FeatureTentang KKS

Pagelaran Budaya Indonesia, Tari Papua Tampil Perdana di Mesir

Tari Funky Papua KKS (Gambar: dok. Wawasan)

 

Wawasan, Kairo—Setelah sekian lama
menanti, Tari Funky Papua KKS akhirnya tampil untuk pertama kali di Negeri Para
Nabi. Tari ini ikut memeriahkan acara Pagelaran Budaya Indonesia dalam pembukaan
Cordoba International Cup di Nasr City Sporting Club, Kairo, pada Sabtu (25/09/2021)
sebagai salah satu delegasi Sanggar Seni La Galigo KKS.

 

Dengan gerakan-gerakan energik,
Funky  Papua ini sukses menarik perhatian
para penonton. Kamal Azhary, salah seorang penonton asal Aceh merasa sangat
terhibur, “Sangat luar biasa. Dari
tarian, kostum, hingga back sound
-nya menunjukkan totalitas,” ujarnya dalam wawancara bersama Kru
Wawasan.

 

Penonton lain, Ghifar Muhammad asal
Jakarta juga mengaku kagum, “Saya suka dengan kombinasi lagu-lagunya yang
kekinian, sehingga musik dan tariannya semakin memukau dan menarik pandangan
semua penonton.”

 

Senada dengan hal itu, Adli Ihsan,
mahasiswa asal Makassar menambahkan bahwa tarian ini menyajikan hal baru di
Masisir. Dengan perpaduan antara tari tradisional dan modern  menjadikannya cukup menarik dan dinikmati
banyak orang.

 

Namun, tak sedikit juga penonton
yang mengaku kurang puas dengan penampilan tersebut. Pasalnya, Tari Funky Papua
ini dirasa terlalu singkat. Mereka  masih
menunggu gerakan selanjutnya, namun ternyata para penampil sudah mengakhiri dan
beranjak pergi.

 

Tari Funky Papua ini sebenarnya
sudah dipersiapkan untuk tampil dalam pertunjukan seni pada Peringatan  HUT KKS ke-43 tahun 2020 lalu. Namun, sebab
lonjakan wabah Covid-19 dan instruksi lockdown oleh Pemerintah Mesir,
acara tersebut batal terlaksana. Maka ketika KKS Mesir mendapatkan undangan
untuk menampilkan tarian di acara pembukaan tersebut (red: Cordoba International Cup), dari banyaknya pilihan penampilan,
Funky Papua lah yang dipersembahkan.

 

Angngaru (Gambar: dok. Wawasan)

Selain Funky Papua, La Galigo KKS juga
mempersembahkan demonstrasi ritual “Angngaru” 
dari Suku Makassar. Ritual tersebut menampilkan puisi—sumpah setia seorang
pendekar kepada pemimpinnya
—sembari menikam-nikamkan badik ke tubuh sendiri
sebagai bukti kesungguhan.

 

“Kalau janji ini tak kuucapkan
sepenuh hati, maka senjataku sendirilah yang akan menegurku.”
Begitu salah
satu ungkapan pendekar Angngaru. (Alief
Asyur)

 

Artikel Terkait