DKKMGBHOMasisirPPMIRAPBOWarta

Tim GBHO Prioritaskan Alokasi Dana untuk Kesehatan dan Keamanan Masisir di Tahun Ini

Sidang Pleno II (Gambar: dok. Wawasan)


Wawasan, Kairo—“Ada hal yang lebih penting yang harus diselesaikan, dalam
hal ini melalui kajian dari tim Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO)—perlu
diperhatikan juga bahwa ini merupakan aspirasi dari semua pihak—yang lebih fokus
itu harusnya di bidang kesehatan dan keamanan,” tegas Muhammad Rayhan dalam
Sidang Pleno II BPA-PPMI Mesir dalam pembahasan Rancangan Anggaran  Pembelanjaan Organisasi (RAPBO), Kamis
(26/8).

Penanggung Jawab dan Perumus GBHO periode 2021-2022 tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan
dalam setiap bidang memiliki waktu tersendiri untuk diprioritaskan, dan menurutnya,
yang menjadi prioritas utama untuk Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) saat
ini adalah kesehatan serta keamanan.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Kesehatan, Ahmad Cholid Abdulhamid dalam
wawancara bersama Kru Wawasan mengaku kaget ketika diberitahu oleh Tim Perumus
GBHO bahwa kesehatan adalah hal yang sangat penting dan vital.

“Akhirnya, tadi ada beberapa proyek yang sebelumnya kita gak masukin,
kita masuk-masukin dan kita alokasiin di bagian kesehatan,” ujarnya.

Menteri Kesehatan juga mengatakan bahwa sebenarnya tidak heran jika
akomodasi untuk kesehatan lebih kecil, dikarenakan Kementrian Kesehatan tidak
perlu mengadakan event-event besar, dan lebih fokus pada aksi cepat
tanggap di lapangan.

Menurutnya, dana yang dialokasikan pada Kementrian Kesehatan sudah cukup
untuk memaksimalkan program kerja yang ia usung. Meskipun ia sendiri mengaku
bahwa akan sulit untuk mengatasi kejadian-kejadian tak terduga seperti Masisir
yang butuh perawatan intensif di rumah sakit dan sebagainya karena masalah
dana.

Sidang Pleno II (Gambar: dok. Wawasan)


Kementrian Kesehatan, dalam sidang yang diadakan di Wisma Nusantara
tersebut telah meningkatkan jumlah Rancangan Anggaran  Pembelanjaan Organisasi (RAPBO), dari yang
awalnya 5.800 LE menjadi 13.240 LE, juga Dewan Ketertiban dan Keamanan Masisir
(DKKM), yang pada awalnya berjumlah 20.100 LE menjadi 22.000 LE.

Namun, hal ini tetap dianggap tidak sesuai oleh Tim GBHO, karena di saat
yang sama anggaran dana untuk Kementrian Olahraga juga bertambah dari 29.400 LE
menjadi 33.600 LE.

“PPMI, misalnya nyediain subsidi, jadi dana olahraga tadi semuanya
diarahkan, misalnya buat bayar dokter Latifah, biar Masisir bisa gratis berobat
disana,” lanjutnya.

Namun Rayhan tetap menegaskan bahwa ia sama
sekali tidak berniat mendiskreditkan salah satu 
program. Ia mengaku hanya mencoba menekankan skala prioritas dari setiap
program kerja untuk kesejahteraan Masisir kedepannya. (Ichsan)

Artikel Terkait