Al-AzharKhutbah Azhar

Terjemah Khutbah Duktur Hani Audah di Masjid Al-Azhar

 

Duktur Hani Audah (Gambar: facebook Al-Jami’ Al-Azhar)

Jumat
(24/9/2021)

 

Allah Swt
berfirman :
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu Jadi agama
bagimu.” (Al-Maaidah: 3)

Shalawat serta salam limpahkanlah kepada baginda Muhammad,
sahabat dan juga keluargannya hingga hari akhir

 

Wahai saudara semuslim, ketika kita meninjau ulang beberapa
kejadian yang tercantum dalam beberapa laman koran, atau di beberpa situs di
internet, kita akan mendapati berita yang membuat kita geram, kita akan
mendapati berita tentang tentang seorang istri yang sengaja membantu suaminya
agar suaminya dijelek-jelekkan, akan kita dapati seorang anak membunuh bapaknya,
anak yang yang durahaka kepada kedua orang tuanya, seseorang yang tega membunuh
saudaranya, pencurian, zina, pasti akan kita dapatkan berita-berita tentang
perilaku buruk seperti ini yang sama sekali tidak diridai oleh islam, yang jika
hal itu terjadi ditengah-tengah masyarakat, dan kemudian kita bandingkan
kejadian-kejadian tersebut dengan jumlah umat muslim di dunia, maka tidak akan
kita dapatkan persentasenya.

 

Akan tetapi agama islam adalah agam rida, agama takwa, agama
yang terjaga, dan agama yang kaya. Dan hal ini memberi isyarat adanya
kekeliruan dalam cara mendidik akhlak, dan jika ada seseorang yang melakukan
hal-hal buruk tersebut walaupun dia senantiasa berusaha untuk mendapatkan rida Allah,
maka Allah tidak akan pernah memberikan rida-Nya terhadap orang-orang itu. Maka
pada siang hari ini saya akan berbicara tentang akhlak yang diridai, kenapa harus
akhlak rida? Dan apa keterkaitannya dengan semua yang sudah saya sebutkan?

 

Dengarkanlah sabda baginda nabi Muhammad :

 ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا
وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

“Telah
merasakan iman siapa yang rida Allah sebagai rabbnya,
Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai rasulnya.” (HR. Muslim).

Coba resapi
maknanya, siapa yang rida Allah adalah tuhannya, kata rida adalah tenangnya
hati dan berseerah diri terhadap semua perintah Allah, karena dia tahu setiap
ia berjalan di dunia ini semua tidak terjadi kecuali atas qadar dan hikmah Allah. Ketahuilah jika ada sekelompok orang ingin
mencelakakanmu maka mereka tidak akan bisa mencelakakanmu kecuali kecelakaan
yang telah ditetapkan Allah, dan jika ada sekelompok orang ingin memberi
manfaat kepadamu maka tidak ada yang bisa memberimu manfaat kecuali manfaat
yang telah ditetapkan oleh Allah. Perkara-perkara ini hanya Allah yang
menetapkannya, dan termasuk perkara iman adalah adalah engkau beriman kepada
apa yang ditetapkan oleh Allah, baik itu ada perkara yang baik maupun buruk,
manis ataupun pahit. Ibadah hakiki setelah rida adalah engkau tahu untuk apa Allah
Swt. menciptakanmu. Allah berfirman
,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
 

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku, Aku tidak menghendaki rezeki
sedikit pun dari makhluk dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan
pada-Ku Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan
lagi Sangat Kokoh.” (QS Dzariat 56-58)

 

Dan Allah Swt.
menyeru kepada orang-orang ini untuk mencintai tanah air, pasangan, anak, ibu
dan bapaknya serta menghormati tetangga dan temannya. Kenapa? Karena dia
menyalahi perintah Allah Swt. bagaimana cara kalian—wahai manusia, wahai
makhluk, wahai hamba, wahai orang lemah—bisa menolak perkara yang telah
ditetapkan oleh Allah Swt.? apakah kalian tidak pernah mendangar firman Allah Swt.,
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan. Dia diciptakan
dari air (mani) yang  terpancar, yang
keluar dari antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada. Sungguh, Allah
benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup setelah mati).” (QS Thariq 5-8).

 

Cukup, kemudian
lihat apa yang kau makan Allah SWT berfirman “Maka
hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Kamilah yang telah mencurahkan
air melimpah (dari langit) kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu
di sana Kami tumbuhkan biji-bijian.” (QS Abasa 24 -27)
.

 

Perhatikan dan
coba renungkan, kemudian Allah Swt. berfirman “ (Semua
itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu.” (QS Abasa 32).

 

Kemudian Allah
berfirman setelah itu, “Maka apabila datang suara
yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua).” (QS Abasa 33).

 

Tahukah
darimana kamu itu diciptakan? Dari air mani yang terpencar, yang keluar dari
antara tulang punggung dan dan tulang dada. Tahukah kau dari mana datangnya
makan dan minummu? Kamilah yang telah mencurahkan air
melimpah (dari langit) emudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya.

 

Kalian
tahu bahwasanya Allah memerintahkan untuk senantiasa beribadah kepadanya
ketahuilah pada hari ini,  “Maka apabila
datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu
manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan
anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang
menyibukkannya.” (QS Abasa 33-37).

 

Kemudian
Allah Swt. memanggil mereka “wahai anak cucu Adam, ridalah kalian terhadap apa
yang Aku sumphakan kepada kalian maka kau akan menjadi manusia yang paling
kaya, tapi jika kau tidak rida dengan apa yang Aku sumpahkan padamu maka akan Ku
berikan kau kekuasaan di dunia, engkau lari dan berjalan di atasnya layaknya
binatang di alam liar dan tidak akan ada yang engkau dapatkan di sana kecuali
kematian dan aku tidak peduli dengan hal tersebut.” kenapa? Dengarkanlah kalam Allah
Swt. sampai engkau rida dengan apa yang Allah tetapkan padamu.

 

Yang
penting, seorang hamba melakasanakan kewajibannya dan mengambil sebab dan
perkara ini kita membutuhkan pembelajaran Rasulullah
pun takjub dengan perkara seorang mukmin, perkara seorang mukmin seperti yang sudah saya sebutkan tadi

ذَاقَ
طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ. رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا
وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

“Telah
merasakan iman siapa yang rida Allah sebagai rabbnya,
Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai rasulnya.”

 

Iman dan
mukmin, iman kuatnya keyakinan dalam hati dan ridho terhadap perkara yang Allah
tetapkan padanya. Rasulullah
bersabda “aku takjub dengan perkara
seorang mukmin. Semua perkara yang ditetapkan padanya pasti terdapat kebaikan,
jika dia ditimpa dengan kesulitan dan ia bersabar maka hal itu baik baginya,
dan ketika ia ditimpa dengan hal yang baik dan ia bersyukur maka ada kebaikan
baginya.”

 

Maka dari sini
kita bisa menyimpulkan bahwa keadaan manusia itu tidak keluar dari 2 hal yaitu;
baik jika diuji dengan kenikmatan ia pun bersyukur dan syukur merupakan sifat rida
atuapun seseorang yang ditimpa musibah kemudian dia bersabar maka kesabarannya
dinilai sebagai rida.

 

Khatib: Duktur Hani Audah

Alih Bahasa:
Muhammad Fauzan Adzim Kaharuddin

 

Artikel Terkait