ArtikelEsai

Kalau yang Lain Selalu Telat, Kenapa Kita Harus Tepat Waktu?!

Penulis: Ilham Pratama | Editor: Akmal Sulaeman

Jam sudah menunjukkan pukul 10.10, napasku masih terengah-engah karena telah berlari kecil dari ujung jalan. Jujur kala itu aku takut tidak tepat waktu, sebab kurasa acara ini cukup penting. Satu hal yang terlintas dalam benakku, semoga tidak lambat-lambat amat.

Setelah berada di depan pintu tempat acara itu dilaksanakan, degupan hati semakin tak karuan, berbagai alasan telah kusiapkan dalam pikiran, begitu pula jawabannya. Akan tetapi semua tidak berarti ketika kulihat ruangan tersebut masih sangat sepi. Lalu aku pun berpikir apakah ini hal yang benar, lalu apa alasan mereka, sembari memaksa pikiranku untuk berpikir positif.

Ketika angka menunjuk pukul 11.00, satu-dua orang mulai hadir, meski acara baru dimulai ketika jarum panjang berhenti di angka enam. Hal ini sungguh membuat aku kesal, ditambah lagi notif yang tiba-tiba datang “Kalau udah mulai kabari yah”. Membuat seakan diri ini mau mengutuki semua peserta yang tengah hadir.

Aku pun mulai bertanya-tanya mengapa di pamflet tertulis jam 10.00, sedang acara baru dimulai jam 12.30. Apakah aku kepagian atau mereka yang kesiangan. Atau memang aku yang salah karena tidak mentolerir perilaku mereka, sebab itu kan budaya kita.

Tak hanya berhenti di kepalaku, aku pun pergi mendekati ketua acara tersebut sembari menimpali “Mengapa jadwal dibuat berbeda dengan pamflet?” Ketua tersebut hanya tersenyum kecil sembari menjawab “Biasa orang Indonesia suka ngaret.” Aku pun tahu, ternyata aku yang salah, bukan mereka.

Aku pun beranggapan, ini sesuai dengan pendapat dari seorang sosiolog sekaligus peneliti independen, Bayu A. Yulianto yang mengatakan bahwa ngaret sudah menjadi tradisi orang Indonesia. Sebab ditunjang dengan padatnya lalu lintas dan beberapa alasan lain. Meskipun aku rasa semua tahu bahwa waktu sejam sudah pasti bukan karena padatnya lalu lintas, bukan?

Jika membahas tentang ngaret mungkin sedikit berbeda dengan telat. Sebab telat atau terlambat bukan hal yang disangka-sangka dan tidak disengaja. Sedangkan ngaret itu perilaku disengaja, tetapi terlihat tidak disengaja. Ada perbedaan niat ketika membandingkan dua hal berikut. Yah, mau bagaimanapun mungkin mereka hanya telat, bukan? Dan aku tidak mengikuti budaya mereka.

Peribahasa yang mengatakan the early bird, gets the word, dalam hal ini siapa datang lebih awal, memiliki kesempatan lebih besar. Mungkin tidak terlalu berlaku pada masyarakat Indonesia. Sebab Indonesia lebih toleransi dan lebih enjoy dalam menanggapinya. Jadi siapa yang datang lebih cepat akan dipaksa menunggu yang lain sampai lengkap.

Sebenarnya aku juga punya teman-teman yang selalu tepat waktu. Tetapi lama-kelamaan mereka malah mengadopsi budaya Indonesia. Kini mereka pun termasuk dalam golongan yang lebih enjoy, begitu pun diriku.

Meski diriku sedikit demi sedikit berubah, jujur aku masih menginginkan diriku yang dulu. Aku selalu membayangkan kota-kota maju yang lebih menghargai waktu. Tetapi aku bisa apa, inikan sudah jadi budaya Indonesia. Sebab bila aku tidak mengadopsi budaya ini, aku akan disebut aneh, bukan?

 

Artikel Terkait

Beri Komentar