Uncategorized

SILATURAHMI BERKEDOK

 WAWASAN, CAIRO – Daqahliah. Satu dari 27 provinsi yang meliputi negara penuh sejarah, Mesir. Kota tua yang didirikan di tahun 1219 M oleh Sultan Al-Kamil dari Dinasti Ayyubiyah ini dulunya merupakan salahsatu pelosok yang cukup ramai ditinggali oleh pelajar Asia, seperti Malaysia, Thailand, dan tentunya Indonesia. Namun sejalannya waktu jumlah mereka kini terkikis cukup signifikan. Itu dikarenakan oleh sedikit-banyaknya kebijakan Al-Azhar menghilangkan cabang di provinsi-provinsi dan memusatkan pembelajaran formal di Kairo.

Dewan Pengurus Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) bekerjasama dengan Ikatan Alumni Darudda’wah Wal Irsyad (IADI) yang masing-masing diketuai oleh Mujiburrahman dan Muhammad Idrus berinisiatif untuk mengunjungi ‘kawan lama’ di pelosok. Hingga pada hari Jumat setelah salat Jumat di Masjid Al-Fath, Ramses, Kairo, sekitar pukul 13.15 Clt rombongan yang berjumlah 29 orang terdiri dari 5 banat (red;perempuan) dan 24 banin (red;laki-laki) bersama menuju Stasiun Delta Bus Ramses. Setelah membooking tiket bus seharga 25 le/orang. Pukul 13.30 Clt bus berangkat. Tak lupa Salahuddin, Koordinator Humas KKS mengingatkan untuk membeli bekal secukupnya guna menemani lidah yang hambar sedari pagi. Suguhan pemandangan indah berupa persawahan yang cukup panjang menemani perjalanan. Memanjakan mata dan tentu sayang untuk diabaikan.

Pukul 16.13 Mlt, rombongan tiba di Madinah Assalam. Jalan El-Gaish. Menelusuri jalan Abd El-Salam Aref lalu menapaki jalan Al-Orabi. Masjid Al-Kheif merupakan checkpoint akhir dari perjalanan panjang ini, tepat di depan masjid adalah rumah tujuan. Mansurah sedikit lebih dingin dibanding Kairo. Ketika itu cuaca berkisar 10 -7 derajat celcius. Seketika tangan yang tadinya basah oleh hujan yang mengguyur, sambutan hangat Baba Maryam (Ustaz Ahmad), Baba Muadz (Ustaz Wahyudin Mustafa), Anggil dan Kanda Ismail Bustamin sekeluarga menjadikan Maghrib itu terasa meneduhkan. Ditambah setelah salat Maghrib tetamu dijamu dengan gulai kambing dan nasi kuning. Acara akikahan dimulai dengan santap bersama. Para banat-pun dijamu dengan menu yang sama meski di rumah yang berbeda. Malampun larut dengan berbagi pengalaman satusama lain.

Sabtu pagi telah tiba. Mentari merajai sebagian Bumi Mansurah. Sesuai jadwal, banin akan digiring ke lapangan futsal Nadi Ummal sebagai bentuk silaturahmi fisik yang menyehatkan. Pukul 07.00-10.00 Mlt pasukan banin memainkan kulit bundar sementara banat mempersiapkan diri untuk bercengkrama dengan makhluk terindah sejagad Mesir, Sungai Nil. Setelah dirasa puas. Masing-masing mengambil ancang-ancang untuk pulang ke rumah setelah berfoto bersama. Para banat yang di-guide oleh Fath, dan Ismail kembali diajak ke rumah Wahyuddin Mustafa atau kerap disapa Baba Muadz. Tak lain karena Ketua Keputrian, Husni Tahir dan kawan-kawan mengetahui bahwa ini tahun terakhir Baba Muadz dan sekeluarga di Mesir. Istirahat beberapa jam hingga waktu makan siang tiba, lagi-lagi DP diberi kejutan dengan perpaduan masakan dua negara. Tomyam khas Thailand dan Ayam Goreng khas Indonesia.

”Jadi pengen tinggal di Mansurah!” Celetuk salah satu anggota.

Tanpa sadar, jam sudah menunjukkan waktu salat Asar. Maka sebelum berpisah teman-teman DP sekalian mengunjungi Ustaz Abdul Hayyi  (Baba Maryam) yang kebetulan tinggal di atas rumah. Namun sayang, meski sangat bahagia bisa berkunjung. Kabar sakitnya ketiga saudara-saudari Maryam memberi warna tersendiri dalam pertemuan tersebut. Semoga cepat sembuh.

Pukul 16.30 Mlt. Dewan Pengurus harus kembali ke Kairo. Sekitar 10 orang di antara DP memilih untuk pulang naik kereta yang berangkat sedikit lebih malam. Sementara 19 orang lainnya, termasuk 5 keputrian yang ikut memilih naik bus berangkat sore, tentunya dengan pertimbangan masing-masing. Setelah berpamitan di depan checkpoint terakhir, suasana haru tanpa air mata menyeliputi detik-detik kepulangan. Hingga berita ini dimuat, rombongan yang bertolak sore hari tiba di Stasiun Ramses, Kairo pukul 21.30 Clt. Dan rombongan kereta malam tiba pukul 11.00 Clt. Sebelum bubar ke rumah masing-masing. Ketua rombongan kembali menginstruksikan untuk berhati-hati dalam perjalanan pulang ke rumah.

”Hati-hati, Nah!” Kata pelajar jurusan Bahasa Arab, Tingkat Satu, Universitas Al-Azhar. Salahuddin.

Jauh hari, komunikasi lewat group whatsapp ”Rihlah Mansurah” sangat membantu dalam mengumpulkan informasi terkait acara ini. Bahkan saat acara telah selesai grup tersebut digunakan untuk saling bertukar foto. Tak heran, kegiatan ini juga bisa dikatakan ”Silaturahmi Berkedok Rihlah”.

Redaktur : Musryida Arif
Editor : Mujiburrahman

Artikel Terkait