MasisirOpini

Empat Sehat Lima Sakit

Oleh: Fikri Haiqal Arif
Empat sehat lima sempurna adalah
sebuah slogan kampanye pemerintah pada tahun 1950-an untuk mengenalkan pola
makan sehat kepada masyarakat Indonesia. Slogan ini dipopulerkan oleh guru
besar ilmu gizi pertama di Indonesia, Prof. Poerwo Soedarmo. Karena pada saat
itu standar menu sehat belum ada acuannya, dicanangkanlah konsep empat sehat
lima sempurna. Bertujuan untuk mengenalkan bahwa dalam tiap hidangan minimal
harus terdapat sumber karbohidrat, protein, sayur, lauk hewani, dan susu
sebagai pelengkapnya.
Akan tetapi jargon ini
hanya mampu eksis sampai pada tahun 1990-an. Karena dianggap sudah tidak
relevan lagi dengan perkembangan keilmuan. “Dulu kita punya slogan 4 sehat 5
sempurna, namun dalam perkembangan ilmu gizi tidak cukup tepat untuk
mengakomodir perkembangan ilmu yang baru. Kalau hanya bicara 4 Sehat 5 Sempurna
tanpa keseimbangan itu tidak cukup,” kata Direktur Jendral Kesehatan Masyarakat
Kementrian Kesehatan Anung Sugihantono dalam konferensi pers acara Forum Pangan
Asia Pasifik pada tahun 2017. Dan kini tergantikan dengan konsep baru “Isi
Piringku” yang memuat 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri
dari karbohidrat dan protein. Dan pola makan ini disarankan untuk membarenginya
dengan minum air putih yang cukup, aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, dan mengukur tinggi dan berat badan yang sesuai agar dapat mengetahui kondisi tubuh.
Namun, maksud pada tulisan
ini tidak jauh mengulas tentang gizi masyarakat di Indonesia. Tapi lebih
mengenai pola hidup sehat para Mahasiswa Indonesia yang berada di Mesir yang cukup
mengkhawatirkan. Hal ini jika tak segera disadari, maka bisa saja Masisir yang
sakit lebih banyak dibandingkan dengan Masisir yang sehat. Masih banyak di
kalangan Masisir yang tak menomor-satukan perkara kesehatannya, entah belum
mendapatkan bimbingan mengenai tuntunan hidup sehat atau pun memang tak acuh
tentangnya. Dalam acara peluncuran Gerakan Sehat Masisir (GESAMI), dipaparkan
data bahwa terhitung 17 orang Masisir meninggal dunia dalam kurun waktu tiga
tahun (2016-2019). Sepuluh diantaranya disebabkan karena sakit dan tujuh orang
meninggal karena kecelakaan.
Dari jumlah terenggutnya
nyawa yang lebih banyak dikarenakan terserang penyakit, oleh sebab demikian
tergambarkan mengenai bagaimana pola hidup Masisir yang kurang sehat. Setelah
penulis melakukan survei kepada 130 responden, ada 43 Masisir yang turut
memberikan tanggapan mengenai pola hidup Masisir. Beberapa contoh kebiasaan
yang dimasukkan kepada keseharian Masisir sebagai berikut beserta data yang
terbubuhkan:
1.               
Waktu tidur yang tidak
teratur
Mengenai hal
menahan kantuk, tidak begitu ditekankan untuk tidak melakukannya. Hal ini boleh
saja dibenarkan ketika di sana ada faedahnya, semisal muzakarah dan murajaah
pelajaran dari kuliah dan talaki. Namun, kadangkala ada yang belum dapat
memanfaatkan waktu begadangnya hingga apa yang sebenarnya hanya sebatas hiburan
berubah fungsi menjadi sebuah keharusan. Game yang pada hakikatnya untuk
bersantai sedikit, malah membersamai hingga subuh menjelang. Begitupun film dan
drama korea yang tak ada habisnya tetap hadir menemani setiap pagi, siang, dan
malam. Kedua contoh ini yang kadang menjadi bahan untuk begadang hingga merusak
jadwal tidur yang harus dibayar pada pagi harinya, entah tidur di flat ataupun
di kuliah saat Duktur memberikan penjelasan. Terhitung 20 orang yang
menyarankan kepada Masisir untuk mengatur baik jadwal tidurnya.
2.               
Pola makan yang tidak
teratur
Masisir dengan
berbagai kesibukannya kadangkala abai terhadap jadwal makan. Pagi sibuk di
