Uncategorized

Hadirkan Edisi Ketiga, Buletin BAIT Dinilai Berpotensi Picu Minat Literasi Masisir di Media Cetak

 

Buletin BAIT (Gambar: dok. Wawasan)

Oleh: Akmal Sulaeman

Wawasan, Kairo—Mahasiswa dan literasi
adalah dua komponen yang sulit dipisahkan. Sebagaimana dinamika kehidupan
mereka dipenuhi oleh kegiatan seperti membaca, menulis, berdiskusi, dan
sebagainya, keidentikannya satu sama lain menjadi hal yang tak perlu ditanyakan
lagi.
Hal ini
pun tak terlepas dari kehidupan Mahasiswa
Indonesia di Mesir (Masisir), di mana kita sebagai pelajar al-Azhar
mempunyai privilese berada di tengah lautan ilmu. Tentu, sumber daya ini
membuat kita lebih mudah untuk mengakses
berbagai fasilitas keilmuan demi mewujudkan dunia literasi yang lebih
berkualitas, khususnya dalam ranah ilmu agama.

 

Namun, sayangnya dengan segala keuntungan tersebut, terkadang kita
sebagai pelajar yang menuntut ilmu di Negeri para Nabi masih banyak yang lalai
dan kurang peduli dengan dunia literasi itu sendiri, yang pada dasarnya bukan
hanya sekadar menjadi keidentikan, tapi juga 
tanggung jawab ilmiah bagi setiap penuntut ilmu.

 

Kendati demikian, sebuah angin segar bagi kita, literasi di dunia
Masisir  masih tetap mendapatkan
perhatian. Khususnya pada media cetak, di mana era sekarang mungkin kebanyakan
orang sudah mulai apatis terhadapnya. BAIT salah satunya, Buletin yang diterbitkan
per-tanggal 11 Oktober 2022 bertepatan dengan Hari Anak Perempuan Sedunia ini, sesuai
dengan temanya “Sosok Merona”, dinilai menjadi pemantik kesadaran akan
urgensitas literasi tersebut.

 

1. Apa itu Buletin BAIT?

 

Penjelasan mengenai
apa itu
Buletin BAIT? Hal ini dijelaskan lansung oleh Muh. Said Anwar, selaku Pimpinan
Redaksi media BAIT FK-Baiquni 2022/2023.
Bahwa
awal muncul buletin ini
adalah pada tahun 1996. Adapun tujuan awalnya, itu hanya sekadar mengumpulkan
tulisan-tulisan hasil kajian, kemudian dijadikan satu untuk menjadi sebuah buletin,
lalu disebarkan ke berbagai tempat seperti kekeluargaan, organisasi, hingga ke
KBRI Kairo.

 

Berawal dari situ, seiring berjalannya waktu hal ini pun diteruskan dan
dilestarikan oleh generasi selanjutnya, meski sempat beberapa kali vakum.
Tercatat telah ada tiga edisi Buletin yang telah diterbitkan BAIT, khususnya
pada edisi kali ini mereka mengangkat tema “Sosok Merona”. Yang diangkat karena
waktu penerbitannya bertepatan dengan Hari Anak Perempuan Sedunia.
Masalah-masalah yang diangkat dalam buletin tersebut pun tentunya mencakup
problematika wanita mulai dari segi agama, kebudayaan, dan lain-lain. Misalnya,
perihal hak pendidikan wanita, pemikiran tokoh terkait permasalahan perempuan,
sastra, dan sebagainya.

 

Adapun alasan mengapa mereka mengangkat kata merona sebagai tema Buletin
menurut Said; adalah karena kata merona tersebut selalu menunjukkan
keberwarnaan, warna itu identik dengan ekspresi atau perasaan yang
menggambarkan sosok perempuan itu sendiri juga menggambarkan ekspresi
feminisme.

 

2. Sudut pandang
tentang BAIT

Distribusi BAIT ke KBRI (Gambar: dok. Wawasan)

Distribusi
Buletin edisi
ke ke
tiga
BAIT diluncurkan ke berbagai organisasi dan kekeluargaan di Mesir hingga ke
KBRI. Peluncuran buletin edisi ke-3 BAIT juga diapresiasi langsung oleh Duta
Besar Indonesia untuk Mesir, Lutfi Rauf, “Buletin BAIT yang diterbitkan oleh
FK-Baiquni, tentu ini kita sangat hargai karena ini adalah sarana media untuk
melatih menulis, mendalami dan juga menganalisa suatu masalah atau suatu isu,”
jelasnya ketika menerima buletin yang diberikan oleh media BAIT FK-Baiquni pada
Rabu, 12 Oktober 2022 di kantor KBRI Kairo.

