e-WawasanOrientasi

Mengapa Kita Gagal?

Optimalisasi pemberdayaan Alumni timur tengah di Indonesia,
ini tema acara penutupan loka karya beberapa tahun lalu. Dr. Marwah Daud
Ibrahim yang hadir di acara itu mengkritisi tema ini. Beliau tidak setuju jika
kita mengatakan alumni timur tengah diberdayakan. Mahasiswa timur tengah bukan
lagi diberdayakan tapi harus memberdayakan.
Memang sangat disayangkan jika mahasiswa luar negeri yang telah jauh
meninggalkan negerinya dan telah melakukan pergaulan internasioanal kembali ke
Indonesia hanya menunggu untuk diberdayakan, dimanfaatkan dan digunakan.
Seharusnya kitalah yang membuka lahan dan memberikan peluang pemberdayaan pada
orang lain.
Memberdayakankah kita  atau diberdayakan pada masa datang tergantung
bagaimana kita membangun diri sekarang. Jika ingin menjadi alumni luar negeri
 yang mampu melakukan pemberdayaan maka dari sekarang kita bangun potensi
dan kemampuan diri. Saat-saat perkuliahan seperti inilah kita merancang apa
yang akan kita capai bertahun-tahun ke depan. Rancangan ini selanjutnya kita
lanjutkan dalam kerja nyata dan kegiatan harian yang rutin. Dengan demikian,
masa depan akan cerah dan menguntungkan. Sukses gemilang pasti sudah menanti di
depan mata. Jika tidak, pasti penyesalanlah yang akan menunggu dengan pahit tak
terperi.
Penulis sangat meyakini bahwa kita semua mengimpikan kesukesan, tak satupun
ingin gagal. Namun terkadang impian hanyalah impian. Banyak tantangan yang
membuat kita tak sanggup meniti tangga kesuksesan. Terkadang juga godaan yang
melenakan membuat kita puas dengan yang ada. Padahal pejuang sejati adalah
mereka yang tidak pernah puas dengan kebaikan hingga kakinya menginjak surga.
Setidaknya ada tiga hal
yang membuat kita berhenti kaku melawan tantangan dan terlena dengan godaan
sebelum sampai pada cita-cita. Pertama,
disorientasi, dia  adalah kondisi yang membuat
kita lupa atau kehilangan tujuan utama dalam mencapai cita-cita. Kita tidak
memilki lagi target, cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai. Hal inilah yang
membuat kegiatan-kegia
tan
yang kita lakukan hanyalah kerja tanpa arti dan minim manfaat. Kita tidak mau
lagi tergerak untuk melakukan kerja keras mengejar mimpi, sebab memang kita
tidak punya mimpi lagi.
Kedua, lingkungan
rusak. Lingkungan adalah hal yang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang.
Tingkah laku, cara berfikir dan bertindak akan sangat tergantung pada
lingkungan yang membangunnya. Jika lingkungan yang ditempati sesorang itu baik
maka besar kemungkinan orang itu akan menjadi baik, begitu pula sebaliknya. Kebanyakan
mahasiswa yang gagal dan berhnti sebelum mencapai tujuan adalah mereka yang
hidup dalam lingkungan yang tidak kondusif.
Teman bergaul mereka adalah orang-orang yang memilki penyakit pertama di
atas. Mereka berteman dengan orang yang sudah tidak punya tujuan hidup lagi.
Sudah tidak memilki keinginan untuk sukses lagi. Akibatnya ia pun ketularan
penyakit buruk tersebut. Itulah sebabnya Rasulullah selalu mengingatkan
pentingnya membangun lingkungan. Hingga lingkungan terkecil yang terbentuk dalam
persahabatan antara dua orang sangat beliau perhatikan. Bahkan beliau
mengatakan bahwa agama seseorang tergantung pada siapa ia bersahabat.
Ketiga, tidak ada
pembinaan. Ada satu pernyataan yang  sungguh penulis tidak setuju.
Pernyataan bahwa sesorang mahasiswa sudah bukan waktunya lagi di bina dan
diikat dengan peraturan. Usia mahasiswa adalah usia yang sudah dewasa yang
tidak perlu diatur lagi. Ia sudah mampu menentukan sikapnya dan masa depannya
sendiri. tidak perlu diikat dengan peraturan dan tata tertib macam-macam. Ini