kuliah hingga sarapan biasanya dijamak dengan makan siang jika sempat.
Siang sampai sore dengan jadwal talaki, terpaksa harus menunda makan siang dan
menggabungnya dengan makan malam. Belum lagi jika di malam harinya ada kegiatan
organisasi, berarti makan malam harus menunggu hingga acara usai. Ini adalah
salah satu contoh kasus yang kerap dijalani Masisir. Data yang kami kumpulkan,
dari 43 masisir terhitung 8 orang yang memiliki riwayat sakit maag. Dan sekitar
21 orang menyarankan untuk memperhatikan pola makan yang teratur bagi Masisir.
3.               
Tak acuh dengan kebersihan
Kebersihan sebagai
penunjang besar kesehatan menjadi hal yang tak terurus bagi sebagian
Masisir, termasuk kebersihan diri dan tempat tinggalnya. Memasuki musim dingin,
air malah menjadi semakin dingin layaknya air yang dimasukkan ke dalam lemari
pendingin. Hal ini membuat sebagian Masisir malas untuk mandi, bahkan ada yang
mandinya hanya pada hari jum’at dalam sepekan. Begitupun kebersihan tempat
tinggal yang kadang tak terjaga, debu dimana-mana, kutu busuk di kamar tidur,
dan sur-sur (kecoa) bergerumung di dapur. Dengan hal tersebut, 9 orang dari responden
memberi tanggapan bahwa Masisir harus menjaga kebersihan diri dan
lingkungannya.
4.               
Kurang Olahraga
Dengan
seabrek kegiatannya, tiap hari masih tetap menyisakan sebagian Masisir yang mager,
termasuk mereka yang malas untuk meregangkan badan dengan berolahraga.
Meskipun ada segolongan orang yang tidak hobi dalam berolahraga, tapi tubuh
mempunyai hak untuk berkeringat minimal sekali dalam seminggu. Hal ini
terbantukan dengan data 11 orang yang menyarankan olahraga kepada setiap
Masisir.
5.               
Makan-minum yang kurang
bersih dan sehat
Di era revolusi
industri 4.0 saat ini banyak mempengaruhi setiap sistem kehidupan. Hampir
semuanya masuk pada kategori yang membutuhkan kecepatan dan kemudahan. Umum para
Masisir mengetahui adanya ‘Gelas Seribu Mulut’ yang dijajakkan di pinggir jalan. Untuk hal kebersihannya dapat dipertanyakan, adakalanya mesti
diperhatikan dan ditakutkan ada orang yang terkena virus TBC telah memakainya.
Sehingga menyebabkan virusnya dapat menular ke orang lain. Tanpa terkecuali Masisir
yang memiliki segudang kesibukan, kadangkala diharuskan memakan makanan cepat
saji. Salah satu contohnya hampir setiap hari mengonsumsi mi instan dan hampir
tiap acara atau pun rapat kadang ditemani minuman bersoda. Artikel mengenai
dampak bahaya mengonsumsi makan dan minum cepat saji sudah banyak tersebar.
Terlebih lagi dengan pengakuan orang terdekat salah satu Masisir yang meninggal
disebabkan komplikasi  penyakit memiliki kebiasaan meminum minuman bersoda. Sehingga
keliru jika yang diperhatikan ketika makan hanyalah kuantitasnya, padahal yang
perlu diperhatikan lainnya adalah kualitas kebersihan dan kesehatan dari
makanan tersebut. Terhitung 17 orang yang menganjurkan perhatian baik pada
makanan dan minumnya.
Ilustrasi salah satu depot air minum “Gelas Seribu Mulut” yang tersebar di berbagai tempat umum di Kairo. (Sumber: Facebook)

Setelah memaparkan
beberapa kebiasaan buruk di atas, ada kiranya setiap Masisir segera
memperhatikan lalu meningkatkan kualitas pola hidup sehatnya. Dimulai dari
kesadaran diri bahwa sehat itu penting lalu mengajak yang lainnya. Agar
diharapkan jumlah perbandingan antara Masisir yang sakit dan sehat seperti
pada judul tulisan ini tidak terjadi. Dan begitupun nantinya, ketika Masisir sudah kembali ke Tanah Air tetap memiliki tubuh sehat dan prima. Karena apalah
guna menjadi ustaz-ustazah dengan ilmu yang mumpuni, tapi
sakit-sakitan disebabkan di waktu muda  acuh tak acuh terhadap kesehatan dirinya. 

Artikel Terkait