Al-AzharFeatureInfo BeritaIslamiaKisah Inspiratif

Tetesan Mata Syekh Ali Jum’ah; Semuanya karena Cinta

Wawasan, Kairo— Senin 25 September, malam yang begitu sejuk, selawat dengan hikmatnya penuh riang dilantunkan di Masjid Fadhil, 6th Oktober. Masyarakat Pribumi Mesir ditambah beberapa kalangan dari mahasiswa asing membanjiri masjid seraya merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw. Para jamaah yang hadir malam itu senantiasa bersorak gembira yang diiringi dengan nasyid. Apalagi sementara selawatan, Syekhuttoriqo (red- Mursyid) Maulana Syekh Ali Jum’ah masuk dari pintu samping masjid. Jamaah yang awalnya duduk, kini berdiri menyambut Mantan Mufti Mesir tersebut.

Setelah duduk di tempat khusus yang telah disediakan oleh panitia, suara jamaah semakin besar di saat selawat dilantunkan bersama. Maulana yang awalnya terdiam, sedikit demi sedikit air matanya bercucuran mendengarkan lantunan nasyid dengan penuh hikmat.

Di saat nasyid selesai dilantunkan, Maulana langsung berkata, “Malam ini adalah malam kebahagiaan yang penuh dengan berkah, kita bersyukur atas diutusnya sang pembawa cahaya, Rasulullah Saw. Kalaulah bukan karenanya, kita semua masih terkurung di zaman Jahiliah”.

Maulana yang sedikit demi sedikit air matanya keluar, berpesan, “Tanamkanlah di hati kalian bahkan di keluarga kalian rasa cinta yang besar kepada Rasulullah Saw.  Karena tiada pintu lain menuju kehadirat Allah Swt. kecuali melalui Rasulullah Saw.” Jamaah bersorak sambil berkata, “Allah, Shallallahu alaihi wasallam”.

Selain karena berbahagia atas Maulid Nabi Akhir Zaman, mereka pun berbahagia karena yang menjadi pembicara malam itu adalah Syekh Ali Jum’ah yang merupakan ulama dunia, bahkan pembaharu di masa ini atau lebih dikenal sebagai AL-Mujaddid (red- Revolusioner). Maulana katakan, “Salah satu bukti bahwasanya Nabi Muhammad Saw. Merupakan Sayyidul Anbiya’ (red- Imam Para Nabi) adalah ketika peristiwa Isra’ dan Mi’raj, pada saat itu di Masjid Aqsho semua nabi berkumpul pada malam itu untuk melakukan shalat berjamaah, namun tidak ada nabi yang berani memimpin shalat karena menginginkan Nabi Muhammad Saw. yang bertindak sebagai imam”.

Bahkan Rasulullah Saw. bukan hanya Imam dari satu sisi saja, akan tetapi beliau imam di semua aspek. Baik itu dalam keberkahan, seperti Al-Qur’an yang tetap terjaga dari tahrif (red- penyimpangan) sebagaimana yang terjadi pada kitab-kitab sebelumnya.

Maka salah satu bukti implementasi cinta kita kepada sang Sayyidul Anbiya adalah senantiasa memperbanyak berselawat kepadanya. Hal ini pun senada dengan yang disampaikan Maulana di akhir acara, “ Hendaknya kalian untuk senantiasa memperbanyak berselawat kepada  Baginda Muhammad Saw. Karena dengan itulah syafaat darinya akan mudah kita peroleh”.

Beliau juga sempat menyinggung kelompok yang membidahkan maulid dengan berpesan untuk tidak pusing dengan kelompok-kelompok yang melarang maulid, karena kita mempunyai dalil yang banyak. Maka dari itu beliau berpesan, “Tetap ajarkan kepada keluarga kalian untuk senantiasa merayakan maulid di mana pun dan kapan pun waktunya. Karena tidak ada orang yang celaka hanya dengan kegembiraan yang ditampakkan atas kelahiran nabi seluruh alam”.

Abu Lahab yang sudah jelas kekafirannya, dalam riwayat hadis diceritakan, bahwasanya azab yang Allah berikan kepadanya itu diringankan setiap hari Senin dikarenakan kegembiraannya atas kelahiran keponakannya tersebut. Inilah salah satu bukti bahwasanya kecintaan dan kegembiraan atas lahirnya rahmat bagi seluruh alam merupakan hal yang dianjurkan.

Setelah Maulana berbicara, nasyid kembali dilantunkan dan semua orang bersorak untuk selawatan bersama. Maulana kembali terdiam sambil marasakan makna selawat yang dilantunkan oleh jamaah. Lagi dan lagi, air mata beliau kembali menetes. Itulah salah satu bukti kebesaran cintanya kepada Rasulullah Saw. Di akhir selawatan, beliau memimpin untuk membaca selawat Syafi’iah sekaligus menjadi tanda acara malam itu telah selesai.

Reporter: Haeril Yusuf

Editor: Akmal Sulaeman

Artikel Terkait

Beri Komentar