sebuah pandangan yang keliru, sebab nabi Muhammad saja yang sudah menjadi nabi
dan rasul masih terus mendapatkan bimbingan Allah swt.,
bimbingan ini terus ia peroleh hingga wafat.
Jika nabi saja masih demikian apa lagi kita. Para sahabat juga demikian,
sekalipun mereka sudah tua dan sepuh tetap saja mereka senantiasa mencari
pembinaan dan bimbingan. Lihatlah Umar yang selalu berkata pada sahabatnya yang
lain, tolong nasihati saya. Abu Bakar yang saat
jadi khalifah selalu mengatakan, luruskanlah saya. Abdullah bin Mas’ud pun
selalu mengajak sahabat lainnya dengan mengatakan hayya bina najlis nu’minu
saah
, mari kita duduk sejenak untuk memperbaharui keimanan kita. Itulah
para sahabat, selalu dan senantiasa saling membimbing, menasihati dan saling
mengingatkan sehingga Rasulullah pun berkata tentang mereka, masa terba
ik adalah masaku, setelahku dan setelahku. Dalam Islam dikenal istilah Tarbiyah madal hayah, pembinaan seumur hidup. Maka tidak ada
kata berhenti belajar dan saling memperbaharui keimanan.
Tak ada kata
habis untuk saling membina dan
memperbaiki.
Jika seseorang tidak mendapatkan pembinaan yang intensif sangat berpotensi
terserang disorientasi. Tidak ada yang selalu mengingatkan dan mendorong untuk
maju dapat dipastikan kehilangan semangat dan tidak memiliki jiwa pembelajar
yang haus ilmu.  
Untuk mengobati ketiga penyakit diatas solusi yang penulis tawarkan adalah
dengan menggalakkan gerakan back to campus. Kembali ke kampus, masuk
kuliah dan aktif selalu dalam kegiatan keilmuan dan kajian. Secara psikologi
manusia akan terbawa dan terpengaruhi dengan kesibukannya. Misalnya saat
seseorang sibuk dengan urusan ilmu maka itulah yang akan mewarnai jiwa dan
karakternya. Kita kehilangan semangat mencari ilmu sebab sepanjang hari ilmu tidak
mendapat porsi dalam hidup kita. Akibatnya saat kita akan kembali belajar dan
ingin membaca terasa sangat berat dan tak berdaya menghadapinya. Hal inilah
yang akhirnya membawa pada disorientasi di atas. Kehilangan tujuan dan
cita-cita. Sebab sarana menuju cita-cita sangat berat untuk kita lakukan, ia
lebih berat dari pekerjaan apapun. Kegagalan demi kegagalan pun akhirnya kita
koleksi.
Dengan aktif ke kuliah secara otomatis lingkungan baik akan tercipta.
Setiap hari atau minimal tiga kali sepekan kita mengunjungi kampus itu sudah
sangat bagus untuk memelihara “rasa” dan kesdaran diri bahwa kita penuntut
ilmu. Sekalipun keberangkatan ke kuliah tidak menghasilkan ilmu walau secuil,
namun dengan hadirnya kita ke kampus akan bertemu dengan lingkungan pelajar
yang mau tidak mau memompa semangat untuk belajar dan belajar lagi. Maka datang
dan selalu hadir di kuliah memiliki nilai tersendiri dibanding tidak pernah
datang sama sekali. Kuliah memang sudah seharusnya kita rutinkan, bukankah kita
ke sini untuk itu?
Disamping aktif kuliah yang tak kalah pentingnya adalah pembinaan itu
sendiri. kuliah di Mesir ini ibaratnya memasuki
hutan belantara. Jika tidak memilki pembimbing dan ikut dalam pembinaan yang
kontinyu terus menerus dapat dipastikan akan tersesat. Buatlah
kelompok-kelompok kecil untuk saling memotivasi dan menyemangati, lalu mintalah
kakak senior untuk memberikan bimbingan dan pengalaman dalam menuntut ilmu di
sini.
Kedua hal ini adalah yang paling asasi menjadi rutiniitas mahasiswa. Ada
banyak kegiatan lain yang bisa dijadikan kesibukan. Berorganisasi contohnya,
dengan berorganisasi pengalaman akan bertambah dan wawasan serta kematangan
diri makin terasah. Dan tak kalah pentingnya semangat untuk terus memperbaiki
diri sebab hanya orang-orang yang seperti inilah yang mampu memberdayakan dan
tidak akan menunggu untuk diberdayakan. 


Sumber : Wawasan 
Oleh : Ahsanur Ahmad

Artikel Terkait