MasisirWarta

Bedah Disertasi Dr. Ahmad Ikhwani dan Lika-liku Program Doktoral

Wawasan, Kairo- Rabu, 21 Agustus 2019, PPMI Mesir, PCINU Mesir, dan IKMAL Mesir bekerjasama mengadakan Bedah Disertasi di Griya KSW, Kota Nasr, Kairo. Acara yang dimulai pada pukul 16.30 Wlk. ini menghadirkan Dr. Ahmad Ikhwani, M.A., selaku narasumber, Muhammad Musa Al-Azhar, Lc, Dipl, dan Muhammad Taufiq, M.A selaku pembedah.

Secara garis besar disertasi ini meneliti kitab Syarh Syaikh Muhammad bin Abdul-Baqi al-Zurqani  (1055-1122 H./1645-1710.) Seorang Ulama Azhar yang bermazhab Maliki terhadap kitab al-Mawāhib al-Ladunniyyah fi al-Minan al-Muhammadiyyah, karya  Imam Ahmad bin Muhammad al-Qasthallani al-Syafi’i (851-923 H./1448-1517 M.)

Ustadz Ikhwani sapaan akrab Masisir, menulis disertasi dengan judul: “ شرح الشيخ الزرقاني على المواهب اللدني من (أول باب غزوة بدر العظمى إلى آخر غزوة أحد) دراسة وتحقيق وتعليق 



Dr. Ahmad Ikhwani, M.A. pemilik disertasi ini memaparkan bahwa abstraksi dan pemilihan kitab karya al-Zurqani,  bukanlah tanpa alasan. Karena sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Ali bin Musthafa al-Thanthawi dalam bukunya Qashash min al-Tarikh al-Islami: “jika Anda menginginkan sebuah kitab sirah yang dapat mencakupi semua kitab, dan tidak ada kitab yang dapat menggantikannya, maka carilah kitab Syarh al-Mawahib karya al-Zurqani”.
Pada penghujung bedah disertasi, Dr. Ahmad Ikhwani sempat menyebutkan berbagai kendala dalam proses menulis disertasi ini.

 “Yang membuat saya lama dalam menulis risalah inikarena sebelum menulis saya harus berkeliling ke seluruh fakultas yang ada di Mesir dan bukan hanya al-Azhar, untuk memverifikasi apakah judul tersebut pernah dipilih  atau belum, sementara al-Azhar sudah berdiri lebih dari seribu tahun, dan akhirnya alhamdulillah saya mampu menyelesaikan risalah ini dalam kurun waktu 3 tahun lebih,” ungkap Doktor asal Lampung ini.

Beliau berpesan bahwa ilmu disini amat banyak, beliau mengibaratkan jangan sampai Masisir jadi anak ayam yang mati dilumbung padi, “Ilmu itu sangat banyak, dan jika tak bisa (menguasainya secara keseluruhan) maka carilah yang paling bermanfaat,” pesan beliau pada penghujung acara.

Kedua pembedah yang juga memiliki kapabilitas dalam bidang hadist, Muhammad Musa membedah jilid pertama, khusus bagian Dirāsah dan Ta’liq, dan Muhammad Taufiq, membedah jilid kedua, khusus bagian Tahqīq.

Muhammad Musa pada sela-sela proses bedah disertasi ini mengungkapkan bentuk apresiasi terhadap karya Dr. Ahmad Ikhwani.

“Saya tidak perlu memuji-muji (karya beliau), cukuplah apresiasi baik dari Prof. Dr. Ahmad Ma’bad Abdul-Karim”.

Sementara Apipuddin Samsuddin, Lc. selaku moderator dalam bedah memberi komentar “Saya sangat senang sekali bisa hadir pada hari ini, karena forum kali ini menghadirkan Ustaz Ahmad Ikhwani yang kapabel dalam bidangnya, dan acara ini merupakan acara yang tidak boleh dilewatkan oleh Masisir.”

“Mengapa kita harus membedah ulang setelah disidang langsung oleh Ahli Hadist, Prof. Dr. Ahmad Ma’bad Abdul-Karim? Karena ilmu (pada hakikatnya) harus selalu diulang-ulang, dan masih banyak sisi-sisi yang belum terbedah di munaqasyah (sidang disertasi) yang lalu, dan sebagai inspirasi dan penumbuh etos baru bagi mahasiswa,” lanjut beliau.

Sebelumnya disertasi Dr. Ahmad Ikhwani ini telah diuji di auditorium Imam Bukhari gedung fakultas Ushuluddin (10/7). Prof. Dr. Ahmad Ma’bad Abdul-Karim sebagai salahsatu dewan penguji sempat menyanyjung beliau.

“Anak saya ini telah berupaya keras dan tekun selama lima tahun tanpa henti menuliskan disertasi ini. Saya melihat bahwa ketika ia kembali ke negerinya kelak, ia telah mempunyai senjata paling ampuh yang pernah ada dalam studi hadits. Tidak kurang sesuatu apapun. Saya tidak bilang ia tidak akan salah, tapi senjatanya lengkap,” papar Prof. Dr. Ahmad Ma’bad sebagaimana dikutip dari laman resmi PPMI Mesir. (Dwi Putra)

Artikel Terkait