MasisirPPMI

Akhir Drama Wisuda, Eksklusivitas Panitia dan Inkonsistensi PPMI Jadi Sorotan

Ilustrasi drama wisuda (Gambar: dok. Wawasan) 

Wawasan, Kairo— Jadwal wisuda semakin dekat, namun konflik antara
PPMI Mesir dan Panitia Wisuda masih panas. Sehingga mau tidak mau MPA & BPA
PPMI harus mengambil langkah dalam rangka mediasi antara kedua pihak. Maka dari
itu, terwujudlah duduk damai antara pihak yang berseteru itu pada Sabtu, 29
Oktober 2022.

Selain menjadi mediator, MPA & BPA PPMI juga mengadakan
Konferensi Pers untuk memaparkan hasil kajiannya; mulai dari kronologi
keluarnya press release pengunduran diri Panitia Wisuda, pembentukan Pelaksana
Tugas (PLT) Wisuda PPMI yang akhirnya hanya sekadar wacana, munculnya Wisuda
Markaz Tatwir yang disinyalir sebagai wisuda tandingan, hingga penyelesaian
konflik di antara keduanya.

1. Pembatalan  Press Release
Pembentukan PLT


Berdasarkan pemaparan Pimpinan BPA, Dandi Nasution dalam forum itu
menjelaskan bahwa  press release terkait
hasil pertemuan DP PPMI, Panitia Wisuda, serta MPA &  BPA, seharusnya keluar dalam waktu 1×24 jam
pertanggal 6-7 Oktober. Di mana press release ini terkait tentang;
pembentukan PLT  dan pembubaran Panitia
Wisuda. Hal ini sebagai bentuk kesepakatan antara kedua  pihak dalam pertemuan pada Kamis, 6 Oktober
2022 di Kafe Vero dan langkah lanjut PPMI dalam menanggapi surat press release
pengunduran diri Panitia Wisuda.

Namun, press release tersebut tidak kunjung dikeluarkan
oleh PPMI sebab adanya gelombang berupa desakan dari wisudawan yang menuntut
pembatalan pembentukan PLT dan pengadaan wisuda tetap di al-Manara. Namun, yang
tersebar hanyalah pesan siaran tentang telah terlaksananya pertemuan antara DP
PPMI, Panitia Wisuda, serta MPA & BPA di grup-grup WhatsApp.

Pertemuan yang berlangsung pada keesokan harinya,  7 Oktober 2022 di Kafe Vero itu dihadiri oleh pihak
PPMI, Panitia Wisuda, dan perwakilan wisudawan. Adapun hasil dari pertemuan tersebut
adalah dikabulkannya  tuntutan perwakilan wisudawan terkait pembatalan pembentukan PLT Wisuda, pengembalian kepanitiaan
sebelumnya sebagai penanggung jawab wisuda, dan pelaksanaan wisuda di
al-Manara. Perubahan keputusan yang diambil oleh PPMI Mesir dalam jangka waktu
yang singkat ini, menimbulkan kesan kebimbangan dan inkonsistensi PPMI dalam
mengambil keputusan.

2. Siapa Perwakilan Wisudawan yang Dimaksud?


Dari kejadian pembatalan pembentukan PLT yang disebabkan desakan segelintir
perwakilan wisudawan, timbul pertanyaan; apakah rentetan tuntutan perwakilan tersebut
sudah mewakili dari suara bulat seluruh wisudawan? Kami pun mencoba mencari dan
meminta konfirmasi langsung dari Dandi ketika Konferensi Pers berlangsung di
HMMSU pada Ahad, 30  Oktober 2022.

Ia menjelaskan bahwa, “Yang  berinisiatif untuk menentukan perwakilan wisudawan
adalah wisudawan itu sendiri. Jadi tidak ada unsur DP, Panitia Wisuda, atau MPA
& BPA yang menentukan perwakilan wisudawan yang bisa hadir pada saat di
tanggal 7 itu, hanyalah kesepakatan wisudawan itu sendiri. Jadi ini inisiatif wisudawan
itu sendiri! Di grup yang mereka bentuk,” ungkapnya.

Adapun para  wisudawan yang
hadir pada hari itu, sebagai berikut:

1. Agus Salim Suherman

2. Hafizd Alharomain Lubis

3. Faishal Hilmy

4. Wahyu Santosa

5. Muaz

6. Al Firaz Jamalullal

7. Aam Amrullah

8. Lukman Firmansyah

9. Kiki Mustaqimah

10. Faramuthya Syifaussyauqiyya

11. Putri Athiyyah Iklil

12. Ana Qonita Tamami

13. Nurul Latifah

Hal ini yang kami coba perjelas dalam Konferensi Pers, tentang apakah
perwakilan wisudawan ini sudah merupakan suara bulat dari seluruh wisudawan atau
hanya sekadar inisiatif belaka.  Dan ternyata
Dandi mengungkapkan bahwa sampai saat ini hanya inisiatif para wisudawan itu sendiri.

