Al-AzharAlmamaterWarta

Terkait Peran Strategis Alumni Al-Azhar untuk Bangsa Indonesia, Pimpinan Ponpes Darussalam Gontor: Ada Alumni yang Menjadi Liberal

 

Seminar Kebangsaan (Gambar: dok. Wawasan)

Wawasan, Kairo—“Maaf saya terpaksa ngomong ini, karena ada saudara-saudara
kita alumni Al-Azhar yang menjadi liberal, malah lupa agamanya. Saya dengar
dari teman-temannya, hafalan Quran oke, pelajaran lulus, tapi tidak salat
selama di sini, bahkan membuat kegaduhan mempromosikan ajaran yang menyimpang
dari syariat Islam,” ungkap Prof. Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, MA., Pimpinan
Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor dalam, Ahad (28/11).

 

Keresahan tersebut ia ungkap saat menjadi narasumber dalam acara Seminar
Kebangsaan, yang bertemakan “peran strategis alumni Al-Azhar dalam konteks
tantangan bangsa di masa depan”, ia turut berharap mahasiswa Al-Azhar dalam
partisipasinya membangun Indonesia adalah tugasnya mengembangkan washatiyatul
Islam dengan harapan Islam di Indonesia tidak ada yang menyimpang.

 

Karena menurut penuturannya, di Indonesia saat ini sedang
gencar-gencarnya mempromosikan moderasi beragama—yang ia nilai berbeda dengan
wasathiyatul Islam seharusnya—, radikalisme, intoleran, dan terorisme.

 

Ia menjelaskan bahwa tantangan mahasiswa Al-Azhar sekarang bukan lagi
mencari eksistensi—sebagaimana mahasiswa dahulu menerjemahkan Lagu Indonesia
Raya ke dalam Bahasa Arab—, tapi menurutnya adalah bagaimana menyebarkan Islam
yang benar.

 

Menurutnya, Islam yang seharusnya adalah washatiyatul Islam, bukan
Moderasi yang dalam arti aslinya adalah demokrasi liberal, seperti sekularisme,
pluralisme, setuju dengan LGBT, dan tidak boleh mengkritik Amerika atau pun
Israel.

 

“Kita berharap alumni Al-Azhar nanti benar-benar dapat mengembangkan
Islam dengan sebaik-baiknya sehingga umat kita bisa selamat dari ajaran yang
menyimpang itu. Apalagi kalian semua belajar di Al-Azhar yang kita cintai dan
kita hormati ini yang mana sudah mengajarkan ilmu pengetahuan islam yang begitu besar,”
lanjutnya.

 

Foto Bersama (Gambar: dok. Panitia Khidmah Kiai)


Di samping itu, ia juga berpesan bagi mahasiswa yang belajar di Al-Azhar
dengan kemampuan bahasa Arab yang bagus agar mengarang buku-buku dalam bahasa
Arab, karena menurut yang ia sampaikan, banyak intelektual muslim dari
Indonesia yang cukup terkenal dan berbobot, namun tidak dikenal oleh dunia
sebab tidak menulis bukunya dalam bahasa Arab.

 

Ia pun sempat mengusulkan tesis dan disertasi Mahasiswa Indonesia di
Mesir agar bisa dicetak dan disebarluaskan

 

Sehubungan itu, Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI)
Mesir, Ahsanul Ulil Albab mengatakan kepada Wawasan bahwa hal tersebut adalah
saran yang sangat baik. Ia menambahkan, sebenarnya membuat karya tulis itu
adalah soft skill dan hard skill, tapi pada akhirnya semua butuh yang namanya
networking untuk mendapatkan jaringan agar bisa didistribusikan.

 

Dalam acara yang diadakan di Al-Azhar Conference Center (ACC) ini pula
wakil sekjen Dewan masjid Indonesia, Dr. H. Das’ad Latief S.Sos., S.A.g.,
M.Si., Ph.D mengatakan, “cintailah budaya dan bangsa kita dengan cara kalian
masing-masing. Saya sadar  kita belum
dilayani oleh negara dengan baik, tapi itu tidak menjadi alasan berhenti
mencintai bangsa kita Indonesia, pulang dan jadilah orang besar serta amalkan
ilmu-ilmu yang kalian dapatkan di Al-Azhar.”

 

Seminar Kebangsaan (Gambar: dok. Wawasan)


Abdurrahman Al-Azizi selaku ketua panitia dalam acara Seminar Kebangsaan
itu mengatakan ada sekitar 40 kiai-kiai yang datang dari Indonesia, mereka
merupakan perwakilan dari beberapa pondok pesantren, tetapi masing-masing
mereka mempunyai time keeper sendiri
yang mengatur jadwal dari tanggal 25 November, sampai tanggal 5 Desember balik
ke Indonesia.

 

Adapun, menurut penuturannya, sponsor yang membiayai acara tersebut
murni Dewan Masjid Indonesia (DMI), yang diketuai oleh Komjen Pol (P) Dr.
Syafruddin, M.Si. sekaligus sebagai inisiator diadakannya acara tersebut.

 

Dari wawancara bersama Presiden PPMI Mesir, ia menginfokan tujuan
kedatangan para kiai tidak lain adalah untuk me-muadalah-kan pondok pesantrennya dengan ijazah Al-Azhar, sehingga
tidak ada lagi ijazah-ijazah yang bukan berasal dari pondok lain. (Rasul)

 

Artikel Terkait