 

Ia
juga berpesan untuk tidak berhenti dan melanjutkan kegiatan seperti ini agar
terus memberi manfaat bagi semua orang. Merupakan
peristiwa nadir ketika BAIT mendistribusikan
buletinnya hingga ke KBRI.

 

Abdul
Mughni Mukhtar selaku Ketua Umum FK-Baiquni, dalam sesi wawancara bersama kru
Wawasan pada 18 Oktober 2022, juga mengatakan bahwa pengadaan Buletin BAIT selain
tujuan untuk media latihan menulis, menjaga dan meningkatkan eksistensi
literasi, juga bertujuan untuk mengangkat permasalahan-permasalahan Islam
kontemporer bermanhaj Azhar. Ia juga meyakini bahwa menjadi sebuah amanah ilmiah
bagi kita sebagai pelajar al-Azhar, ketika kita menimba ilmu di kuliah dan talaqqi
bersama banyak Masyayikh. Bagaimana kita menyebarluaskan ilmu yang telah
kita dapatkan, khususnya pada permasalahan Islam
kontemporer bermanhaj Azhar.

 

Salah
satu senior FK-Baiquni yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum 2020-2021, Muh. Fadly
Syah Lc., yang kini menjadi Sekertaris Umum KKS Mesir memberikan
apresiasi kepada Media BAIT, “Ini tentu hal yang bisa diapresiasi dan tentu
dibanggakan baik itu Baiquni atau KKS secara kultural atau Masisir secara
umum,” ujarnya ketika diwawancarai.

 

Ia
juga menyampaikan bahwa meski Buletin edisi ketiga BAIT ini belum sampai pada
tujuan membahas kajian-kajian keagamaan kontemporer secara ilmiah, akan tetapi
Buletin kali ini sudah menjadi langkah dan proses untuk berusaha ke sana. Ini
juga telah menjadi pendorong semangat dan motivasi untuk terus berliterasi
khususnya pada media cetak.

 

Sejalan dengan itu,  ia juga
menggambarkan mengenai
relevansi media cetak di era serba
digital saat ini
, melihat eksistensinya
yang sudah mulai
redup dan
tergantikan oleh media online berkembang begitu pesat. Kendati demikian, terdapat
sesuatu pada media cetak yang tidak bisa diwakilkan oleh media online
. Mungkin kita bisa
membaca lewat internet maupun pdf dan semisalnya
, namun, media cetak dalam hal ini buletin, buku dan sebagainya mempunyai feelnya sendiri, di mana kita dapat
bersentuhan langsung secara fisik, membuka-buka halamannya,
menghirup bau kertas yang
memberikan kesan tersendiri
.
Sederhananya,
adanya bentuk fisik, membuat kita mempunyai
kesan kalau kita benar-benar sedang membaca.

 

3. Urgensi
publikasi literasi bagi Masisir

 

Menjadi fokus utama atau cita-cita dari
pen
cetus buletin BAIT itu bagaimana agar ada media yang fokus isinya membahas tentang
kajian-kajian keagamaan kontemporer secara ilmiah. Kendati fokus terhadap
publikasi kajian kegamaan secara ilmiah, tulisan-tulisan jenis literasi lainnya
juga tetap diadakan misalnya sastra, warta dan sebagainya, namun porsinya tidak
sebanyak fokus utama dari media BAIT ini.

 

Singkatnya,
dorongan untuk publikasi literasi khususnya pada permasalahan-permasalahan
agama kontemporer itu sepatutnya ditanamkan di benak kita sebagai Masisir yang
berlabel pelajar agama bersama para banyak Masyayikh. Artinya, selain
menimba ilmu yang banyak di Mesir juga kita harus memahami sebuah nilai penting,
yaitu bagaimana kita menyebarluaskan ilmu yang telah kita dapatkan.


Editor: Ichsan Semma

Artikel Terkait