Cerita Bersambungsastra

Cerita Bersambung: Sang Pencari (Part 6)

 

Oleh: Muhammad Said Anwar

6 – Apa Kaitannya?

Pikiran Faiz benar-benar ambyar. Pasalnya, baginya, ada banyak hal-hal tidak logis tapi harus terjadi. Ya, itulah sebuah kenyataan yang pahit bagi seorang yang suka berpikir.

Masih terpikir, mengapa seorang guru bertanya “siapa yang suruh kamu masuk?” Padahal masuk kelas bagi siswa adalah keniscayaan.

“Ya, aku tau aku salah, tapi kenapa saya dihadapkan dengan 2 hal yang tak berimbang. Laksana sebuah timbangan yang berat sebelah”. Ucap Faiz dengan kesal dalam hatinya.

Setelah razia hp dilakukan, ada banyak imbas yang dikenai Faiz. Namun, di antara imbas-imbas itu, yang berat ada 2. Yaitu hp disita dan rambut menjadi korban razia.

Ya, tinggallah Faiz di depan kelas duduk ditemani pikirannya. Ia menatap lapangan dengan tatapan yang kosong, sambil melahap hal-hal yang ia temukan.

Tiba-tiba terdengar suara guru dari dalam kelas yang ramai itu “saya harap kalian semua lulus dan mendapatkan kemudahan dalam ujian”.

“Kalau harapan guru demikian, kenapa saya tak diberi support untuk mendapatkan kemudahan dalam ujian. Di satu sisi aku dikeluarkan dari kelas, pada saat bersamaan kita, termasuk aku sendiri diharapkan mendapatkan kemudahan dalam ujian. Bagaimana caranya?” Kata Faiz dalam hati sambil berpikir.

Jam menunjukkan 09:30, berarti jam pelajaran kedua sudah akan dimulai. Faiz akhirnya boleh masuk ke kelas.

Ketika Faiz melangkah masuk ke dalam kelas, tiba-tiba semua temannya ketawa. Ya pahamlah kenapa mereka tertawa. Terkecuali satu orang, dialah Fauzan.

“Faiz, pakai saja topimu. Daripada kamu jadi bahan tertawaan” kata Fauzan.

“Tapi, nanti ketahuan guru BK. Bisa gawat loh” kata Faiz.

“Gak apa, yang penting kamu gak diliat kan?” Kata Fauzan.

“Okelah” ujar Faiz.

Faiz pun memakai topinya, ia juga berusaha memperbaiki style rambut lurusnya itu. Ya, wajar saja, berpenampilan dengan baik adalah bagian dari sifat manusiawi. Seseorang yang tak mempedulikan dirinya, penampilannya, maka ada dua hal yang dipertanyakan. Pertama, kemanusiaannya. Kedua, apakah ia sayang sama dirinya atau tidak?

Guru mata pelajaran bahasa inggris pun masuk, mereka pun belajar dengan tenang. Guru bahasa inggris tidak mempermasalahkan orang terlambat. Karena pertama, itu bukan urusannya. Kedua, ia memang tidak tau siapa yang terlambat.

Jam menunjukkan pukul 11:00, pelajaran pun usai, semuanya sudah boleh pulang. Ini lebih cepat dari biasanya. Karena hari itu adalah kamis, dan juga pelajaran hari itu dikhususkan untuk kelas 3 yang akan menghadapi ujian nasional. Maka kelas kelas 1 dan 2 itu libur sampai ujian nasional selesai.

Faiz beranjak dari bangkunya tapi masih berpikir apakah dirinya akan dimarahi saat sampai di rumah? Apakah rambutnya yang sudah terkena razia itu akan diomeli oleh orang tuanya?

Rupanya rambut adalah penampilan. Dan setiap penampilan efeknya berkelanjutan. Maka rambut itu efeknya berkelanjutan.

Mau tidak mau, tetap saja ketahuan kan?! Sebelum sampai di rumah, dia singgah di tempat cukur untuk merapikan rambutnya. Karena potongan yang dilakukan guru BK itu terlalu dalam, terpaksa Faiz harus botak.

Sesampainya di tempat cukur, tukang cukur bertanya “kena razia rambut ya?”.

“Iya om. Mau tidak mau, tetap kedapatan” kata Faiz.

Helai demi helai rambut terpotong oleh mesin cukur.

“Andai saya bisa lebih cepat, mungkin saya tidak kena banyak hukuman seperti ini” kata Faiz dalam hatinya.

Setelah selesai, tampaklah kulit kepala itu dengan rambut-rambut pendek lagi menusuk bagai duri.

Ketika Faiz mau pakai topi, ternyata topinya longgar dan tidak ada tali penyesuai ukuran kepala di topinya. Namun, Faiz tetap memilih memakai topi daripada di jalan juga jadi tertawaan. Berhubung kepala botak itu dipandang sebagai suatu aib yang memalukan.

Faiz pun berjalan ke rumah. Ia berjalan menuju pintu rumah penuh keragu-raguan.

“Jangan sampai ada ayah dan ibu” kata Faiz dalam hati.

Pas pintu itu dibuka, ternyata tidak ada orang. Faiz berjalan, ke arah kamarnya, ternyata ada Rangga, kakaknya.

“Eh kau, sini dulu..” kata Rangga.

“Mau ngapain?” Tanya Faiz.

“Ya, sini aja dulu” kata Rangga.

Pas Faiz mendekat ke arah kakaknya, topi Faiz malahan dibuka, tampaklah mutiara bersinar itu. Lalu dipegang sama kakaknya sambil ketawa.

“Hahaha ternyata kau botak juga, kena razia ya?” Tanya Rangga.

“Ya, habis itu, apa lagi kalau bukan razia rambut?”

“Yaudah, sana. Itu aja yang aku mau tau” kata Rangga.

Faiz masuk ke kamarnya lalu melihat ke arah kaca “Aduh, parah banget kalau begini. Belum lagi postur wajah yang berubah”.

“Orang yang melihat rambut baru saya pasti bertanya kena razia atau tidak? Anak muda itu sudah jarang ada yang ingin botak. Apalagi mereka yang memiliki rambut yang bagus. Pasti bangga dong punya rambut begitu” kata Faiz dalam hati.

“Ya sudahlah, nanti akan tumbuh juga. Aku harus gimana ya, hpku kesita guru BK. Harus bilang apa ke orang tua? Apa aku harus bohong? Tapi nanti kenapa-kenapa” pikir Faiz.

Tiba-tiba terdengar suara di ruang tamu “Assalamu’alaikum!”.

Rupanya itu suara ayah dan ibu Faiz yang baru saja datang!

“Oh tidak, aku harus gimana ini?” Kata Faiz dalam hati.

“Faiz sudah pulang sekolah ya?” Tanya ibu kepada Rangga.

“Iya, dia ada di kamar bu. Baru aja juga botak” kata Rangga dengan santainya.

“Masa? Faiz sini dulu nak!” Panggil ibu dari ruang tamu.

“Iya bu, tunggu!” Kata Faiz.

Faiz keluar dengan wajah gugupnya, sedikit demi sedikit keringat itu bercucuran.

Apakah ibu Faiz akan bertanya tentang hpnya? Lalu Faiz diberi omelan tambahan oleh orang tuanya?

Bersambung….

Artikel Terkait