e-WawasanMasisir

Menyoal Sikap Kritis

Oleh: Risqa Fadhila
Sikap kritis seringkali
disalah pahami sebagai sikap negatif karena sering dipersepsikan sebagai sikap
melawan atau menentang. Bahkan, ada pula yang mengartikan sikap kritis tanpa dibarengi solusi sebagai tindakan anarkis. Padahal, menurut Chance, salah satu dosen di Universitas
Columbia berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan
dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, menarik kesimpulan, mengevaluasi
argumen, dan memecahkan masalah dengan membuat solusi 
yangbaik.                                                                                                                                                                                                                      
                                                                                       Pada dasarnya, sikap
kritis muncul karena adanya suatu penyimpangan, dan layaknya sebuah masalah
pasti ada solusi. Maka, melemparkan argumen tanpa solusi yang konkret adalah
sikap yang kurang tepat. Sikap kritis bukan untuk menjatuhkan, melainkan untuk
membangun dan keluar dari suatu permasalahan. Jadi bisa disimpulkan sikap
kritis adalah bagaimana melihat suatu persoalan dengan cara yang lebih objektif,
seimbang, dan sesuai fakta.
  Sehingga dapat
menghasilkan pemahaman komperhensif terhadap persoalan tersebut.
Mahasiswa  Indonesia di Negeri Kinanah yang sedang mengenyam ilmu agama, turut dituntut untuk memiliki sikap
kritis. Terlebih dengan statusnya sebagai mahasiswa, mahasiswa Indonesia yang
ada di Mesir (Masisir) dituntut untuk mampu membangun negaranya kelak. Sedang
membangun bangsa (sebagaimana pengertian sikap kritis ala Chance) dibutuhkan
kemampuan memecahkan masalah dan memberi solusi yang tepat. Nah, Banyak
permasalahan di kalangan Masisir yang dapat menjadi media tuk melatih sikap
kritis. Mulai dari persoalan sosial internal Masisir hingga persoalan
perkuliahan. Seperti yang dialami Masisir beberapa tahun ini melonjaknya sewa
rumah untuk daerah Darrasah dan Hay Asyir tersebab daya beli yang berbeda
antara mahasiswa wafid (mahasiswa asing). Atau jumlah jamaah majelis talaki asal
Indonesia yang jauh lebih sedikit dibanding jumlah mahasiswa Indonesia di Mesir,
dsb.                                                                                                
Masisir sebagai
mahasiswa harus menunjukkan sikap kritis, peka, dan peduli, sebab sekali lagi mahasiswa
adalah agent of change dan iron stock. Dengan berpikir kritis
akan membuat seseorang memiliki pandangan yang tidak kaku saat menanggapi
pendapat orang lain dan tentunya siap membawa perubahan ke arah yang lebih baik
lagi. Sedangkan ketika seseorang bersikap apatis ketika terjadi masalah, maka
sampai kapanpun kita akan terikat dengan masalah dan kesalahan yang sama akan
terus terjadi.

 Menurut
Robert Ennis salah seorang Profesor Filsafat Pendidikan di Universitas Cornell,
seseorang yang berpikir kritis idealnya memiliki beberapa kriteria atau elemen
dasar yang disingkat dengan FRISCO (Focus, Reason, Inference,
Situation, Clarity, and Overview).
Dimana pada kriteria Focus
seseorang yang kritis perlu memahami permasalahan yang dihadapi. Kriteria Reason  mampu memberikan alasan berdasarkan fakta
atau bukti yang relevan pada setiap keputusan maupun kesimpulan yang diambil.
Kriteria Inference yaitu membuat kesimpulan dengan alasan yang tepat.
Kriteria Situation yaitu menggunakan semua informasi berdasarkana data
dan bukti yang sesuai dengan permasalahan. Kriteria Clarity yaitu mampu
menyatakan dan mengklarifikasi hasil-hasil penalaran berdasarkan metodologi,
dan konteks, kemudian menyajikan penalaran tersebut dalam bentuk argumen yang
valid dan meyakinkan. Dan kriteria Overview yaitu melakukan pengecekan
kembali dari tiap langkah yang telah dilaksanakan.                                                                                                        

Artikel Terkait