Acara berlangsung meriah. Suka-cita dan semangat. Adalah PPMI Mesir sebagai organisasi induk, mengadakan Dialog Kebangsaaan Bersama Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI, DR. Harry Azhar Azis, MA. Dengan tema, ‘Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) & Bagaimana dengan Laporan Keuangan Berbasis Syariah’
Rabu, pukul 13.25 Clt, acarapun dimulai di Aula KMJ (Keluarga Mahasiswa Jambi), Hay Asyir, Kairo. Dengan diikuti oleh Bapak Puji Basuki selaku wakil dari KBRI, utusan-utusan kekeluargaan dan DPD PPMI menjadikan acara tersebut semakin meriah. Setelah dipersilahkan oleh Aditia selaku moderator di acara tersebut maka Bapak Harry bercerita panjang lebar tentang masa mudanya. Beliau pernah menjadi seorang aktivis,
”Saya pernah menjadi Ketua PII (Pelajar Islam Indonesia), saya juga pernah ditangkap di masa Pak Soeharto karena ikut demonstrasi,” kata Bapak Harry membuka dialog.
Dari arah bicara beliau, beliau sangat menghormati orang-orang yang belajar, dan mendukung penuh pekerjaan yang paling mulia ini. Hingga saat ditawari menjadi profesor di salah satu Universitas Amerika beliau menolak hanya untuk berbakti kepada negara sebagai pengaplikasian dari ilmu beliau kepada Indonesia.
”Kita tidak akan pernah menang melawan Malaysia!!” Belum sempat kami menanyai beliau, atas ucapan tersebut, beliau langsung menyambung,
”Berapa jumlah adik-adik sekalian di sini? 3.000 mahasiswa? Malaysia berapa? 20.000 pelajar!!”
Di Indonesia, hanya beberapa persen saja penduduk Indonesia yang termasuk ke dalam masyarakat ekonomi menengah dan ke atas sisanya adalah masyarakat yang terjepit oleh kemiskinan. Itu disebabkan dengan kesejahteraan yang tidak merata. Cara memberantas kemiskinan di Indonesia yaitu membiarkan orang miskin tambah miskin dan perlahan akan binasa dengan sendirinya bersama dengan kemiskinan itu. Sebuah logika yang masuk akal sekaligus tidak masuk akal rasanya, ini disampaikan sendiri oleh beliau di tengah-tengah dialog.
”Di Amerika, negara yang sering kita sebut-sebut dengan negara kapitalis itu tidak akan membiarkan seseorang mati karena kemiskinan dan kelaparan,” lanjutnya lagi setelah menceritakan proses lahiran istri beliau di Amerika dulu.
Dampak terbesar baik tidaknya sebuah negara itu tergantung dari SDM yang terampil. Maka ekonomi Indonesia 20 tahun ke depan itu ada di tangan generasi mudanya. Mari bersama mencerdaskan bangsa dimulai dari diri sendiri.
Reporter : Mujieb El-Manjakusy
Layouter : Juan Khabaratang