Namun, mengambil dari salah satu hasil kajian Sidang Fraksi I dan
II yang dipaparkan pada saat Konferensi Pers, dari sudut pandang PPMI yang
dibacakan oleh Jahidah, “Permintaan untuk pengondisian grup Silaturahmi Wisudawan yang dinilai sudah tidak efektif dan sudah tidak kondusif disebabkan
tidak mewakili seluruh suara wisudawan.

Pernyataan itu menimbulkan pertanyaan besar. Jika ditinjau lebih
dalam, dengan menggarisbawahi kalimat “Tidak mewakili seluruh suara wisudawan,”
pernyataan PPMI tersebut bertolak belakang dengan tindakan pembatalan press
release ,
pembatalan pembentukan PLT, dan pembubaran panitia al-Manara.
Jika memang dari awal PPMI menilai 13 orang ini tidak mewakili seluruh suara
wisudawan, lantas mengapa PPMI mengabulkan runtutan permintaan perwakilan
wisudawan tersebut?

Berangkat dari kejanggalan ini, kami mencoba mencari keterangan
dari wisudawan lain (selain ke-13 orang tersebut). Salah satu di antara yang
kami mintai keterangan, mengungkap bahwa memang informasi terkait perwakilan
suara wisudawan sempat tersebar di grup Silaturahmi Wisudawan. Namun, ia juga
mengungkap bahwa kebanyakan pihak yang bersuara hanyalah oknum yang
menginginkan wisuda dilaksanakan di al-Manara. Bahkan salah satu di antara
narasumber tersebut mengaku sama sekali tidak tahu-menahu terkait adanya
pembentukan perwakilan wisudawan. 

 

3. Keterlibatan PPMI dengan Wisuda Markaz Tatwir


Opini publik muncul terkait keterlibatan PPMI Mesir dalam pengadaan
Wisuda Markaz Tatwir pada 3 November 2022 yang tiba-tiba muncul pada Selasa, 18
Oktober 2022, dan disinyalir sebagai wisuda tandingan bagi Wisuda al-Manara. Hal
ini disebabkan karena adanya saudara Ambang Baskara sebagai Ketua Panitia di
pelaksanaan wisuda tersebut, dan dia juga turut membantu pihak PPMI sebelumnya untuk
mengajukan surat permintaan penyewaan gedung ACC. Opini tersebut pun dibuktikan
dengan pernyataannya sendiri di grup WhatsApp Silaturahmi Wisudawan.

Hal ini pun menjadi masalah, karena telah keluar dari kesepakatan press
release
pada Sabtu, 8 Oktober 2022. Di mana telah disepakati bahwa wisuda hanya
akan dilaksanakan di gedung al-Manara, dan pihak Panitia Wisuda al-Manara
menilai tindakan ini adalah sebuah pengkhianatan.

 

Menjelaskan hal tersebut, dilansir dari Konferensi Pers bahwa sebenarnya di hari Sabtu, 8 Oktober 2022
surat muwafaqah dari Markaz Tatwir perihal penggratisan ACC keluar. Di
waktu yang sama pula, DP PPMI telah mengeluarkan press release bahwa
wisuda hanya akan dilaksanakan di gedung al-Manara. Situasi ini pun menimbulkan
kebingungan di pihak DP PPMI Mesir.

Terkait problematika ini, PPMI Mesir  memikirkan empat
kemungkinan yaitu; membubarkan Panitia Wisuda al-Manara, menyerahkan muwafaqah
ke Panitia Wisuda, membentuk kepanitiaan selain atas nama PPMI Mesir tetapi
atas nama Ittihad Talabah Wafidin, dan menolak surat muwafaqah.


Dari sudut pandang PPMI, terlihat dua keputusan pertama melanggar
kesepakatan press release 8 Oktober 2022, dan menolak surat persetujuan gedung
ACC tidak mungkin dilakukan, karena akan memberikan dampak buruk terhadap diplomasi
PPMI  dengan Markaz Tatwir, terkhusus dengan
Grand Syekh itu sendiri. Sehingga meninjau pertimbangan tersebut, pihak PPMI
akhirnya memilih opsi ketiga, yaitu membentuk kepanitiaan di luar nama PPMI dan
mengatasnamakan Ittihad Talabah Wafidin sebagai solusi terbaik untuk mempertahankan
diplomasi dan nama baik PPMI itu sendiri.

Terkait masalah wisuda di gedung ACC ini, dijelaskan pula bahwa ada ketidaktahuan oleh
pihak Markaz Tatwir. Yaitu mereka tidak tahu bahwa akan ada wisuda yang
dilaksanakan di al-Manara. Adapun tanggapan mereka adalah jika mengetahui
tentang akan adanya wisuda di al-Manara, mereka akan memberikan surat
rekomendasi diskon penyewaan gedung di al-Manara dan menjadi fasilitator.

