Stan Indonesia di Food Africa (Gambar: dok. Wawasan) |
Wawasan, Kairo–
Pusat Pameran Internasional Mesir di Kairo dipadati pengunjung sejak Senin
(5/12) hingga Rabu (8/12). Gedung seluas 40.300 meter persegi itu seakan-akan
menjadi titik kumpul bagi para pengusaha dari seluruh penjuru dunia. Dilansir
dari foodafrica-expo.com, tercatat ada 28 negara yang ikut
berpartisipasi dalam acara pameran ini, tak terkecuali Indonesia.
Sesuai dengan namanya, “Food Africa 2022,” pameran ini menyajikan
ratusan jenis makanan dan pertanian dari sejumlah negara. Pameran ini seakan
memberi kita kesempatan menjelajah dunia hanya dengan mencicipi berbagai jenis
makanan yang tersaji di sana.
Ketika baru masuk, akan terlihat banyak stan
makanan yang berjejer sejauh mata memandang. Ruangan besar itu dipenuhi puluhan
stan dengan berbagai jenis produk yang berasal dari negara yang berbeda-beda.
Stan Turki (Gambar: dok. Wawasan) |
Stan Jerman (Gambar: dok. Wawasan) |
India hadir dengan memperkenalkan hasil berasnya yang
berkualitas. Jerman memajang madu sebagai produk andalan mereka. Dan di sisi
lain, Turki percaya diri memamerkan deretan produk kacang khasnya. Demikian pula
negara-negara yang lain.
Jenis produk yang
dipamerkan juga sangat beragam. Mulai dari kopi, kacang, frozen food, minyak,
bumbu masakan, makanan ringan, hingga permen karet. Penyajian produk makanan
yang elok di setiap stan tentu menarik perhatian dan memanja indra penglihatan.
Indonesia pun
tak ketinggalan menghadirkan stan dengan komponen-komponen khas Tanah Air dalam pameran tersebut. Dalam sesi wawancara bersama Atase
Perdagangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) untuk Mesir, Irman
Adi Purwanto, ia menjelaskan bahwa tujuan utama ikutnya Indonesia dalam pameran
ini yaitu untuk promosi produk Indonesia di pasar Mesir. Sebab itu, Indonesia
secara intensif rutin berpartisipasi dalam pameran ini selama tujuh tahun
terakhir.
“Intinya agar
produk-produk Indonesia makin di kenal di pasar Mesir, kemudian dapat
meningkatkan ekspor produk dan juga alhasil dapat meningkatkan devisa negara
Indonesia”, terangnya
Irman juga
menyebutkan bahwa banyak produk Indonesia yang menjadi kebutuhan pasar. Seperti
palem sawit, yang menjadi bahan baku pembuatan minyak goreng dan sabun mandi
sehingga menjadi incaran utama dalam industri Mesir. Juga produk lain seperti
kopi, coklat, rempah-rempah, bumbu masak, dan aneka saus juga memiliki potensi
besar pada perdagangan di Benua Afrika
Berangkat dari hal tersebut, pemerintah (Kedubes RI) membawa produk lokal ke Food
Africa ini agar bisa diperkenalkan di hadapan dunia. Salah satu produk coklat
asal Indonesia bahkan telah laku sebanyak sembilan kontainer selama pameran
ini.
Pada stan milik
Indonesia, selain dikelola langsung oleh pelaku usaha itu sendiri, beberapa
Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) juga ikut andil dalam mempromosikan
produk negeri. Kehadiran Masisir ini sangat membantu dalam berkomunikasi dengan
pengunjung, penawar, atau konsumen yang mayoritas lebih senang berkomunikasi
dengan bahasa Arab.
Terkait dengan hal
ini, Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Mesir, Lutfi Rauf, mengacungi
jempol terhadap keterlibatan Masisir dalam acara internasional seperti Food Africa
ini. Ia mengutarakan bahwa kesempatan ini merupakan peluang emas untuk
perkembangan potensi diri generasi muda bangsa.
“Harapan saya, tentu tujuan kita sebagai harapan keluarga yaitu
belajar. Di sisi lain, manfaatkan kesempatan yang ada untuk menambah
pengetahuan, latihan, cari pengalaman seluas mungkin di bidang apa pun yang
baik. Kembangkanlah potensi diri. Kalau tidak melihat ada peluang, maka
ciptakan peluangmu sendiri”, ucapnya.
Kalimat yang
disampaikan Dubes ini tentu menjadi pemantik yang akan membakar semangat para
Masisir dalam belajar dan berwirausaha. Adanya pameran Food Africa ini pun memberikan gambaran
tentang bagaimana aktivitas perdagangan skala besar bagi para Masisir yang
memiliki niat untuk merintis usaha sendiri.
Melalui pameran yang
diramaikan oleh 16,233 pengunjung ini, setiap person yang terlibat bisa bertukar
pengalaman dengan pelaku industri dan berkomunikasi dengan pemasok dan vendor
yang ada dan baru. Pengusaha Mesir menjadi salah satu pihak yang memperoleh
kesempatan besar menjalin hubungan dagang baru dalam pameran ini, mengingat
bahwa makanan pokok masyarakat Mesir, roti isy, itu umumnya terbuat dari
gandum yang diimpor dari Ukraina yang keadaannya masih kurang stabil akibat
konflik.