Uncategorized

Implikasi Sosial; OIAA harus Bayar Uang Kompensasi untuk Camaba

 

Ilustrasi (Gambar: dok. Wawasan)

Oleh: Muhammad Alim Nur

Keterlambatan
Calon Mahasiswa Baru (Camaba) sudah menjadi permasalahan warisan yang tidak
tahu kapan akan berakhir. Dampaknya sangat merugikan banyak pihak. Kali ini
saya tertarik untuk menganilisis dampaknya dari aspek sosial. Implikasi sosial
adalah hubungan keterlibatan atau efek yang ditimbulkan oleh suatu hal dalam
ruang lingkup sosial masyarakat.

 

Pertama-tama
kita harus mengerucutkan permasalahan keterlambatan Camaba itu tanggung jawab
siapa? Jelas semuanya karena OIAA yang tidak becus dalam bekerja. Lantas apa
saja implikasi sosialnya? Mari kita bahas.

 

Pada
rapat yang diadakan Forum Silaturahmi Senat Mahasiswa (Forsema) 31 Desember
2022 kemarin, saya mendengar dan melihat bahwa salah satu mediator sudah akad
(menyewa) rumah untuk Camaba dan itu lebih dari satu. Sampai sekarang
Camaba belum datang dan tidak jelas kapan datangnya. Akibatnya mereka bingung
mau dapatkkan uang pembayaran perbulannya di mana? Karena siapa? OIAA dong. Lantas
siapa yang akan ganti rugi? Harusnya OIAA, siapa suruh berkasnya lambat
dikirim, akhirnya lambat diproses dan visa lambat juga keluar.

 

Beberapa
hari yang lalu. Saya mengurus rumah yang hanya dihuni 2 orang dengan disewa
sejak Desember 2022 lalu dan harga sewa
EGP 2700 . Ada 4 orang Camaba yang juga
akan menghuninya tapi tak kunjung datang, dan tanggal 5  Januari kemarin sudah jatuh tempo dan sudah
harus bayar sewa. Dapat uang tambahannya di mana? Ambil di kantong sendiri lah.
Bisa jadi di antara 2 orang ini ada ekonominya yang tidak sedang baik-baik
saja, sepertinya meminjam bisa jadi solusi. Karena aktor penyebab keterlambatan
Camaba tidak mau bertanggung jawab.

 

Pada suatu malam
saya mendapat notifikasi WhatsApp yang isinya keluhan lagi. Sewa rumahnya
EGP 6500
dihuni 3 orang dan disewa sejak Desember 2022 lalu. Mereka sudah ditagih untuk
segera bayar sewa rumah. Tidak kebayang per orang harus bayar berapa untuk
menutupi sewa rumahnya. Apakah tingkat ekonomi mereka di atas rata-rata? Oh
tidak. Mereka bingung mencari tambahan uang untuk menutupi sewa rumah.
Aku
pinjam dulu, nanti aku kerja di warung untuk melunasinya,

begitu katanya.

 

Ada
ribuan mahasiswa di Mesir yang di antara mereka mungkin juga ada yang mengalami
dampak seperti ini, bahkan bisa jadi lebih parah.

 

Bagaimana
jika Camaba memilih berangkat ke Mesir nanti tahun ajaran baru, sekitar bulan September,
atau memutuskan tidak akan berangkat? Siapa yang akan menanggung biaya sewa rumah
mereka? mau minta ke Camaba, sedang mereka merasa belum mempunyai kewajiban
untuk membayar sewa karena berangkat pun tidak jelas kapan. Saya belum
menemukan solusi terbaik dari masalah keterlambatan ini, sangat merugikan.
Kerja di warung mungkin jadi solusi untuk menutupi uang sewa rumahnya.  

 

Lalu
bagaimana dengan uang denda karena izin tinggal sudah habis? Bayangkan jika
1602 Camaba harus bayar denda karena overstay di Mesir. Penyebab semua
ini OIAA, hanya itu tidak ada yang lain. 

 

Jika
visa sudah keluar dan mediator memberangkatkan Camaba ke Mesir dengan
konsekuensi tidak bisa mendaftar ulang (ijraat) dan harus membayar denda
kalau visanya sudah habis, seharusnya ada uang kompensasi dari OIAA untuk menanggung
semuanya, terutama uang denda karena overstay, menurut saya. Toh itu
perbuatan mereka. Yalla ngopi.

 

Artikel Terkait