Lagi-lagi keplin-planan PPMI yang mengakibatkan kegaduhan terlihat pada permasalahan ini.
Menurut salah seorang wisudawan yang kami wawancarai, dengan adanya wisuda di gedung ACC ini,
menimbulkan kebimbangan di antara wisudawan. Disebabkan oleh
perbandingan waktu pelaksanaan wisuda yang lebih cepat, Juga potensi kehadiran
tokoh-tokoh besar seperti Grand Syekh al-Azhar, dan sebagainya yang lebih besar di Wisuda Markaz Tatwir. Oleh karena itu, bahkan ada yang
sampai mendaftar di dua acara wisuda sekaligus. Selain berdampak pada
wisudawan, hal ini juga memberi masalah pada orang tua walinya.

“Masalahnya karena terjadi maslah bgini, yang merugikan dana wisudawan, banyak yg reschedule tiket keluarganya, ada mau umrah terpaksa ditunda lagi, atau mungkin banyak plannya dan sebagainya,” ungkap wisudawan tersebut.

Melansir dari konferensi pers. Di sisi lain, PPMI juga merasa kecewa dan dibohongi oleh pihak
Panitia Wisuda al-Manara. Di mana Panitia sempat mengatakan bahwa kursi yang
tersedia di lantai 1 gedung ACC hanya 700, namun saat dicek ternyata terdapat
819 kursi di lantai 1.

Berangkat dari hal ini, PPMI Mesir pun tak bisa sepenuhnya
disalahkan. Menilik penuturan Panitia Wisuda al-Manara yang tidak sesuai dengan
kanyataan yang ada.

 

4. Pengawalan MPA & BPA terhadap Wisuda hingga Akhir


“LPJ panitia wisuda ini masuk ke dalam Bab II di Tatib MPA &
BPA PPMI, Bab II tentang di pasal 4 tentang wewenang anggota MPA, jadi memang sudah
dalam Tatib kami di poin nomor pasal 4, wewenang yaitu menerima atau menolak laporan
pertanggungjawaban. Jadi  memang sudah menjadi
hak, berarti di sini adalah fraksi terkait yaitu fraksi II untuk menerima laporan
pertanggungjawaban dari panitia wisuda tersebut.” Ujar Jahidah dalam Konferensi
Pers.

Dari hal tersebut, dapat dipahami bahwa segala hal terkait acara
wisuda mulai dari awal hingga akhir, sepenuhnya menjadi tanggung jawab PPMI .
Fakta ini pun Kembali menimbulkan pertanyaan terkait bagaimana sebenanrya
status kedua pihak tersebut secara struktural? Mulai dari regulasi pembentukan panitia,
apakah ditunjuk oleh PPMI dengan Surat Keputusan (SK) yang sah? Atau dari pihak
panitia sendiri yang mendeklarasikan diri? Hal ini perlu kita ketahui,
mengingat LPJ Panitia Wisuda pada dasarnya menjadi tanggung jawab PPMI
sebagaimana yang dituturkan oleh Jahidah.

Pasalnya, mulai dari tragedi sutuh yang merupakan awal mula
perseteruan antara Panitia Wisuda dan PPMI, yang dilanjutkan dengan press
release
pengunduran diri Panitia, hingga pembatalan PLT Wisuda PPMI, memberikan kesan eksklusif pada Panitia Wisuda al-Manara atas PPMI, yang di
mana hal ini dapat memunculkan konotasi negatif publik terkait lemahnya eksistensi
PPMI sebagai organisasi induk.

Sikap PPMI yang awalnya dengan tegas membiarkan pengunduran diri panitia
dan berniat membentuk PLT sendiri, namun akhirnya membatalkan niatannya itu, menambah
kesan eksklusif panitia, dan ketidakkonsistenan PPMI. Ditambah lagi pengadaan
Wisuda Markaz Tatwir oleh PPMI yang kembali menimbulkan  kegaduhan di kubu wisudawan semakin memperkeruh suasana.

 

5. Hakikat Seremonial Wisuda 


“Mestinya acaranya damai, tidak ada yg tersakiti,” ungkap salah satu wisudawan menyampaikan kekecewaannya perihal drama wisuda ini. Ia pun berpendapat bahwa pelaksanaan Wisuda tahun ini telah melenceng jauh dari nilai aslinya. 

Pada  dasarnya, wisuda
adalah momen para  mahasiswa menikmati
apresiasi dari kerja keras mereka setelah berhasil menempuh pendidikan dalam
strata tertentu. Di mana momen tersebut harusnya dipenuhi oleh rasa bangga dan sukacita
bersama para sahabat, keluarga, dan kerabat para penuntut ilmu itu sendiri. Namun
sayangnya, untuk Wisuda tahun ini, para wisudawan harus melalui berbagai
lika-liku drama para penyelenggara sebelum merasakannya.

Dari berbagai permasalahan yang ada pada Wisuda kali ini, ada
banyak hal yang perlu dan harus dievaluasi, khususnya dari segi penanganan dan
pemecahan masalah. Kedua pihak yang berseteru harusnya sadar bahwa hal ini
melahirkan banyak kerugian bagi banyak pihak, khususnya konsumen utama mereka,
yaitu wisudawan.

Reporter: Akmal Sulaeman, Akbar Farsyah, Afriadi Ramadhan

Editor: Ichsan Semma

Artikel Terkait