InternasionalWawasan

#dirumahaja Tidak Melulu Membosankan

Ramadan merupakan salah satu nikmat paling agung
yang diberikan kepada umat Islam dan memiliki kedudukan penting dalam perspektif
syar’i. Tidak seperti beberapa Ramadan yang telah lalu. Kali ini, rasa bahagia dan
sedih beradu. Bagaimana tidak? #dirumahaja menjadi isyarat ditiadakannya beberapa
aktivitas yang melibatkan banyak orang. Sudut bumi mana lagi yang tidak kenal dengan
Covid-19 atau yang lebih masyhur dengan sebutan Corona. Beberapa kebijakan diantaranya
menganjurkan seseorang  untuk #dirumahaja
sebagai upaya melumpuhkan penyebaran virus ini.
 
Dampak dari pandemi yang tengah terjadi inipun
tidak dapat dielakkan lagi. Salah satunya dari segi ekonomi. Pada dasarnya, setiap
manusia punya keluhan tergantung dari aspek habituatif kehidupannya masing-masing.
Beberapa hari yang lalu, media sosial dihebohkan dengan beragam berita yang
mengabarkan maraknya terjadi kejahatan. Pandemi seolah-olah menempatkan segalanya
serba sulit. Diantara obat dari itu semua adalah memutus tali penyebaran virus
ini. Juga bagi mereka yang membutuhkan uluran tangan dari orang-orang sekitar
sangat signifikan.  Sebagaimana esensi manusia
sebagai makhluk sosial.
 
Dalam pemutusan rantai virus ini tidaklah mudah.
Tapi semua bisa kita lakukan dimulai dari kesadaran diri kita masing-masing. Bagi
umat Islam, mengikuti tuntunan Nabi Muhammad Saw. adalah salah satu hal yang
tidak bisa dilepas. Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda, “Laa dharar wa laa dhirar”
yang bermaksud tidak boleh ada hal yang memberi mudarat pada diri, tidak juga kepada
orang lain. Nah, jika sahur on the road bisa menjadi penyebab penularan
virus ini, maka mengapa tidak sahur bersama keluarga saja. Jika ngabuburit di luar
rumah bisa menjadi penyebab merambatnya penyakit, lalu kenapa tidak berbuka bersama
orang-orang tersayang di rumah. Namun, beberapa orang merasa bahwa berada di rumah
itu sangat membosankan. Hal tersebut tidak spenuhnya benar. Ada banyak kegiatan
yang bisa membantu kita agar betah di rumah dan menjadikan ajang #dirumahaja menjadi
produktif. Beberapa hal positif bisa kita lakukan, diantaranya:
 
1.  Berkumpul bersama keluarga.
Bagi sebagian orang berkumpul bersama keluarga
adalah hal yang biasa saja. Mungkin saja karena kurangnya keharmonisan. Nah,
pada kesempatan seperti ini, berkumpul bersama keluarga adalah hal yang paling
menguntungkan untuk meningkatkan keharmonisan keluarga. Lupakan sejenak hiruk-pikuk
dunia luar. Mungkin saja hari-hari yang lalu telah menyita banyak waktu. Sehingga
tak ada lagi kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga. Bagi kebanyakan anak rantau,
sesibuk apapun dan sejauh apapun, keluarga adalah tempat pulang yang terbaik.
Hentikan sejenak perburuan harta. Sadar ataupun tidak, merekalah harta yang tak
ternilai yang diberikan Tuhan. Jaga diri dan keluarga dari Covid-19 dengan melakukan
kegiatan cukup di dalam rumah saja dengan melibatkan anggota keluarga.
 
2.  Membaca buku.
Beberapa kebijakan diambil oleh pemerintah guna
mencegah penyebaran dan penularan Covid-19. Salah satunya adalah meniadiakan aktivitas
sekolah dan diganti dengan pembelajaran daring. Namun, pembelajaran daring tentunya
memiliki beberapa kekurangan. Bagi sebagian orang, mereka merasa kurang puas dalam
mendapat ilmu yang mereka inginkan. Sebab, diskusi intensif sangat jarang terjadi
dalam pembelajaran daring. Lebih giat dalam membaca dapat menjadi solusi untuk menutupi  kekurangan tersebut. Sehingga imajinasi dan cakrawala
wawasan yang kita miliki tidak hanya selebar daun kelor meski berada di rumah saja.
 
3.  Menulis.
Menulis adalah salah satu wadah untuk menuangkan
gagasan dalam tulisan. Namun tanpa budaya membaca, produktivitas menulis menjadi
rendah. Menulis juga kegiatan yang paling produktif yang bisa menjadi salah satu
tanda peradaban kita saat ini ada dan akan diketahui oleh generasi yang akan datang.
“Orang boleh pandai setinggi langit. Tapi selama
ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dalam sejarah. Menulis
adalah bekerja untuk keabadiaan.” Kata Pramoedya Ananta Toer.
 
4.  Membantu orang-orang yang membutuhkan.
Tidak sedikit orang yang terpaksa harus tetap
keluar rumah demi menafkahi keluarga mereka. Dikarenakan biaya hidup yang hanya
berasal dari pendapatan kerja mereka sehari-hari. Misalnya sopir angkot,
pengamen, pemulung, dsb. Namun, ironisnya mayoritas masyarakat melakukan
karantina di rumah. Sehingga, pendapatan mereka pun berkurang drastis. Di
tengah kegelisahan yang kita alami dalam menghadapi virus Corona, nyatanya jiwa
sosial orang kian tumbuh. Banyak gerakan-gerakan bakti sosial yang muncul guna meringankan
beban mereka yang terdampak dengan cara mengirim uang via E-money
ataupun menjemput langsung donasi. Seseorang tidak perlu lagi keluar rumah jika
ingin membantu tenaga medis dan orang-orang sekitar. Berada di dalam rumah bukan
alasan untuk tidak melakukan kebaikan.
 
Itulah bebrapa hal yang dapat kita lakuakan dalam
masa tahanan rumah, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya.
 
Pembaca yang budiman. Pandemi ini tidak akan berakhir
jika kiranya tidak ada kesadaran dari diri kita dan orang sekitar. Mari,
bijaksana dalam menerapkan aturan yang dapat mengantisipasi penyebaran dan penularan
virus ini. Tetap di rumah sekiranya tidak ada sesuatu hal mendesak yang
mengharuskan keluar rumah. Jika anda merasakan ada gejala-gejala terpapar virus
ini, segeralah melapor pada pihak yang bersangkutan dan jangan takut terkucilkan.
Kejujuran adalah kunci utama. Bersama-sama, kita bisa mengatasi pandemi ini. Badai
pasti akan berlalu. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan 1441 H. Mari saling
menebar kebaikan.
Oleh: Muhammad Rahmadi Reza

Artikel Terkait