masyarakat yaitu Arab-Palestina dan kaum Zionis Yahudi. Konflik tersebut disebabkan klaim keduanya terhadap satu wilayah, dalam hal ini tanah Palestina.
Dilansir dari Insertlive konflik Palestina-Israel terjadi akibat penolakan masyarakat Palestina yang saat itu berada di bawah pemerintahan Turki Utsmani. Mereka menolak berdirinya negara Israel di tanah Palestina pada tahun 1948. Sehingga memicu terjadinya perang berkepanjangan dan memakan korban yang tidak sedikit.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Inggris memiliki peran vital dalam berdirinya negara Israel di palestina. Seperti, memberikan fasilitas migrasi massal untuk orang Yahudi dari Eropa ke Palestina dan memberikan tanah bagi orang Yahudi yang telah bermigrasi ke wilayah tersebut. Meskipun hal itu ditentang keras oleh penduduk Palestina yang kala itu sebagian besar berasal dari penduduk asli Arab-Palestina.
Mereka khawatir dengan perubahan demografi negara mereka dan penyitaan tanah rakyat Palestina oleh Inggris untuk diberikan kepada orang Yahudi. Bahkan setelah perang berakhir, wilayah bekas pemerintahan Inggris di Palestina termasuk Yerussalem diambil alih oleh para Zionis Israel.
Konflik keduanya pun semakin memanas tatkala Israel kembali menyerang Palestina pada tahun 1967. Hal tersebut terjadi lantaran mereka ingin menguasai Jalur Gaza dan Kawasan Sinai hingga Tepi Barat, termasuk Yerussalem Timur.
Namun, sayangnya sepanjang terjadinya konflik Palestina-Israel banyak sekali tindak kekerasan berlebih dan pembantaian yang tidak berperikemanusiaan yang dilakukan Israel. Mereka dengan kejam menyerang warga sipil termasuk wanita dan anak-anak. Bahkan pada penyerangan yang mereka lakukan baru-baru ini, mereka tega menyerang salah satu rumah sakit di Gaza, yang notabene tidak memberikan ancaman apapun bagi mereka, dengan serangan brutal yang menewaskan ribuan orang.
Penutup
Singkatnya, konflik ini bermula saat kaum Yahudi di Eropa mulai membentuk gerakan politik Zionisme pada akhir abad ke-19 demi menguasai wilayah Palestina atas dasar sejarah dan agama. Sayangnya, gerakan tersebut mendapat dukungan dari negara-negara adidaya. Di mana Inggris memiliki peran yang besar dalam berdirinya negara Israel di palestina. Inggris secara paksa merebut wilayah Palestina dari kesultanan Turki Utsmani pasca Perang Dunia ke-1 demi memberikan wilayah tersebut ke tangan para Zionis, hingga menyebabkan konflik berkepanjangan hingga saat ini.